Selain buka dan sahur, di antara ciri khas yang paling menonjol pada bulan Ramadan adalah salat tarawih. Salat tarawih merupakan sunah muakkad yang dikerjakan pada bulan suci Ramadan. Biasanya salat ini dikerjakan pada malam bulan Ramadan. Meski hukumnya sunah, ibadah ini memiliki keutamaan besar, Baginda Nabi bersabda: “Siapa yang menghidupkan bulan Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampunilah dosa‐dosanya yang telah berlalu.” [1]
Baca Juga: Tarawih Perspektif Mazhab Empat
Imam Nawawi berkomentar, yang dimaksud menghidupkan bulan Ramadan adalah dengan salat tarawih. Sehingga tak heran jika salat tarawih ini selalu dikerjakan para sahabat, tabi’in, salaf dan kaum muslimin dari dulu hingga pada masa kini.[2]
Dalil Wahabi
Di kalangan Aswaja, salat tarawih dilaksanakan sebanyak 20 rakaat plus 3 rakaat salat witir. Hal ini berbeda dengan pendapat kaum Salafi-Wahabi, mereka menyangkal pendapat ini. Mereka berpendapat jumlah rakaat salat tarawih yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau 13 rakaat. Inilah yang dipilih oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis yang telah lewat.
مَا كَانَ يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَفِي غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
‘Aisyah mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah rakaat dalam salat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam salat lainnya lebih dari 11 rakaat.” (HR. Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738).
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ
“Salat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari adalah 13 rakaat.” (HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764).
Sebagian ulama mengatakan bahwa salat malam yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 rakaat. Adapun dua rakaat lainnya adalah dua rakaat ringan yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembuka melaksanakan salat malam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (4/123, Asy Syamilah).[3]
Dalil Aswaja
Hadis di atas sebenarnya tidak hanya tertuju pada salat malam Rasulullah di bulan Ramadan saja (Tarawih), tapi juga tertuju pada salat Rasulullah SAW pada malam-malam selain Ramadan. Hal ini diketuhui, bahwa sebelum menyebutkan hadis ini, Imam Bukhari terlebih dahulu mengatakan, “Bab ibadah malam Rasulullah di bulan Ramadan dan selain Ramadan.”
Saat meriwayatkan hadis di atas, barangkali sepengetahuan Sayyidah Aisyah tentang salat malam Rasulullah SAW hanya sebanyak sebelas rakaat. Hal ini dapat diketahui dari hadis lain juga riwayat Aisyah yang mengatakan bahwa salat malam Rasulullah SAW sebanyak tiga belas rakaat.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيَّ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً
Sayyidah Aisyah berkata, “bahwa salat malam Rasulullah SAW sebanyak tiga belas rakaat.”[4]
Mengenai membantah pemahaman kelompok Salafi-Wahabi tentang hadis di atas, Ust. Idrus Ramli, salah satu Dewan Pakar Annajah Center Sidogiri dalam karya-nya yang berjudul “Wahabi Gagal Paham” juga ikut berkomentar:
Pertama: Hadis di atas tidak memberikan pengertian bahwa salat melebihi 11 rakaat adalah pekerjaan yang tidak afdal (tidak diutamakan) apalagi terlarang atau bidah.
Kedua: Hadis tersebut hanya menginformasikan bahwa salat malam Rasulullah SAW tidak pernah lebih dari 11 rakaat, baik ketika bulan Ramadan maupun di luarnya.
