Era ini kita sering dikejutkan dengan fenomena toleransi. Sering kali toleransi ini digaungkan oleh tokoh-tokoh Liberal yang kebablasan dalam memaknai arti toleransi itu sendiri. Memang, Islam merupakan agama dengan semangat toleransi yang luar biasa. Namun, bukan berarti tidak ada batasan-batasan di dalamnya.
Artinya, kita harus bisa membedakan antara toleransi dan telor-asin. Silahkan Anda bertoleransi, namun jangan sampai kita menjual agama Islam, apalagi menghina Islam dengan lebih semangat mendukung orang di luar Islam daripada membantu orang Islam itu sendiri. Kita harus lebih mendahulukan kepentingan orang Islam daripada orang-orang di luar Islam.
Perlu diketahui, toleransi tersebut hanya berlaku seputar ranah sosial kemasyarakatan (mu’amalah). Karenanya, ketika orang-orang kafir melakukan penawaran kepada Rasulullah SAW untuk mengikuti agama mereka, dan sebaliknya, mereka akan masuk Islam, dengan tegas Rasulullah SAW menolaknya. Allah SWT berfirman,
“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Semisal contoh kasus mengucapkan selamat Natal dan doa lintas agama yang selalu menjadi polemik setiap tahun-nya. Dalam hal ini Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir-nya menghukumi kafir jika di dalamnya ada unsur kerelaan (rida dengan kekufuran). (Tafsir Mafatihul-Ghaib I/1124)
Di sisi lain, setiap melaksanakan shalat fardu, umat Islam senantiasa memperteguh keyakinan dengan selalu berikrar menyembah Allah SWT, tidak menyekutukan serta berpasrah diri kepada-Nya, yakni ada pada doa Al-Iftitâh:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidak ada yang menyekutui-Nya. Oleh karena itu aku diperintah dan aku termasuk orang-orang Islam.”
Maka, sama sekali tidak dibenarkan anggapan kaum sesat Liberal yang mengatakan bahwa semua agama memiliki kebenaran yang relatif. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari-nya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran: 85)
Baca Juga: Waspada Hasil Ijtihad Kaum Liberal
Ingatlah, barang siapa yang menginginkan kemulian dan kebahagian di dunia dan akhirat, tidak ada jalan lain kecuali beriman kepada Allah SWT dan menyembah-Nya serta tidak menyekutukan-Nya. Karena kemulian itu tidak bisa dicapai dengan menyembah selain Allah SWT. Kemulian hanya milik Allah SWT semata. “Barang siapa yang menghendaki kemulian, maka bagi Allah-lah kemulian itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur. (QS. Fatir: 10)
Penulis: Bagus Zuhdi| Aktivis ACS Semester IV