Surah al-Baqarah ayat 185 menyebutkan: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran”. Dalam ayat lain, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam Lailatul Qadar” (QS. al-Qadr [0]:1). Persoalan mengenai turunnya al-Quran menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita kaji bersama. Nah, bulan Ramadhan ini merupakan momen yang pas untuk kita membahasnya sesuai dengan apa yang disebutkan dalam surah al-Baqarah dan surah al-Qadr tadi. Sebagian kalangan ada yang menyatakan bukan turun pada nabi secara berangsur-angsur sesuai dengan waktu dan peristiwa yang ada seperti yang disebutkan dalam surah al-Isra’ ayat 106?
Baca Juga: Benarkah Al-Quran Ketinggalan Zaman?
Dalam hal ini, Shahabat Ibnu Abbas dan yang lainnya berpendapat bahwa Allah menurunkan al-Quran dalam satu jumlah dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar (bulan Ramadhan. red). Kemudian al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun melalui Malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sesuai dengan waktu dan peristiwa yang terjadi. Yakni, 13 tahun setelah terutusnya nabi di Mekah dan 10 tahun setelah nabi hijrah ke Madinah.
Adapun hikmah dibalik penurunan al-Quran ke langit dunia terlebih dahulu ini adalah untuk memberi tahu kepada penduduk langit yang tujuh bahwa Kitab al-Quran merupakan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada utusan terakhir dan kepada umat terbaik. Dalam kitab Jamalul Qurra’ al-Imam as-Sakhawi menyatakan, “Turunnya al-Quran ke langit dunia dalam satu jumlah adalah untuk memuliakan anak Adam dan untuk menunjukkan keagungan kitab ini di hadapan para malaikat di langit serta untuk memberi tahu mereka bahwa ada pertolongan dan rahmat Allah di dalamnya”.
Setelah al-Quran ini diturunkan ke langit dunia, Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Tentang bagaimana talaqqi-nya Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, Sayyidah Aisyah menjelaskannya dalam satu riwayat berikut ini: Sayyidah Aisyah berkata: Suatu saat, Sahabat Haris bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah bagaimana wahyu datang kepadamu?” Rasulullah menjawab: “Terkadang, wahyu itu datang seperti suara bel lonceng dan itu yang paling sulit bagiku kemudian wahyu itupun terputus dan aku mengingatnya. Dan terkadang malaikat Jibril datang kepadaku menyerupai seorang laki-laki lalu wahyu itu terputus dan aku mengingat apa yang ia katakan”. Aisyah melanjutkan: “Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah di hari yang sangat dingin kemudian wahyu itu terputus dan aku melihat pelipis Rasulullah mengeluarkan keringat”. Begitulah Sayyidah Aisyah meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari.
Dengan begitu, jelaslah maksud dari firman Allah dalam surah al-Isra’ ayat 106 yang berbunyi: “Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. Wallahu A’lam
Abdul Muid | Annajahsidogiri.id
Comments 0