Ada kejanggalan dari pendapat Iman Ibnu Taimiyah dalam menyikapi pemberontakan yang dilakukan Sayidina Ali terhadap Khawarij. Kejanggalan ini ditemukan dalam Minhaj as-Sunnah-nya. Ibnu Taimiyyah menanggapi bahwa tindakan Sayidina Ali memberontak Khawarij disebut sebagai tindakan kekuasaan, bukan dinilai sebagai tindakan keagamaan. Tanggapan Ibnu Taimiyah juga menyinggung sikap umat Islam yang seharusnya tidak membaiat Sayidina Ali karena tidak bisa berlaku adil, bahkan berani menumpahkan darah sesama muslim. Teks ini berupa:
وَإِنَّهُ قَاتِلٌ لِلرِّئَاسَةِ لَا لِلدِّيَانَةِ…وَلَيْسَ عَلَيْنَا أَنْ نُبَايِعَ عَاجِزًا عَنْ الْعَدْلِ عَلِيًّا وَلَا تَارِكًا لَهُ
Paparan di atas tentu tidak bisa dibiarkan apalagi dibenarkan. Bisa disebut, sanggahan ini tergolong orientasi tanpa didasari hadis dan ijtihad ulama. Ibnu Taimiyah hanya mengutarakan pandangannya tersendiri, bahkan bisa dinyatakan pendapat ini tergolong dari uraian orang-orang kafir.
Dalam kitab Minhatul-Hamid ‘Ala Syarhi Jauharitit-Tauhid, dipaparkan bahwa tindakan Sayidina Ali dalam memerangi Khawarij atas dasar keagamaan, bahkan perang Shiffin dan perang Jamal juga dilakukan atas keagamaan. Paparan ini merujuk pada hadis riwayat Imam Thabari:
إِذَا ذُكِرَ الْقَدَرُ فَامْسِكُوا, وَإِذَا ذُكَرَ أَصْحَابِي فَامْسِكُوا
Mengenai konflik antar shahabat juga tidak boleh ditanggapi sendiri. Ada dua cara muslim menanggapi hal ini. Pertama, diam. Tindakan ini lebih menyelamatkan diri seorang muslim bahkan menjadi kewajiban bagi orang awam. Kedua, ditakwil dengan takwilan yang bagus. Keduanya merujuk pada sabda Nabi Muhammad yang melarang umat Islam membicarakan keadaan para shahabat. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan:
إِنَّ اللَّهَ اخْتَارَنِي وَاخْتَارَ لِي أَصْحَابًا فَجَعَلَ لِي مِنْهُمْ وُزَرَاءَ وَأَنْصَارًا وَأَصْهَارًا, فَمَنْ سَبَهَهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَاُنَاسٌ أَجْمَعِينَ, لَايَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا
Ini menunjukan bahwa permasalahan shahabat apalagi Sayidina Ali tidak bisa ditanggapi tersendiri. Herannya, Ibnu Taimiyah tetap menyebut tindakan Sayidina Ali atas kekuasaan, padahal kenyataannya Sayidina Ali juga menjalani kekhalifahan sebagai khalifah-khalifah sebelumnya. Bisa disebut, pemberontakan pada Khawarij merupakan tindakan paling baik yang dilakukan Sayidina Ali, sebab di zaman kekhalifahan Sayidina Abu Bakar, pemberontakan hanya dilakukan pada orang-orang yang keluar dari Agama Islam.
Mengenai Sayidina Ali, terdapat banyak hadis terkait keutamaannya. Nabi Muhammad bersabda, “Aku adalah gudang ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya.” Imam Ahmad menyebutkan, “Tidak ada keutamaan paling utama pada seorang laki-laki selain yang diberikan pada Sayidina Ali.”
Agus Mustofa | Annajahsidogiri.id
Comments 0