Judul kitab: at-Tawassul bin-Nabi wash-Shalihin
Penulis: Abu Hamid bin Marzuq
Tebal: 336 Halaman
Tawasul merupakan amaliah yang mendarah daging dalam tubuh masyarakat Ahlusunah, bukan Wahabi, ya, terutama masyarakat Nusantara. Tidak mengherankan jika dalam setiap acara pasti diawali dengan tawasul. Hal ini karena Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an, yang merupakan benteng umat muslim;
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah carilah perantara mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kalian bahagia.” (QS. Al-maidah:35)
Di samping itu, tawasul merupakan suatu amaliah yang berlangsung sejak zaman Rasulullah, sahabat, tabiin, dan ulama salaf. Sebagaimana yang tertera dalam banyak hadis dan atsar sahabat. Namun, legalitas amaliah ini mulai dipertanyakan oleh kelompok ekstrem kanan (Wahabi), karena, kata mereka, praktik ini merupakan sebuah bentuk kesyirikan, sebab meminta pertolongan kepada selain-Nya.
Nah, untuk menjawab pernyataan tersebut, perlu kiranya benteng dari ulama. Salah satunya adalah kitab at-Tawasul bi an-Nabi wa as-Shalihin karya Syekh Abu Hamid bin Marzuq lengkap dengan argumen dan logika yang begitu mendalam.
Pada bagian awal, disebutkan bahwa kitab ini merupakan khulashah kajian tentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabi, yang teringkas dalam empat 4 pokok pemikiran. Yakni tentang konsep tajsim, trinitas tauhid, ketidaksopanannya kepada Nabi Saw, serta konsep takfir Abdullah bin Abdul Wahab.
Pada pasal pertama, berisi pembahasan seputar akidah tajsim yang dikarang oleh ulama panutan Wahabi Imam Ibnu Taimiyah. Pada bagian ini, pembahasan dimulai dengan komentar dan bantahan para ulama terhadap konsep tajsim tersebut. Pembahasan dilanjutkan dengan membahas tuntas tentang syubhat logika yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah dalam menguatkan doktrin tersebut. Lengkap dengan bantahan yang dibumbuhi dalil al-Qur’an dan hadis. Kemudian ditutup dengan pandangan mayoritas umat Islam dalam kesucian Allah dari serupa dengan makhluk.
Baca juga : Tabsîthul-‘Aqâid; Kitab Penolong Akidah Awam
Untuk pasal kedua, fokus pembahasan mengarah kepada konsep trinitas tauhid Wahabi, tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa as-sifat. Dalam bagian ini penulis memaparkan argumen-argumen yang diusung oleh Ibnu Taimiyah dalam menguatkan doktrinnya tersebut serta dilengkapi dengan bantahan terhadap kesalahan Ibnu Taimiyah dalam mengusung doktrin tersebut.
Pembahasan berlanjut dengan membahas seputar konsekuensi dan tujuan trinitas tauhid ini, yakni tentang tradisi ziarah kubur, tabarukan, tawasul, dan istigasah yang dikatakan Wahabi syirik. Alasannya sama seperti penyembah berhala pada zaman Nabi Saw diiringi bantahan atas kesalahan Wahabi dalam memahami tawasul dan dalil-dalil yang memperbolehkan amaliah tersebut.
Pada pasal ketiga, pembahasan berkisar tentang kelancangan Wahabi terhadap Nabi Saw, yakni tentang vonis mereka terhadap orang tua Nabi, hukum berziarah ke makam nabi, bertawasul, tabaruk dan berdoa di makam nabi. Juga, perayaan maulid yang divonis bidah oleh Wahabi lengkap dengan sejarah, tujuan, dalil-dalil dan fatwa-fatwa ulama yang memperbolehkannya. Dalam pasal ini juga disebutkan peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi dalam perayaan maulid.
Penulis juga membahas panjang lebar tentang hakikat tawasul, istighasah, tabaruk dengan nabi dan orang-orang sholeh. Pembahasan tentang ruh para nabi dan shalihin setelah wafat diletakkan dalam bab ke-9. Bab ini juga berisi Pembahasan seputar doktrin sesat ulama Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab dan ulama panutannya, Nashiruddin al-Albani dan Ibnu Qayyim serta statusnya menurut para ulama.
Dalam penutup, penulis mengulangi kembali pembahasan seputar tawasul, karena penulis menganggap pembahasan tersebut sangat penting. Mengingat tulisan tentang tawasul sebelumnya, mendapat banyak penolakan dari para pengikut Wahabi. Taklupa, penulis juga mengutip beberapa pendapat ulama Wahabi yang memperbolehkan tawasul, agar mudah diterima oleh para pengikutnya.
Dengan kajian yang begitu mendalam serta sarat dalil-dalil yang konkrit, berikut kutipan berbagai pandangan ulama, menjadikan kitab ini pantas untuk dijadikan pegangan serta benteng dari pemikiran sesat aliran Wahabi. Wallahu a’lam.
Sholahuddin al-Ayyubi | Annajahsidogiri.id