Baha’iyah atau lebih dikenal dengan istilah Bahá’i Faith, didirikan oleh pria yang bernama Mírzá Ḥusayn-`Alí Núrí, yang kemudian dikenal di kalangan Baha’iyah dengan nama Baha’ullah. Untuk mengenali tentang ajaran pokok sekaligus kesesatanya, perlu kiranya setidaknya mengetahui 7 fakta berikut:
1. Bermula dari Agama Rintisan Mírzá`Alí-Muḥammad
Berbicara Agama Baha’iyah, tidak terlepas dari ajaran sebelumnya, yakni Agama Babiyah. Agama ini didirikan oleh Siyyid Mírzá `Alí-Muḥammad, yang mengenalkan dirinya dengan nama al-bab. Menurut keterangan Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya yang berjudul al-Madzahib at-Tauhidiyah wal-Falsafat al-Mu’ashirah (hlm. 126) menjelaskan istilah al-bab dia pakai sebagai isyarat bahwa hanya dia yang menjadi pintu untuk sampai kepada kehadirat Allah.
Masih dalam kitab yang sama, Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi menyebutkan bahwa Mírzá`Alí-Muḥammad sempat menjadi muslim, hanya saja kemudian ia membuat agama baru. Keterangannya sebagaimana berikut:
كَانَ هَذَا الرَّجُلُ فِي بَادِئِ أَمْرِهِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ المُتَعَبِّدِيْنَ وَكَانَ يَتَمَتَّعُ بِأَخْلاَقٍ فَاضِلَةٍ وَشَمَائِلَ جَذَابَةٍ وَلَكِنَّهُ مَا لَبِثَ أَنْ اشْتَغَلَ بِتَأْسِيْسِ دِيْنٍ جَدِيْدٍ مُخَالِفٍ لِلْإِسْلَامِ وَرَاحَ يَسْتَنْبِطُهُ بِالتَّأْوِيْلَاتِ البَاطِلَةِ وَالْبَاطِنِيَّةِ مِنْ كِتَابِ اللهِ تَعَالَى فَانْضَمَّ إِلَيْهِ رِجَالٌ كَانُوْا مِنْ أَتْبَاعِهِ وَانْتَشَرَ لَهُ
اسْمٌ فِيْ بِلَادِ فَاِرسٍ وَقَامَتْ مَعَارِكُ بَيْنَ جَمَاعَتِهِ وَحُكُوْمَةِ طَهَرَان وَاسْتَمَرَّتْ المَعَارِكً مُدَّةً مِنَ الزَّمَنِ دُوْنَ أََنْ يَكُوْنَ لَهَا مِنْ تَأْثِيْرٍ فِي الْقَضَاءِ عَلَيْهِمْ.
“Pada mulanya, pria ini (Mírzá`Alí-Muḥammad) termasuk muslim yang taat. Konon, ia berbudi-pekerti yang baik dan memiliki kelebihan menarik. Akan tetapi, ketika ia mulai sibuk membuat agama baru; yang menyalahi Islam, dan beralih beristinbat dengan takwil bathil dan batin dari kitabullah, sehingga bergabung dari mereka yang konon menjadi pengikutnya serta menyebar ke sebuah daerah di Persia, hingga terjadi pertempuran antara jemaah agama Babiyah dengan pemerintah Teheran. Pertempuran terus terjadi seiring waktu, tanpa berimbas kepada jemaah Babiyah”
2. Cikal-Bakal Penamaan Agama Baha’iyah
Mírzá Ḥusayn-`Alí Núrí, atau yang dikenal oleh pengikutnya dengan nama Baha’ullah diklaim sebagai utusan Allah. Menganggap agama rintisan Mírzá `Alí-Muḥammad tidak sempurna, sebelum kemunculan Baha’ullah. Sehingga agama tersebut dinisbatkan kepada namanya. Sehingga agama ini beralih nama menjadi Baha’iyah, atau dikenal dengan sebutan agama Baha’i. Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam al-Madzahib at-Tauhidiyah wal-Falsafat al-Mu’ashirah (hlm. 127) menyebutkan:
وََلَمَّا ظَهَرَ الْمَدْعُوْ بَهَاءُ اللهِ الَّذِي نَادَى عَلَى نَفْسِهِ خَلِيْفَةً لِلْبَابِ نُسِبَتْ هَذِهِ الدِّيَّانَةِ إِلَيْهِ فَسُمِيَتْ بِالْبَهَائِيَّةِ وَأَعْلَنَ أَتْبَاعُهُ بِأَنَّ ِديْنَ اللهِ لَمْ يُتِمَّ إِلَّا بِظُهُوْرِ الْبَهَاءِ الَّذِيْ هُوَ أَحَدُ رُسُلِ اللهِ فِيْ اِعْتِقَادِهِمْ
“Ketika muncul sosok yang diklaim sebagai Baha’ullah ini, yang mana orang ini mengakui dirinya sebagai khalifah al-bab, agama ini dinisbatkan kepadanya. Karena itulah, agama tersebut dinamakan Baha’iyah. Kemudian ia mendoktrin pengikutnya bahwa agama Allah tidak sempurna kecuali selepas kemunculan Baha’ullah, yang mana menurut keyakinan mereka, Baha’ullah merupakan salah-satu rasul Allah.”
