Perbuatan yang paling menunjukkan atas kefakiran para hamba dan betapa butuhnya mereka pada Tuhannya, serta yang mengesankan pada betapa besarnya sifat maha kuasa Allah ﷻ atas para hambanya, tidak lain adalah saat mereka berdoa dan bermunajat sembari menyampaikan keluh kesah dalam kehidupan mereka.
Sebagaimana telah maklum, doa yang dipanjatkan oleh manusia dengan diiringi tangisan di sepertiga malam terdapat sebuah harapan, yang tidak lain semata-mata berharap agar permintaan tersebut diijabah oleh Allah ﷻ.
Dalam ajaran akidah Ahlussunah wal Jamaah, kita harus meyakini bahwa semua doa yang kita panjatkan kepada Allah ﷻ pasti akan dikabulkan. Karena, Allah ﷻ telah berfirman dalam al-Quran demikian:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“… Dan Tuhanmu berfirman, ’Berdoalah kalian semua pada-Ku, maka akan aku kabulkan untuk kalian’. Sesungguhnya mereka yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir : 60)
Ayat ini menjelaskan bahwa berdoa adalah perintah dari Allah ﷻ. Dan, Allah ﷻ sendiri yang telah memberi kepastian pada kita bahwa setiap doa yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan. Namun, yang harus kita pahami mengenai ayat ini adalah tidak semua doa dikabulkan sesuai dengan kehendak kita. Ada beberapa kriteria yang menunjukkan bahwa doa kita hakikatnya sudah terkabulkan, meskipun tanpa kita sadari.
Syaikhul-Islâm Ibrâhîm bin Muhammad al-Baijûri dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul-Murîd ‘Alâ Jauharatit-Tauhîd menjelaskan tentang keberagaman ijabah doa yang berbeda-beda dari Allah ﷻ;
Pertama, doa seorang hamba dapat Allah ﷻ kabulkan sesuai dengan apa yang ia pinta, secara langsung saat itu juga. Kedua, Allah ﷻ akan mengabulkan permintaan hamba-Nya sesuai dengan apa yang ia inginkan, namun Allah ﷻ tunda waktunya sesuai dengan waktu yang telah Allah ﷻ kehendaki. Ketiga, Allah ﷻ kabulkan doa hambanya, tetapi tidak sesuai dengan apa yang hamba pinta. Hal ini terjadi dengan dua kemungkinan; ada kalanya memang karena Allah ﷻ menganggap tidak adanya kemaslahatan dalam doa yang dipanjatkan, atau memang ada kemaslahatan di dalamnya akan tetapi Allah ﷻ mengabulkan doa tadi dengan mewujudkan apa yang lebih bermaslahat dari kandungan doa tersebut.
Pun demikian, Syekh Sâmeh bin Jamâl al-Kuhâli selaku pengasuh Ribâth al-‘Adani dalam salah satu muhadarah yang beliau sampaikan, pernah berkata:
اَعْطَانَا اللهُ رَجْوَانَا فِيْ وَقْتٍ وَ بِشَيْىءٍ هُوَ يُرِيْدُ لاَ بِمَا نُرِيْدُ
“Allah ﷻ mengabulkan harapan kita di waktu dan dengan apa yang telah Allah ﷻ kehendaki, bukan dengan apa yang kita inginkan.”
Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa semua doa yang kita panjatkan pasti akan Allah ﷻ kabulkan dengan cara terbaik yang telah Allah ﷻ gariskan untuk kita. Wallâhu A’lam bish-Shawwâb
Ahmad Kholil | Annajahsidogiri.id