Jika Barat membuat wanita bobrok secara moral maka Islam membuat mereka menjadi insan beradab dan berotak brilian. Jika Barat melacuri mereka seenaknya maka Islam sangat melaknat hal itu. Jangankan untuk menggauli, memandang auratnya saja dilarang dalam Islam. Oleh karenanya, Islam sanagat mewanti-wanti hal ini, bahkan sampai mewajibkan perempuan untuk menutup rapat auratnya, agar bisa terjaga dari pandangan liar, sekaligus aman dari kasus pelecehan (Q.S an-Nur [24]: 31).
Selain itu, Islam juga membekali mereka dengan etika, agar mereka bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bernas dalam bertingkah dan berperangai indah (Q.S al-Ahzab [33]: 33).
Jika Barat dengan seenaknya menyiksa wanita, Islam secara tegas dan tersurat menurunkan perintah agar wanita disayangi. Memperlakukan istri dengan cara yang baik (mu’asyaratuhâ bil ma’ruf) adalah kewajiban bagi para suami, seperti keterangan yang tertulis dalam kitab Fathul-Mu’in karya Syekh Zainuddin al-Malibari. Keterangan ini selaras dengan ayat al-Qur’an yang berbunyi:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (Q.S an-Nisa [04]: 19)
Dari ayat ini dapat kita lihat bersama bagaimana Islam memuliakan perempuan. Jika ketepatan istri kita memiliki perangai tidak baik, kita tetap diperintah agar bersabar dan tidak mengumpat mereka dengan kata kasar, dengan harapan kesabaran itu dapat membuahkan hasil yang lebih besar. Keterangan semacam ini dapat kita lihat dalam kitab Takwîlâtu ahli as-Sunnah karya al-Imam Abu Mansur al-Maturidi.
Selanjutnya, Jika masyarakat jahiliah membunuh bayi perempuan karena khawatir kekurangan sandang pangan, Islam justru mengutuk dan melarang perbuatan keji tersebut. Islam juga menegaskan jika kehadiran seorang anak, baik lelaki atau perempuan, adalah anugerah yang membawa keberkahan. Hal ini disampaikan oleh al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi saat menafsiri ayat ke-49 surah asy-Syura:
لِّلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ
“Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. asy-Syura [62] :49)
Anggapan masyarakat jahiliah kalau anak perempuan menjadi dalang kemiskinan juga ditolak secara tegas oleh Islam. Hal itu tersampaikan dengan gamblang oleh al-Qur’an:
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (Q.S al-Isra [17] :31)
Seperti yang dijelaskan oleh al-Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, bahwa bidikan ayat tersebut adalah masyarakat jahiliah yang secara kejam mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Ayat ini sekaligus bertujuan agar mereka sadar bahwa sebenarnya semua anak yang lahir ke muka bumi ini telah dibekali rezeki oleh Allah sehingga mereka tak lagi takut anaknya kelaparan di kemudian hari.
Walhasil, setelah memahami rangkaian bulir-bulir baris di atas, dengan melihat fakta sejarah yang ada, dapat kita pahami bahwa pernyataan orang yang mengatakan bahwa Islam adalah Agama yang membenci perempuan sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Ilwa Nafis Sadad | Annajahsidogiri.id