Ketiga: Informasi bahwa salat malam Rasulullah SAW tidak pernah lebih dari sebelas hanya berdasarkan sepengatahuan Aisyah RA.[5]
Malah hadis yang menerangkan bahwa rakaat salat malam Rasulullah yang selain 11 itu banyak dan sangat bervariasi. Simak ya hadisnya:
ًعَاصِمْ بن ضَمْرَةْ قَالَ سُئِلَ عَلِيْ رضي الله عنه َعنْ صَلاَةٍ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ كَانَ يُصِلِّي مَِن اللَّيِْل سِتَّ عَشْرَةَ رَكْعَة
Asim bin Damrah bertanya kepada Sayyidina Ali RA mengenai salat Rasulullah SAW. Ali menjawab: “Salat malam Rasulullah SAW sebanyak enam belas rakaat”[6]
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَان رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم يُصَلِّي مِنَ الَّيْلِ سِتَّ عَشَرَةَ رَكْعَةً سِوَى الْمَكْتُوْ بَةِ
Dari Ali RA berkata: Rasulullah SAW selalu menunaikan salat pada malam hari sebanyak 16 rakaat, selain salat maktubah”.
ٍعَنْ عَائِشَةَ أَنَِّ النَبِيَّ صَلَّى الَلَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كان ُيصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ تِسْعَ رَكْعَات
Sayyidah Aisyah mengatakan bahwa salat malam Rasulullah SAW sebanyak sembilan rakaat.[7]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ الَلَّهِ صَلَى الَلَّهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ تِسْعًا فَلما أسن وثقل صلى سبعا
Sayyidah Aisyah mengatakan, bahwa Rasulullah SAW salat malam sebanyak sembilan rakaat. Apabila beliau merasa berat, maka beliu salat sebanyak tujuh rakaat.[8]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ تَطَوُّعِهِ فَقَالَتْ… وَيُصَلِّى بِالنَّاسِ الْعِشَاءَ وَيَدْخُلُ بَيْتِى فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ تِسْعَ رَكَعَاتٍ فِيهِنَّ الْوِتْرُ وَكَانَ يُصَلِّى لَيْلاً طَوِيلاً قَائِمًا وَلَيْلاً طَوِيلاً قَاعِدًا
Abdullah bin Syaqiq bertanya kepada Sayyidah Aisyah mengenai salat sunah Rasulullah SAW, beliau menjawab: “…kemudian Rasulullah salat isya’ bersama sahabat. Setelah itu beliau masuk ke rumahku dan salat dua rakaat. Dan beliau salat malam sebanyak sembilan rakaat termasuk witir. Baginda salat malam yang panjang dalam keadaan berdiri. Kadang pula Baginda salat malam yang panjang dalam keadaan duduk…”[9]
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِيتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
Rasulullah SAW, bersabda: “Salat malam itu dua rakaat dua rakaat. Apabila kamu khawatir salat subuh datang, maka salat witirlah satu rakaat.”[10]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تُوتِرُوا بِثَلَاثٍ تَشَبَّهُوا بِصَلَاةِ الْمَغْرِبِ ، وَلَكِنْ أَوْتِرُوا بِخَمْسٍ ، أَوْ بِسَبْعٍ ، أَوْ بِتِسْعٍ ، أَوْ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ، أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Rasulullah SAW, bersabda: “Janganlah kalian salat witir tiga rakaat, karena hal itu menyerupai salat maghrib. Akan tetapi salat witirlah lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat. Atau lebih banyak daripada itu.”[11]
Dari beberapa hadis di atas, jelaslah bahwa salat tarawih tidak hanya sebelas rakaat saja. Lah, malah kebodohan yang sangat mendasar jika salat tarawih 20 rakaat dituduh bidah. Buktinya hadis-hadis di atas kelompok Salafi-Wahabi aja gak tau? Malah membidahkan orang yang tidak sepaham. Sungguh kerancuan yang membingungkan.
Dalam kitab yang sering kita bawa ke sekolah, Fathul Mu’in nama kitabnya, ulama Syafi’ayah, di antaranya Imam Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari mengatakan bahwa salat tarawih yang hukumnya sunah itu jumlahnya adalah 20 raka’at, Imam Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari tidak membidahkannnya kok, santai aja, kita simak penjelasan beliau:
وَصَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ سنة مُؤَكَّدَةٌ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْماَتٍ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ لِخَبَرٍ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَيَجِبُ التَّسْلِيْمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا مِنْهَا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ تَصِحَّ .
