Pertama, Kalimat Syahadat
Ahlusunah wal Jammah berpendapat; bahwa dua kalimat syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad riwayat sahabat Umar al-Khatthab:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ :….. وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ.
“Kemudian Malaikat Jibril berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak disembah dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; menegakkan salat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah”
Syiah berpendapat; bahwa syahadat yang ada di dalam aliran syiah berupa 3 kalimat syahadat. Dengan bersaksi kepada Allah, Nabi Muhammad dan ditambah meyebutkan 12 Imam mereka.
Kedua, Perihal Al-Qur’an
Ahlusunah wal Jamaah berpendapat; bahwa Al-Qur’an tetap orisinal yakni keontentikan atau keaslian Al-Qur’an dijaga langsung oleh Allah. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS al-Hijr [15]: 9)
Syiah berpendapat; bahwa Al-Qur’an tidak orisinal lagi yakni telah diubah oleh para sahabat. Menurut Syiah, Al-Qur’an yang benar-benar otentik adalah yang dihimpun oleh Sayidina Ali lalu diserahkan kepada al-Hasan lalu al-Husain, demikian seterusnya bergilir ke tangan cucu beliau hingga sampailah ke tangan Imam Mahdi versi Syiah. Sebagaimana pendapat al-Kulaini dalam kitab al-Kafi, I/288:
عن جابر قال سمعت أبا جعفر عليه السلام يقـول ما ادعى أحد من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل الا كذاب وما جمعه وحفظه كما أنزله الله تعالى الا على بن أبى طالب عليه السلام والأئمة من بعده عليهم السلام
” Abu Jakfar berkata: tidak seorang pun yang mengaku telah mengumpulkan semua Al-Qur’an sebagaimana yang telah diturunkan oleh Allah melainkan ia adalah pembohong besar. Dan tidak ada yang mengumpulkan serta menghapalkan persis seperti yang diturunkan oleh Allah kecuali Ali bin Abi Thalib dan imam-imam seterusnya”.
Ketiga, Memandang Status Istri Nabi Muhammad
Ahlusunah wal Jamaah berpendapat; bahwa (1) Sayidah Aisyah sangat dihormati, (2) para istri rasul termasuk ahli bait. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (QS al-Ahzab [33]: 33).
Menurut Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Tafsir al-Jalalain, semua istri Nabi Muhammad juga termasuk ahlul-bait.
Syiah berpendapat; bahwa (1) Sayidah Aisyah boleh dicaci maki, (2) para istri Rasulullah bukan ahli bait. Karena itu menurut Syiah ahli bait hanyalah tertentu pada Sayidina Ali, Sayidah Fatimah, Sayidina al-Hasan, dan Sayidina al-Husain saja.
Keempat, Seputar Nabi Muhammad
Ahlusunah wal Jamaah berpendapat; bahwa dilarang mencaci maki para sahabat. Sebagaimana firman Allah:
لَّقَدْ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِى قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَٰبَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. (QS al-Fath [48]: 18).
Selanjutnya, memperjelas ayat 18 surat al-Fath di atas, terdapat dalam sebuah hadis Sunan Abu Dawud :
قال رسول الله لا يدخل النار أحد ممن بايع تحت الشجرة
“Rasulullah bersabda: “Tidak akan masuk neraka para sahabat yang ikut dalam baiat ridwan.”
Syiah berpendapat bahwa; boleh mencaci para sahabat dan menganggap para sahabat banyak yang murtad setelah wafatnya Rasulullah. Sebagaimana pendapat al-Kulaini dalam kitab al-Kafi, VIII/245:
عن ابي جعفر قال :كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وآله وسلم إلا ثلاثة فقلت : ومن الثلاثة ؟ فقال : المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري وسلمان الفارسي رحمة الله وبركاته
Dari Abi Jakfar, ia berkata: “Setelah kewafatan Nabi, semua orang menjadi murtad kecuali tiga orang”. Aku bertanya, “Siapa tiga orang itu?” Beliau menjawab: “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi”.
Dari uraian di atas, sudut pandang antara Ahlusunah wal Jamaah dan Syiah sangat jauh berbeda. Ahlusunah wal Jamaah membela akidahnya dengan argumentasi yang konkret, sedangkan Syiah membela akidahnya dengan membuat riwayat- riwayat palsu, dan kebanyakan akidah Syiah sendiri yang sesat di bangun atas dasar kebencian, fanatisme dan ambisi politik, sehingga tidak memiliki bangunan ilmiah yang kokoh dan karenanya tak perlu di gugat terlalu jauh. Sebagaimana yang dinyatakan Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, VIII/45:
وَهَؤُلَاءِ أَسْخَفُ مَذْهَبًا وَأَفْسَدُ عَقْلًا مِنْ أَنْ يُرَدَّ قَوْلُهُمْ أَوْ يُنَاظَرَ
“Aliran mereka (Syiah) terlalu lemah dan nalar mereka terlalu eror sekadar disanggah atau didebat secara ilmiah”. Wallahu a’lam.
Muhlasin Sofiyulloh | Annajahsidogiri.id