Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah menyaksikan orang kafir yang ada di sekitar kita melakukan perbuatan baik. Entah itu bakti sosial, bagi-bagi uang, sembako, dls. Hal ini bisa dikatakan wajar. Karena secara naluri, semua manusia pasti menyukai kebaikan dan membenci keburukan. Ini adalah kaidah dasar bagi setiap orang yang memiliki perasaan tanpa harus meninjau latar belakang keyakinan dan agama mereka. Jangankan manusia, binatang pun demikian.
Hanya saja pertanyaan besar yang menggelinding di kepala kita, apakah perbuatan baik yang mereka (orang kafir) kerjakan akan mendapatkan pahala, atau hanya menjadi bayangan fatamorgana belaka? Jika memang mendapatkan pahala, seperti apa wujud balasan yang akan diberikan Allah kepada makhluk yang telah menyekutui-Nya? Simak uraian berikut!
Secara garis besar, ulama mengklasifikasi orang kafir yang mengerjakan kebaikan menjadi dua; kafir hingga tamat dan bertobat dengan membaca dua kalimat syahadat.
Orang kafir yang tidak bertobat hingga menjumpai ajal, pekerjaan baiknya tetap dibalas oleh Allah, tetapi hanya bisa dirasakan di dunia. Sedangkan nanti di akhirat, mereka hanya menengadah hampa tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Syekh Abdul Aziz Ath-Tharifi dalam Kitâbut-Tafsîr wal-Bayân li Ahkâmil-Qur’an:
واللهُ عَدْلٌ لا يَظلِمُ الناسَ شيئًا فإنْ كان للكافرِ حَسَنةٌ في الدُّنيا، عَجَّلَها له، فيَنتفِعُ منها في دُنْياه، حتَّى إِذَا كَانَ في الآخِرةِ، لَم يَجِدْ مِن ذلك شيئًا
“Allah Maha Adil dan tidak akan menzalimi siapapun. Oleh karenanya, jika orang kafir mengerjakan kebaikan, maka akan langsung dibalas di dunia dan bermanfaat dalam kehidupan dunia saja. Namun kelak di akhirat mereka tidak akan mendapatkan apa-apa.”
Dari keterangan Syekh Abdul Aziz Ath-Tharifi barusan dapat kita pahami bahwa amal kebaikan yang dikerjakan orang kafir tetap mendapatkan balasan. Namun, balasan amal kebaikan tersebut sudah terlaksana di dunia, seperti diberi kesehatan, kenikmatan, dan kekayaan. Bisa jadi itu semua tersebab perbuatan baik yang pernah mereka lakukan atau juga bisa istidrâj dari Allah kepada makhluk yang menyekutui-Nya. Namun sekali lagi semua kebaikan yang mereka kerjakan sama sekali tidak akan bernilai dan bermanfaat kelak di akhirat. Kebaikan mereka tidak akan bisa menjadi bekal yang bisa meringankan atau menyelamatkan mereka dari huru-hara mahsyar dan kegegeran hari kiamat.
Baca juga : Memahami Rida pada Takdir Kafir
Mengenai gambaran amal orang kafir kelak di hari kiamat sudah tersurat dengan sangat jelas dalam Surah An-Nur Ayat 39:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءً حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”(QS. An-Nur [24]: 39)
Imam al-Wahidi dalam kitabnya, Tafsir al-Basîth, menampilkan komentar sahabat Ibnu Abbas mengenai ayat tersebut. Beliau berkata:
أَعْمالُ الكُفّارِ إذَا احْتَاجُوْا إِليْهَا مِثْلَ السَّرابِ إذا رآه الرجُلُ وَقَد احْتَاجَ إلى المَاءِ، فأتَاهُ فَلمْ يجدْهُ شيئًا، فذَلكَ مثْلَ عمَلِ الكَافِرِ يَرى أَنَّ لَه ثَوابًا وليس له ثوابٌ
“Amal orang kafir tatkala dibutuhkan, sama seperti bayangan fatamorgana yang terlihat oleh orang yang tengah memerlukan seteguk air, namun ketika bayangan itu didatangi, ternyata ia tidak mendapati setetes air pun. Seperti itulah gambaran amal orang kafir. Mereka mengira amal mereka akan mendapatkan pahala dan balasan, namun kenyataannya amal mereka sia-sia.”
Dari semua penjelasan di atas, sudah bisa kita munculkan gambaran bahwa amal kebaikan yang dikerjakan oleh kafir, sehebat dan sefantastis apapun kebaikan itu, tidak akan bisa memberikan manfaat di tengah kondisi sekarat mereka di hari kiamat. Kelak mereka akan menganga dan kecewa melihat amal mereka yang terhambur sia-sia. Tampak dari kejauhan amal mereka seperti kilauan matahari yang dikira sumber air oleh orang yang tercekik haus di tengah hamparan padang pasir yang terik nan tandus. Sangat mengenaskan!
Ilwa Nafis Sadad | Annajahsidogiri.id