Awalnya, kata ini sering dikonotasikan dengan kebebasan ekonomi dan politik. Lama-lama mulai terdengar kata liberal diafiliasikan kepada agama. Kristen Liberal dan Islam Liberal, misalnya.
Paham Liberalisme ini pada awalnya hanya menyerang agama Kristen. Ini berawal dari keresahan ‘ulama’ Kristen yang merasa aneh dengan doktrin agama mereka. Kejanggalan serupa tidak hanya terjadi dalam konsep keagamaan, akan tetapi juga meliputi Injil yang merupakan kitab suci mereka. Injil dinilai sering bertentangan dengan penemuan sains paling mutakhir, di samping keaslian Injil memang sudah lama dipertanyakan lantaran tidak pernah ditemukan manuskrip aslinya.
Keresahan itu semakin diperparah ketika umat Kristen mengalami perang saudara. Perang tersebut melibatkan gereja Konstantinopel (gereja induk Katolik) versus gereja Vatikan di Roma (gereja induk Protestan).
Pada gilirannya ‘ulama’ Kristen ingin merasionalkan doktrin agama mereka, serta mengusir agama ke dalam gereja-gereja. Pengusiran ini merupakan upaya untuk menghentikan perang saudara. Maka, sejak saat itu hidup beragama hanya dibatasi di dalam gereja. Hubungan sosial dan politik bukan lagi urusan agama.
Paham ini kemudian dikenal dengan istilah Sekularisme. Sekularisme sendiri adalah paham yang menjadikan pembatas antara agama dan urusan dunia. Paham Sekularisme ini merupakan paham Liberal tertua, sebelum akhirnya muncul paham Pluralisme, Relativisme, Hermeneutik dan lain-lain.
Melihat sejarah ini, tidak wajar jika akhirnya muncul Islam Liberal. Karena Islam sama sekali tidak mempunyai masalah dengan doktrin agama dan kandungan al-Quran. Sangat berbeda dengan Kristen yang memang sarat problem dalam doktrin agamanya. Wallahu A’lam.]
*Oleh: Abdoellah Tsani