Dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan sering kali diartikan sebagai keseimbangan fisik dan mental yang terjaga. Namun, dalam pandangan Islam, ada aspek lain yang perlu diperhatikan, yaitu pengaruh spiritual yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Salah satu bentuk gangguan yang sering diperbincangkan adalah penyakit ‘ain. Penyakit ini tidak terdeteksi secara medis, tetapi diyakini dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan bahkan kesehatan fisik. Penyakit ‘ain dikaitkan dengan pandangan mata yang disertai dengan emosi seperti iri, dengki, atau kekaguman, yang dipercaya mampu menimbulkan energi negatif dan membawa dampak buruk pada yang terkena.
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ (رواه مسلم)
“‘Ain itu nyata (Haq), seandaikan ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
Para ulama mengartikan ‘ain ini dengan berbagai macam pengertian. Diantaranya adalah definisi yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam karya beliau yang bernama Fath al-Bâri bi Syarhi Shahih al-Bukhârî:
وَالْعَيْنَ نَظَرٌ بِاسْتِحْسَانٍ مَشُوبٍ بِحَسَدٍ مِنْ خَبِيثِ الطَّبْعِ يَحْصُلُ لِلْمَنْظُورِ مِنْهُ ضَرَرٌ
“Ain adalah suatu pandangan kekaguman atau takjub yang disertai dengan iri dengki dari seseorang yang memiliki tabi’at atau karakter jelek yang dapat menyebabkan bahaya terhadap orang yang dipandang”.
Begitu juga, pengertian yang disampaikan oleh Imam al-Munawi dalam kitab Faidh al-Qadîr sebagaimana berikut:
وَهِيَ النَّظَرِ إِلَى شَئٍّ عَلَى غَلَّةٍ وَاسْتِحْسَانِهِ وَالْحَسَدِ عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ
“Ain adalah sebuah pandangan terhadap sesuatu dalam keadaan lalai disertai dengan kekaguman dan kedengkian terhadap sesuatu tersebut yang tidak diiringi dengan ingat kepada Allah ﷻ”
Dari dua pengertian diatas setidaknya bisa disimpulkan bahwa ‘ain adalah sesuatu hal yang bisa dikatakan kelebihan yang tidak wajar dan kurang baik yang dimiliki oleh sebagian orang. Yang hal ini timbul karena kedengkian atau ketakjuban ketika melihat sesuatu.
baca juga: Qodariyyah; Majusi Umat Islam
Dengan melihat namanya, bisa disimpulkan bahwa Ain merupakan kekuatan yang berasal dari mata. Pandangan mata yang kuat bisa menyebabkan sesuatu yang dilihat menjadi rusak. Yang paling berbahaya dari ain ini adalah bisa menyebabkan kematian.
Hikâyah tentang ‘Ain
Banyak cerita yang menunjukkan kebenaran tentang adanya ‘ain. Diantaranya adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah ﷺ yang dialami oleh salah satu sahabatnya yakni sahabat ‘Amir bin Rabiah dengan sahabat Sahl bin Hunaif.
Kejadian itu diceritakan oleh banyak perawi hadits terkemuka, seperti imam at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan beberapa ulama hadits yang lain.
ketika sahabat ‘Amir bin Rabi’ah pergi mencari perasan anggur, kemudian dia melihat sahabat Sahl bin Hunaif yang hendak mandi. Ketika sahabat Sahl melepas bajunya, ‘Amir bin Rabi’ah melihat keindahan kulit dari temannya tersebut. Hal itu membuatnya terkagum-kagum dan memunculkan pandangan ‘ain yang menyebabkan Sahl tergeletak pingsan. ‘Amir bin Rabi’ah mencoba membangunkannya akan tetapi tidak bisa. Kemudian dilaporkanlah kejadian tersebut kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian Nabi ﷺ memukul dada Sahl dan mengatakan:
بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ أَذْهِبْ حَرَّهَا وَبَرْدَهَا وَوَصَبَهَا، قُمْ بِإِذْنِ اللهِ
“Dengan menyebut nama Allah, ya Allah hilangkanlah panas, dingin dan penyakitnya, berdirilah dengan izin Allah”.
Setelah Nabi mengatakan sedemikian seketika Sahl langsung terbangun. Lalu Rasulullah ﷺ melanjutkan pembicaraan dengan mengatakan:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ شَيْئًا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ، فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
“Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menyenangkan pada dirinya sendiri, hartanya, atau saudaranya, maka berdoalah dengan berkah. Karena sesungguhnya, ‘ain itu nyata.”[1]
Cara Menghindari
Pandangan ‘ain merupakan pandangan yang sangat berbahaya sebagaimana yang telah disampaikan pada tulisan diatas. Dan untuk menghindari ada beberapa cara yang dianjurkan oleh para ulama.
Diantaranya adalah doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah ﷺ
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua Setan, Binatang yang beracun dan ‘ain yang menyakitkan” (HR al-Bukhari).
Hadziqil Fahimi | Annajahsidogiri.id
[1] An-nasa`i, Kitâb as-Sunan al-Kubrâ, Maktabah Syamilâh, juz 9, hlm 380.