Artinya: “Salat tarawih hukumnya sunah, 20 raka’at dan 10 salam pada setiap malam di bulan Ramadan. Karena ada hadis: Barangsiapa melaksanakan (salat tarawih) di malam Ramadan dengan iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang terdahulu diampuni. Setiap dua rakaat harus salam. Jika salat tarawih 4 rakaat dengan satu kali salam maka hukumnya tidak sah”.[12]
Mungkin masih ada kejanggalan dalam benak kita, kenapa salat tarawih harus 20 plus 3 rakaat salat witir? Oke, kita jawab. Karena jumlah ini yang diajarkan para Salafus Shalih. Dari masa Hulafa’ur Rasyidin hingga saat ini, jumlah shalat tarawih sebanyak 20 rakaat. Berikut dalilnya:
وَاِخْتَلَفَ أَهْلُ العِلْمِ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ فَرَأى بَعْضُهُمْ أَنْ يُصَلِّي إِحْدَى وَأَرْبَعِيْنَ رَكْعَةً مَعَ الوِتْرِ وَهُوَ قَوْلُ أَهْلُ المَدِيْنَةِ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَهُمْ بِالمَدِيْنَةِ وَأََكْثَرَ أَهْلُ العِلْمِ مَا رَوِيَ عَنْ عُمَرَ وَ عَلِي وَغَيْرُهُمَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً وَهُوَ قَوْلُ ًالثَّوْرِي وَ اِبْنِ المُبَارَكَ وَ الشَّافِعِي وَقَالَ الشَّافِعِي وَهَكَذَا أَدْرَكْتَ بِبَلَدِنَا بِمَكَّةَ يُصَلُّوْنَ عِشْرِيْنَ رَكْعَة
“Para ulama berbeda pendapat mengenai salat malam di bulan Ramadan (tarawih). Sebagian berpendapat bahwa jumlah rakaat salat tarawih sebanyak 41 rakaat beserta Witirnya. ini adalah pendapat penduduk Madinah, dan mereka mengamalkan jumlah ini. Adapun mayoritas ulama, berdasarkan riwayat yang dikutip dari Sayyidina Umar, Sayyidina Ali dan sahabat Rasulullah yang lain, berpendapat rakaat tarawih sebanyak 20 rakaat. Ini adalah pendapat imam ats-Tsauri, Ibnu Mubarak dan Imam Syafii. Imam Syafii berkomentar, “Yang aku ketahui dari penduduk Makkah, shalat tarawih mereka berjumlah 20 rakaat.”[13]
Ala kulli hal, sudah terjawab kan kerancuan kita semua mengenai bilangan rakaat tarawih. Masihkah kita mau ikut pada kelompok yang sering membidahkan ini? Padahal ketidapahaman mereka akan hadis jelas sangat nampak. Mereka cuman menang jargon “Kembali ke Kitab dan Sunah”. Padahal aslinya mereka hadis aja gak paham.
Muhammad Hilman Haeikal | ِAnnajahsidogiri.id
[1] Kitab Sohih Bukhari, Muslim
[2] Majmu’ Syarah Muhadzab
[3] Sumber https://rumaysho.com/448-shalat-tarawih-11-ataukah-23-raka’at.html
[4] Sunan Ibnu Hibban, vol 1/432
[5] Wahabi Gagal Paham, Juz 1/264
[6] Musnad Ahmad, vol 2/297
[7] Sunan Ibnu Majah, vol 1/432
[8] Sunan Nasa’i, vol 3/238
[9] Sahih Muslim, vol 1/504
[10] Musnad Ahmad, vol 2/134
[11] Mustadrak ala Sahihain, vol 1/437
[12] Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in, Bairut: Dar al Fikr, juz I, h. 360.
[13] Sunan At-Tirmizi, juz 2. Hlm. 162.