Rasisme adalah sistem kepercayaan atau dokrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu.
Rasisme lebih dari sekedar prasangka dalam pikiran atau tindakan, tetapi juga terjadi ketika prasangka ini disertai dengan kekuatan untuk mendiskrimisasi, menindas, atau membatasi hak-hak orang lain.
Rasisme dapat terjadi dalam bentuk pelecehan, penganiayaan penghinaan, kekerasan, atau perilaku yang mengintimidasi.[1]
Syiah adalah salah satu golongan yang mejadi pelopor dari ajaran rasisme ini, seperti melecehkan para sahabat Nabi ﷺ. Abu Bakar, Umar dan Usman contohnya, mereka adalah sasaran penghinaan Syiah. Hal tersebut disebabkan dalam ajaran mereka terdapat suatu konsep yang mereka junjung tinggi, yang disebut dengan Imamah.
Imamah merupakan salah satu rukun agama yang paling pokok dalam ajaran Syiah, sebagaimana diriwayatkan dari Al-Kulaini dalam ‘Al-Kafi dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam di bangun di atas lima perkara… salat, zakat, haji, shaum, dan wilayah [imamah][2]…” Zurarah berkata, “Aku bertanya;’mana yang paling utama?’, Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah( imamah )”[3].
Kemudian, Imamah menurut mereka adalah hak milik ‘Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sesuai dengan wasiat Rasulullah ﷺ. Ada pun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin dari Abu Bakar, Umar, Usman dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah islam dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah perampas kekuasaan.[4]
Baca juga : Beda Imamah Syiah dan Ahlusunah
Sehingga, muncullah dalam ajaran mereka yang berupa as-sabbu (menghina), melaknat bahkan mengatakan bahwa para sahabat Nabiﷺ seperti Abu Bakar, Umar, Usman itu murtad. Dalam kitab-kitab syiah disebutkan bahwasannya syiah Rafidhoh berkata dalam riwayatnya Imam Al-Jarh wat Ta’dil mereka ‘Al-Kisysyi’ di dalam kitabnya, ‘Rijalul Kisysyi, dari Abu Ja’far Muhammad (Muhammad Al-Baqir) :“Manusia [para sahabat] sepeninggal Nabiﷺ, semuanya dalam keadaan murtad, kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapa tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.[5]
Sehingga, semua sahabat Nabiﷺ pasca wafatnya beliau telah berada dalam keadaan murtad kecuali tiga orang, yaitu Al-Miqdad bin Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…”. Pada akhirnya pandangan tersebut memiliki konsekuensi bahwa tiga khalifah penerus dakwah Rasulullah ﷺ itu juga murtad.
Padahal Abu Bakar dan Umar, adalah dua manusia terbaik setelah Rasulullahﷺ dalam pandangan Ahlussunnah wal-jamaah, akan tetapi, mereka mencela dan melaknat mereka berdua, bahkan golongan mereka berlepas diri dari keduanya, dam ini merupakan bagian dari prinsip agama mereka.
Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka “Miftâhul Jinân, hal. 114 ”wirid laknat untuk keduanya. “Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy [Abu Bakar dan Umar], setan dan thaghut keduanya, serta putri mereka [Aisyah dan Hafshah]”, (As-Sayyed Muhibuddin al-Khatib ‘Al-Khuthuth Al-‘Aridhah’, hal. 18).
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu Al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umat bin Khattab, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” alias seorang pemberani pembela agama, kini kuburan Abu Lu’lu dibangun dengan megahnya. Hari kematian Umar dijadikan sebagai Iedul Akbar, hari kebanggaan, hari kemuliaan, dan kesucian, serta hari berkah dan suka ria, (Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 16-17).
Ada pun ‘Aisyah dan para istri Rasulullahﷺ lainnya, mereka yakini sebagai palacur sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka “Ikhtiyâr Ma’rifatir Rijâl” hal. 57-60 karya Ath-Thusi, dengan menukilkan –secara dusta—perkataan sahabat Abdullah bin Abbas terhadap Aisyah, “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan palacur yang ditinggalkan Rasulullah…” (Abdul Qadir Muhammad ‘Atha, ‘Daf’ul Kadzibil Mubin Al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mu’minin, hal. 11). Wallâhu A’lam.
Lukman hakim | Annajahsidogiri.id
[1] racism – Definitions from Dictionary.com
[2] Alkulaini Al-Kâfi II/18
[3] Badzul Majhûd, I/174.
[4] Al-khuthuth Ak Aridhah, hal. 15-17.
[5] Rijalul Kisysyi, hal. 12-13