Kristiani
Surah an-Naml ayat ke 91 adalah bukti bahwa Allah, Tuhan umat Islam, hanya sebagai Tuhan di negri Mekah saja. Berbeda dengan Yesus yang merupakan Tuhan semesta alam, dan kita diperintahkan untuk menjadikan seluruh bangsa di dunia ini sebagai murid-Nya, dengan cara mengajarkan dan memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Muslim
Pernyataan anda sangat menarik, mari kita kupas! Pertama, Allah berfirman dalam surah an-Naml: 91, sebagai berikut:
اِنَّمَآ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ رَبَّ هٰذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِيْ حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَّاُمِرْتُ أَنْ أَكُوْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَۙ. (النمل: 91)
Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan memiliki segala sesuatu. Aku diperintahkan agar masuk ke dalam golongan orang-orang muslim. (QS. An-Naml: 91)
Secara harfiah, makna atau terjemahan dari ayat ini seakan mengarah kepada pembatasan kekuasaan Allah, yaitu hanya di kota Mekah. Namun, harus diketahui bahwa memahami al-Quran, tidak sama seperti Bible yang bisa dipahami oleh siapa pun asalkan dia adalah Kristen atau Katolik, dengan dalih ada roh kudus yang akan membimbing pemahamannya. Apalagi, sering kita jumpai di setiap perdebatan, kawan-kawan dari Kristen hanya bermodal terjemahan, tanpa mau menelusuri para pakar dalam memahami ayat dalam Bible mereka. Ngawurnya, tradisi serampangan dalam memahami ayat Bible, mereka terapkan juga dalam memahami al-Quran. Sungguh mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
Baca Juga; Allah Adalah Dzat, Bukan Roh
Konteks ayat ini berkenaan dengan orang musyrik, yang enggan untuk menyembah Allah.[1] Lalu mengapa Allah mengkhususkan kota Mekah? Dalam hal ini al-Imam ar-Razi dalam tafsir monumentalnya menyampaikan sebagai berikut:
وإنَّما اخْتَصَّهَا مِن بَيْنِ سَائِرِ البِلادِ بِإضافَةِ اسْمِهِ إلَيْها؛ لِأنَّها أحَبُّ بِلادِهِ إلَيْهِ، وأكْرَمُهَا عَلَيْهِ، وَأَشَارَ إلَيْها إِشَارَةَ تَعْظِيمٍ لَهَا دَالًّا عَلى أنَّها مَوْطِنُ نَبِيِّهِ وَمَهْبِطُ وَحْيِهِ.
Dan Allah mengkhususkan Mekah di antara seluruh negeri dengan menambahkan nama-Nya kepadanya (Mekah), karena Mekah adalah negeri yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Ini menunjukkan penghormatan yang besar bagi Mekah, yang menunjukkan bahwa Mekah adalah tempat tinggal nabi-Nya dan tempat turunnnya wahyu.[2]
Kita berikan contoh lain agar Anda paham. Misalnya, pada tanggal 6 Desember 2024, Banda Aceh dinobatkan sebagai kota terbersih di Indonesia. Kemudian bapak presiden Prabowo Subianto di depan masyarakat Aceh mengatakan, “Saya adalah Presiden Banda Aceh, kota yang paling bersih ini”. Atau ada berita di luar negri bahwa presiden Banda Aceh adalah bapak Prabowo Subianto. Beliau mengkhususkan nama daerah karena rasa bangga pada Banda Aceh sebagai kota terbersih di Indonesia. Tidak berarti kepemimpinannya hanya di Banda Aceh saja. Juga, berita dari luar negri tersebut mengkhususkan nama suatu daerah, karena ada keistimewaan pada daerah tersebut, seperti sebutan Aceh adalah serambi Mekah. Kalimat-kalimat semacam ini, yaitu mengkhusus-kan sesuatu karena sebuah keistimewaan yang ada di dalamnya, adalah hal lumrah dan terlalu spele untuk didiskusikan.
