Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini, pastinya butuh akan aturan sebagai pegangan kehidupan, agar mereka tidak hidup liar sebagaimana hewan. Karena itulah Allah menetapkan syariat yang mengatur alur kehidupan makhluknya. Untuk mengenalkan syariatnya, Allah mengutus para rasul yang berperan sebagai penyampai syariat terhadap mahkluknya terutama yang berakal seperti manusia dan jin.
Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya, Kubrâ al-Yaqîniât al-Kauniât, menjelaskan definisi rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah baik berupa kitab ataupun syariat serta diperintahkan untuk meyampaikannya terhadap makhluk. Dari definisi tersebut bisa dipahami bahwa para rasul memiliki peran yang sangat penting, mereka adalah pembawa syariat dan uswah bagi umatnya, sebab itulah para utusan Allah harus memiliki sifat dan perangai yang sempurna. Imam Ibrahim al-Liqani dalam nazam Jauharatut-Tauhîd, tepatnya bait ke 59, menyapaikan bahwa ada empat sifat yang wajib dimiliki para utusan.
Pertama: Sifat Amanah
Sifat amanah berarti para utusan terjaga dari segala hal yang dilarang dalam syariat baik secara zahir seperti zina, mencuri, dan minum khamar, ataupun batin seperti iri dengki, sombong, dll. Syekh Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri dalam kitabnya, Tuhfatul-Murîd ‘alâ Jauharatit-Tauhîd menjelaskan dalil wajibnya sifat amanah bagi para utusan;
“Adapun dalil wajib sifat amanah bagi para utusan, andaikan mereka berkhianat dengan melakukan hal yang haram atau bahkan yang makruh, niscaya kita akan diperintahkan untuk melakukannya. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk megikuti segala perilaku, ucapan dan pekerjaan para rasul. Sedangkan Allah tidak pernah memerintahkan hambanya untuk mengerjakan perkara haram ataupun makruh”. (Tuhfatul-Murîd ‘ala Jauharatit-Tauhîd, hal. 81).
Kedua: Sifat Jujur (Sidhq)
Jujur berarti sesuainya ucapan dengan kenyataan. Semua hal yang dikabarkan para rasul pasti benar, baik itu berupa pengakuannya sebagai rasul ataupun dalam syariat-syariat yang beliau sampaikan. Sifat ini telah disinggung dalam al-Qur’.an:
ٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.” (QS. Maryam [19]: 41)
Imam Muhammad as-Sanusi dalam kitabnya, Ummul-Barahin, memaparkan dalil wajib sifat jujur bagi para utusan:
“Jika saja para utusan berbohong dalam menyampaikan kabar, pastinya Allah juga berbohong. Karena Allah sendiri yang membenarkan semua hal yang dikabarkan para rasul dengan menganugerahi mereka mukjizat”. (Ummul-Barâhîn, hal. 175).
Baca Juga : Selama Syariat dan akidah Tepat, Jangan Sesatkan?
Ketiga: Sifat Cerdas (Fathanah)
Syeikh Ibrahim bin Muhamad al-Baijuri dalam kitabnya, Tuhfatul-Murîd ‘alâ Jauharatit-Tauhîd menyampaikan maksud dari sifat cerdas dari rasul; mampu menjawab dan menolak klaim-klaim batil dari orang yang menentanganya. Adapaun dalil sifat fathanah bagi para utusan adalah firman Allah dalam surah al-An’am:
تِلْكَ حُجَّتُنَآ اٰتَيْنٰهَآ اِبْرٰهِيْمَ عَلٰى قَوْمِهٖۗ نَرْفَعُ دَرَجٰتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ اِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
“Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am [6]: 83).
Keempat: Sifat Tablig
Tablig berarti para utusan wajib menyampaikan segala hal yang harus mereka sampaikan, baik berupa syariat ataupun kabar dari Allah. Allah telah memerintahkan para rasul untuk menyampaikan segala hal yang di turunkan padanya. Andaikan para utusan tidak meyampaikannya berarti mereka telah berkhianat dengan mengabaikan perintah, sedangkan hal itu mustahil bagi para utusan karena Allah senantiasa menjaga mereka. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Maidah:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّـهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah [5]: 67).
Muhammad Nuruddin | Annajahsidogiri.id