3. Berpusat di Israel Serta Memiliki Kitab Suci Tersendiri
Agama Baha’i berpusat di Bahá’í World Centre, yang terletak di Haifa, Israel. Di sinilah terbentuk lembaga yang bertindak sebagai kepala dan otoritas tertinggi agama Baha’i.
Agama ini juga memiliki kitab suci khusus yang ditulis oleh pendirinya sendiri yang berjudul Kitáb-i-Aqdas.
4. Wahyu Tidak Putus dan Berkelanjutan
Agama Baha’iyah meyakini yang mengutus Krisna, Moses, Zoroaster, Gautama Buddha, Yesus Kristus, Muhammad, al-Bab, dan Baha’ullah adalah tuhan yang sama. Mereka semua adalah sama-sama nabi yang mendapat wahyu Allah yang berkelanjutan, hingga lanjut kepada al-Bab dan Baha’ullah. Untuk gambarannya sebagaimana berikut:
5. Al-Bab adalah Nabi Paling Agung
Dari keyakinan mereka bahwa wahyu itu terus berkelanjutan, secara otomatis menggunakan al-Bab daripada nabi-nabi yang lain. Karena, menurut mereka, al-Bab adalah penerus dan penyempurna dari nabi sebelumnya. Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam al-Madzahib at-Tauhidiyah wal-Falsafat al-Mu’ashirah (hlm. 126) menyebutkan:
وَلَيْسَ(اَلْبَابُ) إِلَّا مُظَهِّراً لِاسْتِمْرَارِ الْوَحْيِ وَالرِّسَالَةِ فَهُوَ عِنْدَهُمْ مِنْ أَكْبَرِ الْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ يُؤَكِّدُوْنَ بِأَنَّ زَمَنَ الْوَحْيَِ مُسْتَمِرٌّ وَلَمْ يَنْقَضِ بَعْدَهُ
“Al-Bab tidak lain adalah manifestasi dari penerus wahyu dan kerasulan. Karena itulah al-Bab merupakan nabi teragung yang menegaskan bahwa wahyu itu berkelanjutan dan belum berakhir setelahnya.”
6. Zat Allah adalah Alam Semesta Ini
Telah disinggung dalam tulisan saya yang termuat di Sidogiri Media edisi 170 di kolom akidah bahwa sebagian kelompok beranggapan bahwa wujud Allah tidak lain adalah wujud alam semesta ini. Dalam tulisan tersebut saya menampilkan kitab Kubral-Yaqiniyat al-Kauniyat yang tertulis:
أَمَّا هَؤُلَاء فَقَدْ انْتَهَى بِهِمْ الوَهْمُ إِلَى أَنَّ حَقِيْقَةَ اللهِ هِيَ وُجُوْدُ العَالَمِ نَفْسِهِ. فَهَذِهِ الأَكْوَانِ الَّتِي تَرَاهَا مِنْ حَوْلِكَ هِيَ فِي الْحَقِيْقَةِ لَيْسَتْ شَيْئًا أَكْثَرَ مِنْ وُجُوْدِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ تَجَسَّدَ فِي هَذِهِ الصُوَرِ وَ الاَشْكَالِ
“Mereka sampai kepada kesimpulan anggapan bahwa hakikat Allah adalah wujud alam itu sendiri. Keberadaan alam yang kalian lihat ini di sekelilingmu, tidak lebih dari sekadar wujud Allah yang berjasad dengan bentuk tersebut.”
Salah-satu dari kelompok tersebut ialah keyakinan agama Baha’iyah. Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam al-Madzahib at-Tauhidiyah wal-Falsafat al-Mu’ashirah (hlm. 126) menyebutkan:
وَخَلَاصَةُ العَقِيْدَةِ الَّتِي يَتَمَسَّكُ بِهَا البَابِيَّةُ هِيَ: القَوْلُ بِأَنَّ مَجْمُوْعَ الكَائِنَاتِ المُتَنَوِّعَةِ هُوَ اللهُ ذَاتُهُ
“Ringkasan ideologi agama Babiyah ialah pandangan bahwa beragam sesuatu yang ada ini sejatinya adalah wujud dari zat Allah sendiri”.
7. Salat Cukup Sebulan Sekali
Selain dari ideologi menyimpang jauh, dari ritual fisik pun nampak jelas perbedaanya. Babiyah hanya mewajibkan salat sekali dalam sebulan. Dalam kitab yang sama, Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi menyebutkan:
وَلِلصَّلَاةِ عِنْدَ البَابِيَّةِ مَظْهَرُهَا الخَاصُّ بِهِمْ وَيَكْتَفِى مِنْهَا بِمَرَّةٍ وَاحِدَةٍ فِي كُلِّ شَهْرٍ
“Salat bagi agama Babiyah memiliki corak tersendiri, serta mencukupkan dalam satu bulan satu kali”
Itulah tadi 7 fakta mengejutkan tentang agama Baha’iyah, yang mungkin menjadi jembatan pengetahuan dasar bagi kita untuk mengenali dan mewaspadai agama baru ini. Semoga kita tetap memegang teguh Ahlusunah Waljamaah hingga akhir hayat. Amin!
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id