Hajar Aswad merupakan batu hitam yang sakral bagi umat Islam. Batu ini telah menjadi salah satu ikon penting dalam sejarah Islam. Beberapa hadis Nabi telah menjelaskan keutamaan batu ini. Di antaranya ialah sebagai perantara terhapusnya dosa, pemberi syafaat, dan yang mengangkat derajat seseorang yang menciumnya. Dikatakan bahwa, batu ini merupakan batu suci yang dikirim dari surga. Dari sederet keutamaan ini, Hajar Aswad menjadi benda yang sangat sakral bagi kaum Muslimin.
Namun, sejarah mencatat bahwa di masa lalu pernah terjadi tragedi kelam yang menimpa Hajar Aswad. Pada tahun 317 H atau 886 M, kelompok Syiah Qaramithah, salah satu pecahan dari Syiah Ismailiyah, mencuri Hajar Aswad dan meletakannya di markas mereka yang terletak di Madain. Mereka melakukan hal itu sebagai bentuk kebanggaan mereka, sebab daerah Hijaz telah mereka taklukkan. Dalam situs resmi Haramain (http://alharamain.gov.sa), pada bab Târîkhul-Haramain dijelaskan bahwa mereka juga merampas seluruh harta jamaah haji yang datang ke Makah. Bahkan, mereka tak segan membantai siapapun dari jamaah haji yang mereka temui. Terdapat sekitar 30.000 jiwa yang terbunuh, baik dari penduduk Makah maupun orang yang sedang berhaji. Mayat-mayat mereka dibuang ke sumur Zam-zam atau dikubur di lokasi Masjidil Haram tanpa dimandikan, dikafani, ataupun dishalati.
Baca juga : polemik syiah-indonesia dan cara kita menyikapinya
Para sejarawan mencatat peristiwa ini secara detail dalam kitab-kitab Tarikh mereka. Di antaranya, Al-Bidâyah wan-Nihâyah, Al-Kâmil fit-Târîkh, dan Târîkhul-Umam wal-Mulûk. Menurut kitab Al-Bidâyah wan-Nihâyah peristiwa ini menyebabkan Kabah berdiri tanpa Hajar Aswad selama 22 tahun, namun hal ini dapat terselesaikan dikarenakan sebagian pengikut mereka ada yang geram akan peristiwa ini dan membelot lalu membangun afiliasi dengan Dinasti Fathimiyah, dinasti yang secara resmi mengadopsi cabang Syiah Ismailiyah.
Pada tahun 908 M, Al-Mahdi, pemimpin Dinasti Fathimiyah, mengirim surat kepada Abu Thahir yang merupakan pemimpin Qaramithah pada masa itu, surat tersebut berisikan perintah agar ia mengembalikan Hajar Aswad ke tempat semula. Jika tidak, maka al-Mahdi akan mengirim pasukan yang tidak akan bisa dibendung oleh Abu Thahir berikut keterangan yang tertera dalan kitab Kharâfatul-Hasyâsyîn wa Asathîrul-Ismâ‘îliyyîn. Hal ini disebabkan karena Qaramithah sudah melewati batas. Al-Mahdi sangat menyayangkan kecerobohan mereka karena telah mengungkap watak asli mereka yang sebenarnya. Dengan tekanan dari Al-Mahdi, Hajar Aswad akhirnya kembali ke dalam pangkuan Kabah pada bulan Dzul Hijah tahun 339 H/908 M.
Demikian sejarah singkat mengenai Syiah Qaramithah dan kisah kelamnya dengan Hajar Aswad. Meskipun tragedi ini berlangsung di masa lalu, kisah Hajar Aswad mengajarkan kita untuk selalu menghargai keberagaman perspektif sejarah dan tetap berpegang pada nilai-nilai keamanan dan perdamaian dalam menjalani perjalanan agama dan sejarah kita. Saat ini, Arab Saudi, telah menjadi kota yang aman dan setiap tahunnya jutaan umat Muslim mengunjunginya untuk menunaikan ibadah haji dalam keadaan aman dan selamat.
Salman Ar-Ridho | AnnajahSidogiri.Id