Versi Muktazilah dan Liberal
Banyak di antara kita yang masih bertanya-tanya apakah benar Liberal itu sama dengan Muktazilah? Atau apakah Liberal itu sebagai lanjutan dari Muktazilah dengan artian sebagai Muktazilah modern? Pertanyaan tersebut wajar muncul. Sebab, secara sekilas, kedua kelompok tersebut bertemu di satu titik yang sama yaitu mendahulukan nalar dan akal sehat. dan
Habib Rizieq Shihab dalam bukunya yang berjudul “HANCURKAN LIBERALISME” (hal. 17), mengatakan “Liberal seringkali mengklaim bahwa mereka adalah penganut sekaligus pengikut Muktazilah. Mereka juga mengklaim bahwa mereka dan Muktazilah adalah dua kelompok yang moderat karena selalu mengedepankan logika dan akal sehat”. Padahal, jika kita telaah lebih dalam lagi, kita akan menemukan perbedaan yang sangat mendasar dan fundamental di antara keduanya.
Baca Juga; Tuhan Tidak Adil?
Oleh karena itu, Habib Rizieq dalam buku tersebut (hal. 18) menjelaskan, “Pendapat Muktazilah yang berupa Al-Quran itu “makhluk” kerap kali dijadikan rujukan oleh Liberal untuk menjustifikasikan pendapat mereka bahwa Al-Quran hanya sebuah teks yang merupakan produk budaya, bahasa dan sejarah. Padahal konsep “memakhlukkan” Muktazilah tidak sama dengan konsep “memakhlukkannya” Liberal, bahkan berbanding terbalik. Sebab, tatkala Muktazilah memvonis kemakhlukan Al-Quran, mereka menisbatkannya pada Allah ﷺ, sehingga pengertiannya adalah Al-Quran makhluk ciptaan Allah ﷻ, bukan malah ciptaan manusia. Dasar pemikiran Muktazilah dan logika mereka sangat sederhana; bahwa selain Tuhan adalah makhluk sehingga Al-Quran pun mereka katakan sebagai makhluk.
Sebaliknya, kaum Liberal tatkala memvonis Al-Quran sebagai “makhluk”, mereka tidak menisbatkannya pada Allah ﷻ, melainkankan menisbatkannya kepada Nabi Muhammad ﷺ. Yang karena itu, menurut mereka, keotentikan Al-Quran harus diteliti dan dikritisi lagi dengan beberapa metode. Di antara metode tersebut menurut mereka ialah tafsir Hermeneutika, seperti yang telah dilakukan oleh kaum Orientalis dalam mengkritisi bibel sebagai kitab suci mereka sendiri.
Juga, menurut Liberal yang berbeda dengan Muktazilah, bahwa proses wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ, baik berupa Al-Quran maupun Hadis, dengan perantara malaikat Jibril adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Sehingga, mereka berusaha merasionalkannya dengan mengatakan, bahwa Al-Quran adalah hasil buatan Nabi Muhammad. Hal ini selaras yang dikatakan oleh tokoh Liberal asal Mesir, yaitu Nasr Hamid Abu Zayd dalam kitabnya “ Mafhūm al-Naṣṣ” sepertimana dikutip oleh Dr. Adian Husaini dalam bukunya, Wajah Peradapan Barat (hal. 346)
Baca Juga; Matan as-Sanusiyyah; Kitab Tipis, Sarat Makna
Dari keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan, bahwa Muktazilah dan Liberal adalah dua kelompok yang sangat berbeda. Muktazilah sepanjang zaman, meskipun mengatakan Al-Quran adalah makhluk, selalu memuliakan Al-Quran sebagai “wahyu Allah”, sedangkan Liberal secara terang-terangan selalu menyerang dan menistakan Al-Quran. Sehingga, sikap Ahlusunnah wal Jamaah dalam menyikapi dua kelompok tersebut pun juga berbeda.
Menurut Ahlusunnah wal Jamaah, pendapat Muktazilah tentang kemakhlukan Al-Quran adalah bidah pemikiran, namun tidak sampai pada taraf kekufuran. Sedangkan pendapat Liberal tentang kemakhlukan Al-Quran adalah pemikiran yang sesat dan menyesatkan, bahkan dapat mengeluarkan mereka dari agama Islam sendiri.
Fadli Dakhlan | Annajahsidogiri.id