Kedua, dalam al-Quran juga banyak ayat yang menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, Sang Maha Pencipta dan lain sebagainya, sebagaimana ayat-ayat berikut:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. (الفاتحة: 2)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-Fatihah: 2)
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. (الأنعام: 45)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am: 45)
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. (الأنعام: 162)
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am: 162)
تَنْزِيْلُ الْكِتٰبِ لَا رَيْبَ فِيْهِ مِنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ. (السجدة: 2)
Turunnya al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya berasal dari Tuhan semesta alam. (QS. As-Sajadah: 2)
اَللّٰهُ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ قَرَارًا وَّالسَّمَاءَ بِنَاءً وَّصَوَّرَكُمْ فَاَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْۚ فَتَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ. (غافر: 64)
Allahlah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap. (Dia pula yang) memben-tukmu, lalu memperindah bentukmu, serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Demikianlah Allah Tuhanmu. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Ghafir: 64)
قُلْ اِنِّيْ نُهِيْتُ اَنْ اَعْبُدَ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَمَّا جَاۤءَنِيَ الْبَيِّنٰتُ مِنْ رَّبِّيْ وَاُمِرْتُ اَنْ اُسْلِمَ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. (غافر: 66)
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang menyembah (sekutu-sekutu) yang kamu seru selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku. Aku diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Ghafir: 66)
Makna pada beberapa ayat di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa Allah bukan hanya Tuhan di kota Mekah, tapi Dialah sang Maha Pencipta dan Tuhan semesta alam.
Komparasi
Selama ini umat Kristiani gemar menuduh bahwa Islam menyembah “Tuhan lokal”, hanya Tuhan di Mekah, hanya Tuhan bangsa Arab. Tuduhan ini sering dikaitkan dengan QS. An-Naml ayat 91, padahal ayat itu sendiri secara eksplisit mengatakan: “Dan milik-Nya lah segala sesuatu!”, yang menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam yang mengagungkan Mekah sebagai tempat suci, bukan membatasi kekuasaan-Nya hanya di Mekah.
Sekarang mari kita balik logika itu. Jika menyebut “Tuhan Mekah” dijadikan dalih membatasi kekuasaan Tuhan, maka kita bertanya: Kenapa kitab kalian berkali-kali menyebut “Allah Israel”? Apakah Tuhan kalian hanyalah Tuhan bangsa Israel saja? Apakah Dia tidak mampu melintasi perbatasan Israel? Apakah kerajaan Tuhan kalian diblokir visa oleh bangsa lain? Lihat sendiri bagaimana Bible menulis dengan jelas:
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (Lukas 1: 68).
Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.” (Keluaran 5: 1)
Tiga kali setahun segala orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN, Allah Israel (Keluaran 34: 23)
Sepanjang Perjanjian Lama, Tuhan digambarkan bukan sebagai Tuhan seluruh bangsa, melainkan eksklusif milik satu etnis saja: Israel. Bahkan nama-Nya pun disebut secara eksplisit. Maka timbul pertanyaan, Tuhan siapa yang hanya memihak satu bangsa? Di mana letak ketuhanan universal jika hanya untuk satu kaum?
Baca Juga; Memahami Perbuatan Tuhan
Lanjut ke Perjanjian Baru, sebagian orang Kristen menyangka Yesus datang membawa cinta untuk dunia. Tapi Yesus sendiri membantah hal itu. Lihat pengakuannya:
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15:24)
Yesus menolak wanita Kanaan (non-Israel) yang memohon kesembuhan, dengan menghinanya secara ungkapan metafora:
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Matius 15:26).
Bahkan Yesus melarang para muridnya berdakwah ke bangsa lain, sebagaimana dijelaskan dalam Matius 10:5-6 sebagai berikut:
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6)
Jika Yesus adalah Tuhan semesta alam, mengapa Dia membatasi misi-Nya? Mengapa bangsa lain dianggap ‘anjing’, bukan sebagai umat-Nya?
Lebih jauh, bahkan pada saat penghakiman, Yesus tidak menghakimi dunia. Ia hanya duduk untuk menghakimi 12 suku Israel, bukan seluruh umat manusia:
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”. (Matius 19:28).
Tidak ada kalimat “duduk menghakimi umat manusia.” Tidak ada “seluruh dunia.” Berarti, berdasarkan makna dari ayat ini secara literal, Yesus bukan hakim universal. Dia adalah hakim satu etnis saja. Apalagi jika kita membaca ayat di bawah ini:
Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu. (Wahyu 21: 14).
Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. (Wahyu 21:12).
Bayangkan! Surga menurut Wahyu hanya memiliki 12 pintu, dan setiap pintu hanya tertulis nama suku Israel! Tidak ada pintu “untuk orang Indonesia”, “untuk Afrika”, “untuk Asia Tenggara”, atau “untuk Arab”.
Ketika Tuhan kalian hanya menyelamatkan satu suku, dan surganya hanya memiliki 12 pintu bertuliskan nama-nama Yahudi, maka jelas, kalian sedang menyembah Tuhan lokal yang mempunyai misi penyelamatan umat lokal dan dengan surga lokal pula.
M Fuad Abdul Wafi | Annajahsidogiri.id
[1] Al-Wahidi, al-Basith, Tafsiran surah an-Naml: 91.
[2] Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, Tafsiran surah an-Naml: 91.