Syiah Zaidiyah merupakan aliran yang dinisbatkan kepada Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dia lahir pada 79 H dan wafat terbunuh pada 122 H setelah kalah menghadapi Hisyam bin Abdul Malik (Bani Umayah) yang akhirnya mati disalib di Kufah[1]. Beliau juga termasuk dari salah satu dari murid imam Abu Hanifah dan imam Washil bin Atha’.
Syiah zaidiyah juga adalah salah satu golongan yang paling dekat dengan pemahaman Ahlusunnah waljamaah atau juga bisa disebut paling moderat dibandingkan golongan syiah lainnya, seperti syiah Itsna Asyariyah, Ismailiyah dan lain-lain.
Dalam keyakinan tentang Imâmah ini, Syiah Zaidiyah memiliki pemahaman yang tidak sebrutal golongan syiah lainnya, yaitu menganggap para imam lebih mulia dari Rasulullah ﷺ bahkan meletetakkan sayyidina Ali pada derajat ketuhanan. Keyakinan syiah Zaidiyah adalah yang paling moderat dibanding syiah yang lain, yaitu tidak menganggap derajat dan keutaman para imam yang duabelas melebihi para utusan Allah ﷻ. Meski demikian, mereka tetap mengklaim bahwa sayyidina Ali adalah yang paling utama pasca wafatnya Rasulullah ﷺ.
Beberapa pemikiran Syiah Zaidiyah
Sebagaimana penjelasan di atas, syiah Zaidiyah jika kita tinjau dari segi pemikiran dan ideologi sebagaimana di muka, maka syiah Zaidiyah ini seakan-akan dikategorikan sebagai Ahlusunnah wal-jamaah tapi bukan Ahlusunnah waljamaah. Sebab jika diteliti lebih lanjut, dalam syiah Zaidiyah banyak pemikiran yang sangat tidak selaras dengan ideologi Ahlusunnah waljamaah, di antaranya; mereka menganggap bahwa Allahﷻ tidak mampu berbuat dzolim, tapi hal tersebut tidak membikin Allah itu lemah,
Perbuatan dosa bukan ciptaan Allah dan terjadi bukan karena ketentuan Allah, Pelaku dosa besar dihukumi sebagaimana orang fasiq, Orang fasiq apabila meninggal tanpa bertaubat, maka pasti kekal di neraka, tapi jika ia bertaubat maka tidak akan kekal di neraka, mereka juga berkeyakinan kalam Allah ﷻ itu mahluk bukan qadîm dan bahkan bukan sifat bagi Allah ﷻ,
Syiah zaidiyah juga’ Mengingkari syafa’at Nabi ﷺ bagi umatnya yang berbuat dosa, Syafa’at Nabi ﷺ khusus kaum beriman yang masuk surga, sedangkan Orang yang hatinya beriman, lidahnya mengucapkan syahadat, tetapi melakukan dosa besar, maka bukan seorang mukmin dan akan kekal di neraka, mereka juga berkeyakinan wajib menentang terhadap penguasa yang dholim sebagaimana yang diterangkan dalam kitab addirâsah fi târîkh khawârij wa-syi’ah.
Oleh karena itu syiah Zaidiyah meskipun moderat, tapi dalam segi ideologinya masih sangat jauh dengan Ahlusunnah wal-jamaah. Hal ini tiada lain sebab dalam segi ideologi, syiah Zaidiyah lebih condong kepada gurunya, yaitu Washil bin Atho’ pelopor dari pemikiran-pemikiran Mu’tazilah.
Lukman hakim | Annajahsidogiri.ID
[1] Doktor Ahmad Muhammad Ahmad Jali, Dirâsah anil Faqi fi Târîkhil Muslimin al-Khawarij was-Syiah hlm.245