Sahabat #SerialAkidahAwam yang dirahmati Allah ﷻ, melanjutkan dari edisi sebelumnya mengenai sifat mustahil Allah ﷻ, kita akan membahas sifat Fana dan Mumatsalah yang mustahil bagi Allah ﷻ pada edisi kali ini.
Makna sifat Fana
Fana artinya tidak kekal, binasa, atau rusak. Sedangkan Allah ﷻ tidak mungkin binasa karena Allah ﷻ kekal dalam keabadiaan. Adapun dalil dari mustahilnya sifat ini hampir sama dengan dalil mustahilnya sifat hudust, yakni jika Allah bersifatan fana maka dapat menimbulkan tasalsul ataupun daur. Sifat fana mustahil ada pada Allah ﷻ karena dzatnya kekal atas segala keagungan dan kebesarannya pada alam semesta.
Di samping itu, sifat fana merupakan kebalikan dari sifat baqa Allah ﷻ [1], sedangkan baqa merupakan sebuah keniscayaan pada Allah ﷻ, akal tidak bisa menerima jika Allahﷻ tidak bersifat baqa.
Adapun dalil naqli dari mustahilnya sifat fana bagi Allahﷻ adalah sebagaimana berikut:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۖ وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِۚ
”Semua yang ada di atasnya (bumi) itu akan binasa. (Akan tetapi,) wajah (zat) Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS. Ar-Rahman: 26-27)
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“Jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain (selain Allah ﷻ). Tidak ada tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali zat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qasas: 88)
Sebagian dari ulama, termasuk Al-Jubbai dan pengikutnya mengatakan bahwa apa yang tersisa tidak akan abadi, dan yang binasa akan binasa, tidak dengan musnahnya sesuatu yang lain[2]. Jadi sesuatu yang diciptakan oleh Allah ﷻ pasti binasa tidak ada satu pun yang kekal kecuali Allah ﷻ
Makna sifat Mumatsalah
Mumatsalatu Lilhawaditsi artinya serupa atau menyerupai makhluknya. Sifat mustahil mumatsalatu lil hawaditsi berarti Allah ﷻ tidak mungkin serupa atau sama seperti makhluk ciptaannya. Allah ﷻ sudah pasti berbeda dengan makhluk ciptaannya, baik sifat dzat-nya ataupun perbuatan dan perilaku makhluknya yang pasti memiliki kelemahan dan kekurangan.
Mustahil bagi Allah ﷻ bersifatan mumatsalah dengan makhluknya dalam sifat yang dimilikinya, maka Allah ﷻ tidak memiliki zaman, tempat, ataupun bentuk.
Adapun dalil mustahilnya mumatsalah bagi Allah ﷻ ialah:
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
“Serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlas: 4)
Allah ﷻ semakin menjauhkan makhluknya dengan apa yang ada di surga dibandingkan dengan apa yang ada di dunia ini. Jika Allah ﷻ menggambarkan dirinya sebagai Yang Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Kuasa, maka tidak perlu baginya untuk menjadi serupa dengan ciptaannya, karena selisih Allah ﷻ dari keserupaan dengan ciptaannya lebih jauh daripada selisih setiap makhluk dengan yang lain dan setiap binatang kecil yang diberi kehidupan, kekuasaan, dan bekerja. Allah ﷻ tidak serupa dengan malaikat yang diciptakan, lalu bagaimana mungkin Allah ﷻ yang Maha Esa semesta alam ini bisa serupa dengan makhluk ciptaan mana pun[3].
Dari penjelasan di atas, sudah bisa kita pahami bahwasannya kedua sifat tersebut tidak mungkin terjadi pada Allah ﷻ, sebab Allah ﷻ adalah Dzat penguasa segala alam semesta ini, dan tidak ada tuhan lain yang dapat setara dengannya. Wallahua’lam.
Dimas Aji Negara | Annajahsidogiri.id
[1] Syekh ibrahim Al-Baijuri, Kifayatul-awwam hlm.62
[2] Abul Hasan Al-Asyari, Maqalâtul-Islâmiyyin wa Ikhtilâful Mushallîn hlm. 367
[3] Muhammad bin Kholifah At-Tamim, Mu’taqadu Ahlis-Sunnah wal-Jamâ’ah fî Tauhîdi al-Asmâ’ was-Sifât hlm.91