Sebelum kedatangan para Wali Songo di tanah Jawa, masyarakat Jawa kebanyakan memercayai ramalan-ramalan yang beredar dalam kehidupan mereka. Tatkala Wali Songo datang ke tanah Jawa, secara bertahap, keyakinan yang menjamur di tengah-tengah masyarakat Jawa tersebut mulai menghilang. Namun, seiring berputarnya zaman, keyakinan itu kembali menjangkiti banyak orang, yang kemudian menjadi sebuah aliran dengan sebutan Islam Kejawen. Mereka bersyahadat dan melaksanakan rukun Islam, tetapi keyakinannya tercium bau kesesatan. Lalu, bagaimana kita menyikapi aliran yang demikian? Berikut penjelasan KH. Qoimuddin, Dewan Pakar Annajah Center Sidogiri, kepada M. Syauqiy Ramadhan dari Buletin Tauiyah.
Bagaimana gambaran paham Kejawen dalam Islam?
Kepercayaan masyarakat yang terakhir masuk ke Indonesia adalah Islam, kepercayaan ini dibawa oleh Wali Songo secara bertahap. Namun, masyarakat tidak bisa melepaskan ajaran nenek moyang mereka yang saat itu memiliki pemahaman Jahiliah. Islam Kejawen adalah salah satunya, meskipun mereka bersyahadat dan melaksanakan rukun Islam, tapi ajarannya menyimpang. Di antara penyimpangannya adalah meyakini ramalan nasib penikahan yang dilakukan pada bulan Dzul Qadah akan membawa celaka kepada masing-masing mempelai. Hal ini disebabkan anggapan mereka bahwa keadaan bulan tersebut seperti terjepit.
Keyakinan tersebut merupakan khayalan belaka, yang bersumber dari kepercaayan tempo dulu sebelum ajaran Islam datang ke Indonesia, sebab ajaran Islam tidak pernah mengajarkan demikian. Buktinya, Allah ﷻ menikahkan Nabi Muhammad ﷺ dengan Sayidah Zainab binti Jahsy pada bulan Dzul Qadah, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam (QS. Al-Ahzab [33]: 38), di mana pernikahan tersebut malah membawa berkah kepada Nabi dan Istri-istrinya yang lain.
Jadi, Islam Kejawen termasuk golongan Islam. Namun, kepercayaannya tidak benar atau sesat dan keyakinan ini sudah melekat sejak lama, lebih-lebih penganut Islam Kejawen ada yang mengatakan bahwa ini peninggalan Wali Songo. Padahal tidak demikian. sehingga untuk mengubah keyakinan ini sangat sulit. Na‘ûdzubillah min dzâlik.
Apakah paham tersebut sesuai dengan ajaran golongan Batiniyah (kebatinan)?
Golongan Batiniyah itu seperti halnya aliran hakikat dan bukan Islam Kejawen. Mereka bersyahadat tapi tidak mau melakukan rukun Islam, katanya karena Allah ﷻ dan Rasul-Nya sudah menyatu dalam dirinya. Sedangkan golongan Kejawen masih mau melakukan rukun Islam, tapi keyakinan mereka yang tidak benar menurut Islam. Agaknya, saya tidak bisa menetapkan secara pasti bahwa paham Kejawen merupakan cabang dari golongan kebatinan tersebut. Tapi yang pasti mereka sama-sama sesat dalam segi keyakinannya
Lantas, bagaimana cara kita menyikapi orang yang telah menganut paham tersebut?
Pada dasarnya, mengubah keyakinan seseorang itu sangatlah sulit, apalagi tingkat keyakinannya sampai ke taraf kufur. Karena keyakinan yang mereka anut jauh lebih kuat daripada ajaran agama Islam yang dipercayainya. Jangan sampai meyakini paham tersebut, dengan artian harus tetap teguh terhadap keyakinan yang benar dalam agama Islam. Kemudian, apabila ingin menegur kemaksiatan atau meluruskan keyakinan yang salah kepada yang benar, maka sebaiknya dengan mendatangi tokoh atau kiai setempat, guna meminta pendapat mengenai hal tersebut. Karena kiai atau tokoh setempat mungkin lebih dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar, sehingga apa yang kita sampaikan mudah diterima oleh mereka.
M. Syauqiy Ramadhan | Annajahsidogiri.id