Tradisi tasyakuran adalah selamatan untuk berterimah kasih kepada Allah ﷻ karena seseorang telah mendapat nikmat dari-Nya dengan mengadakan kegiatan pembacaan al-Quran, ceramah agama dan ditutup dengan pembagian makanan. Untuk meramaikannya maka penerima nikmat biasanya mengundang kerabat dekat, tetangga dan teman karibnya.
Mengenai syukur seorang hamba kepada Allah ﷻ, al-Imam ar-Razi dalam kitabnya yang bertajuk Mafâtîhul-Ghaib (juz. 5 hlm. 191) menjelaskan bahwa bentuk rasa syukur seorang hamba kepada tuhannya adakalanya dilakukan dalam hati, lisan, dan anggota badan. Syukur dalam hati adalah ia bermaksud memuliakan Allah ﷻ dengan meyakini bahwa pemberian tersebut adalah dari-Nya.
Syukur secara lisan dan anggota badan adalah tindakan penerima nikmat yang bertujuan mengagungkan Allah ﷻ dengan meyakini dalam hatinya dan menuangkannya dengan melakukan ketaatan kepada Allah ﷻ.
Dalam kegiatan tasyakuran tersebut terdapat ketaatan kepada Allah ﷻ yang dilakukan secara lisan dan anggota badan. Pertama menggunakan lisan, penerima nikmat mensyukuri pemberian Allah ﷻ dengan melafalkan ayat suci al-Quran yang mana pahala pembacanya dijelaskan oleh Nabi ﷺ:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Siapa saja membaca satu huruf dari al-Quran, maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. at-Tirmidzi).
Baca Juga: Cara Menyikapi Fitnah yang Terjadi
Kedua, melakukan ketaatan dengan angota badan, hal ini dilakukan dengan menyelenggarakan acara ceramah agama sebab ceramah akan menambah keimanan seseorang karena mendengarkan informasi dari orang-orang yang memiliki kompetensi di bidang agama yang senatiasa mengajak bertakwa kepada Allah ﷻ, dan pahala yang dijanjikan oleh Allah ﷻ tidak bernilai kecil karena menyamai pahala orang yang mengamalkannya sebagaimana hadis Nabi ﷻ:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa mengajak kepada kebaikan maka ia memperoleh pahala seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim)
Ketaatan selanjutnya adalah sedekah makanan, Sedekah menjadi amal yang mampu meringankan kekurangan yang dimiliki orang lain. Sementara pelakunya Nabi ﷺ menjanjikan hadiah yang tak kalah menariknya sebagaimana beliau bersabda:
الصَدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبُ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مَيْتَةَ السُّوءِ
“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek (su’ul khatimah).” (HR. Thabrani)
Dengan demikian, budaya tasyakuran adalah bentuk rasa syukur kepada Allah ﷻ dengan menggabungkan antara syukur dalam hati, lisan, dan anggota badan yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Wallâhu A’lam bish-shawwâb
Aris Daniyal | Annajahsidogiri.id