Rububiyah,Uluhiyahdan dan Asma’ was Shifat
Kaum Wahabi mengkalim bahwa pemikiran mereka merupakan kelanjutan dari kelompok salafi versi Ibnu Taimiyah yang diyakini berasal dari Imam Ahmad Bin Hambal, seorang Ahli Hadis dan Mujtahid Mutlak. Pemikiran itu dianggap mempresentasikan pemikiran para sahabat dan tabiin. Menurut mereka para Sahabat dan Tabiin tidak pernah membahas hal-hal yang deatail mengenai akidah, Namun seajarah menceritakan bahwa para Sahabat sendiri sering melakuakan perdebatan dan bantahan kepada orang yang salah keyakinan, seperti yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib ketika berdebat dengan kelompok yang menjadi cikal bakal Qadariyah tentang Qadar, Abdullah bin Abbas pernah berdebat dengan Hawarij dll.
Dalam masalah akidah, aliran salafi hanya mengambil dan percaya pada nash al-Quran dan Sunnah, Karena nash merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., sedangkan akal rasional tidak dapat dipercaya validilitasnya. Penguunaan pemikiran rasional sama sekali tidak dianjurkan dan diperaktekkan oleh Nabi maupun para Sahabat dan Tabiin. Pola pikir ini membuat Wahabi tekstual dalam memahami nash al-Quran dan Hadis, baik dalam konteks akidah maupun fikih.
Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri aliran wahabi membuat suatau rumusan yang diambil dari pemikiran Ibnu Taimiyah. Ia membagi tauhid menjadi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah yang berkenaan dengan pengesaan Allah sebagai Maha Pencipta segala sesuatu dan terlepas dari segala macam pengaruh dan sebab. Kedua, tauhid asma’ was shifat yang berhubungan dengan pengesaan nama dan sifat-sifat Allah yang berbeda dengan makhluknya. Ketiga, Tauhid uluhiyahyang berkaitan dengan pengesaan Allah sebagai Tuhan yang disembah.
Menurut Wahabi mayoritas umat Islam hanya mengikuti dua tauhid pertama, sedangkan tauhid uluhiyah banyak diselewengkan. Padahal tauhid inilah yang penting dijaga dan diperaktekkan. Tauhid uluhiyah yang intinya pengesaan dalam beribadah kepada Allah akan terwujud apabila setidaknya memenuhi dua hal; pertama, hanya menyembah Allah semata serta tidak mengakui sifat ketuhanan bagi selain Allah. Kedua, dalam menyembah dan beribadah kepada Allah harus sesuai dengan cara yang telah disyariatkan oleh Allah melalui Nabi-Nya.
Salah satu kelanjutan dari dua prinsip tersebut adalah tidak boleh menjadikan manusia,baik hidup atau sudah meninggal sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah . Padahal Muhammad bin Abdul Wahab , pendiri aliran Wahabi sendiri sejatinya masih memperbolehkan tawashul dengan orang-orang baik. Dia enggan dengan orang-orang yang mengkafirkan tawasul.
Dari pemikiran kaku itulah muncul bebarapa konsep yang mereka paksakan untuk dianut oleh seluruh lapisan umat Islam di manapun. Tidak hanya dalam ranah akidah ,tapi juga mencakup pada furuiyah fiqhiyah . sehinggap khilaf ulama yang tidak sependapat sama sekali tidak diperdulikan.