Bagi para pengamat kondisi yang terjadi di Timur-Tengah, pasti mereka mengetahui kelompok yang bernama “Taliban”. Pasalnya, dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan kelompok tersebut berhasil merebut Afghanistan dari AS dan NATO. Tentu hal tersebut melahirkan beragam sikap, kubu yang pro menganggap mereka sebagai gerakan Islam yang fleksibel dan berlandaskan akidah Ahlusunah. Sedang pihak yang kontra, menilai mereka sebagai kelompok yang mendengungkan gerakan terorisme, fundamentalisme, dan wahabisme yang mencap kafir siapa pun yang tidak sejalan dengan ideologi mereka. Lalu seperti apa ideologi Taliban sebenarnya? Simak tulisan berikut ini!
Baca Juga: Bahaya Laten Kaum Radikal
Akhir-akhir ini banyak kita temukan di media sosial perbincangan seputar Taliban. Pasalnya, kelompok tersebut mampu mengambil alih Afghanistan dari AS dan NATO dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan. Banyak media yang menyoroti gerakan mereka. Sebagian menilai, mereka adalah gerakan yang ekstrem dan memiliki ideologi yang sama seperti ISIS. Sejarah tentang penembakan Malala Yousafzai oleh Taliban pada Oktober 2012 lalu, membuat publik bertambah yakin bahwa Taliban Afghanistan adalah kelompok teroris. Namun, benarkah tuduhan semacam itu?
Jika kita mengamati lebih detail mengenai ideologi dan peristiwa yang akhir-akhir ini dilalui kelompok tersebut, maka akan kita temukan setidaknya tiga alasan kenapa Taliban Afghanistan tidak bisa dicap sebagai gerakan teroris.
Pertama, Taliban Aghanistan didirikan oleh Muhammad Omar dan Abdul Ghani Baradar pada tahun 1994.Mereka adalah kelompok nasionalis Islam Deobandi yang dipelopori oleh Maulana Qasim Nanautavi (1832 M-15 April 1880 M). Beliau adalah seorang cendekiawan, teolog, dan sufi asal India. Ideologi Taliban sebagaimana yang diajarkan dalam Islam Deobandi adalah Ahlusunah wal Jamaah. Yakni Maturidiyah dalam akidah, dan Hanafiyah dalam bidang fikih.
Ideologi yang didasarkan pada paham Ahlusunah tentu mustahil akan melahirkan aksi-aksi terorisme. Sebab, tidak pernah ditemukan dalam ajaran Ahlusunah sikap seenaknya mengklaim sesat dan kafir, apalagi menghalalkan darah setiap golongan yang tidak sepaham dengan mereka. Jadi secara ideologi, Taliban Afghanistan sama sekali tidak bermasalah.
Kedua, kejadian bom bunuh diri di bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, pada hari Kamis, 26/8/2001 tersebut dilakukan oleh ISIS-K yang menjadi musuh Taliban. Mereka mengecap bahwa Taliban Afghanistan sudah keluar dari “Syariat Islam” versi mereka. Hal ini semakin memperjelas bahwa Taliban Afghanistan bukan bagian dari ISIS-K alias para teroris tersebut. Bahkan Taliban Afghanistan sendiri adalah musuh mereka.
Ketiga, Taliban juga tidak tunggal, terdiri dari bermacam-macam kelompok. Kelompok terbesar dan paling efektif adalah TTP (Tahrik e Taliban Pakistan) yang berusaha menembak Malala Yousafzai sebagaimana yang diberitakan oleh Kompas.com. Tentu hal ini membuat para pembaca paham bahwa penembakan kepada Malala bukan dilakukan oleh Taliban yang saat ini menduduki kekuasaan di Afghanistan, akan tetapi dilakukan oleh Taliban Pakistan.
Taliban Pakistan sendiri didirkan oleh Baitullah Mehsud pada tahun 2007. Ada sekitar 13 kelompok bersatu di bawah kepemimpinannya untuk membentuk TTP. Ideologi Taliban Pakistan adalah fundamentalisme dan wahabisme yang cenderung memperjuangkan sesuatu secara radikal (Taliban – Oxford Islamic Studies Online).
Walhasil, Taliban Afghanistan adalah golongan yang berlandaskan ideologi Ahlusunah wal Jamaah yang bersih dari paham fundamentalisme, radikal, mengkafirkan dan menghalalkan darah golongan yang tidak sepaham. Kalau pun secara fakta mereka pernah melakukan tindak kekerasan, itu tidaklah berangkat dari ideologi mereka. Dan semoga tindakan yang menuai kritikan itu, menjadi evaluasi bagi mereka untuk membenahi diri ke depannya.
Akmal Bilhaq | Annajahsidogiri.id