Sahabat #serial aqidatul awwam sebelum kita memulai pembahasan kali ini alangkah baiknya kita mengetahui sekilas tentang definisi dari Ishmah(penjagaan Allah) dan keutamaan malaikat pada bait:
عِصْمَتُهُمْ كَسَائِرِ المَلاَئِكَةْ # وَاجِبَةٌ وَفَاضَلُوا المَلاَئِكَةْ
“Mereka mendapat penjagaan Allah (dari perbuatan dosa) seperti para malaikat sebelumnya. (Penjagaan itu) wajib bahkan lebih utama dari para malaikat.”
Secara bahasa Ishmah ialah murni dzatnya Allah ﷻ yang menjaga makhluk ciptaannya. Adapun secara istilah ialah Allah ﷻ menjaga makhluknya(yang memenuhi kewajiban kepada Allah ﷻ) dari dosa-dosa dan hal mustahil yang terjadi kepada mereka. Maksud dari “makhluk” di atas adalah untuk para nabi dan Rasul dengan derajat mereka yang luhur. Adapun untuk makhluk seperti kita maka pengartiannya hanya boleh diarahkan pada penjagaan Allah ﷻ secara bahasa saja bukan istilah, sebagaimana firman Allah ﷻ:
وَاصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ فَاِنَّكَ بِاَعۡيُنِنَا وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ حِيۡنَ تَقُوۡمُۙ
“Dan bersabarlah (Muhammad ﷺ) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun.” (QS. At Tur:48)2
وَاَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَـبَّةً مِّنِّىۡ وَلِتُصۡنَعَ عَلٰى عَيۡنِىۡ
“Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS. At Taha:39)2
Mengamati Ishmah dari segi realita
Adapun kewajiban kita adalah meyakini adanya penjagaan Allah ﷻ kepada para rasul sebagaimana Allah ﷻ menjaga para malaikat. Kemudian Ishmah sendiri tidak bisa lepas apalagi hilang dari dzat Allah ﷻ terhadap para nabi dan Rasulnya. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak melakukan dosa dan sesuatu yang dapat mengurangi derajat luhur mereka. Bila mana mereka melakukan hal-hal yang bersifat manusiawi baik berupa ucapan, pekerjaan, diam, bergerak, atau kemampuan dan usaha dalam rutinitas mereka1.
Peninjauan Ishmah lewat sisi sejarah
Ahli sejarah dan ahli tafsir menjelaskan tentang kaum yahudi yang berguru kepada Harut dan Marut dalam sejarah Nabi Daud itu tidak dianggap benar. Mengapa demikian? Karena kaum Yahudi menggunakan ilmu yang mereka pelajari dari Harut dan Marut hanya untuk berbuat kedzaliman. Menurut satu pendapat Harut dan Marut orang-orang shaleh yang disebut dengan malaikat dikarenakan ibadah mereka yang sangat banyak seperti malaikat1.
Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surah Al Baqarah ayat 34, bahwa Allah ﷻ memerintah malaikat dan iblis bersujud kepada Nabi Adam untuk memuliakannya, sehingga iblis menolak seperti dalam surah Al Isra’ ayat 62.
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَ
“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.” (QS. Al Baqarah:34)2
Beberapa potongan ayat di atas menunjukkan bahwasannya derajat para Rasul lebih mulia daripada malaikat, karena para rasul diciptakan dengan memiliki akal dan nafsu sedangkan malaikat tidak diberi nafsu. Adapun Nabi Muhammad ﷺ adalah makhluk yang paling utama dan mejadi teladan untuk seluruh makhluk Allah ﷻ baik dari manusia, jin, dan malaikat.
Dimas Aji Negara | Annajahsidogiri.id