Sayidina al-Abbas, paman Nabi Saw, menceritakan bahwa dia bermimpi bertemu Abu Lahab setelah satu minggu kematiannya. Abu Lahab curhat kepada beliau, bahwa neraka (yang tentu atas perintah dan izin Allah Swt) masih memberikan dia keringanan siksaan setiap hari senin. Hal ini dikarenakan Abu Lahab sempat merasa senang atas maulid Nabi Muhammad. Saat mendengar kelahiran keponakan yang kelak menjadi musuh dia sendiri, seketika dia memerdekakan Tsuwaibah, budak yang membawa berita maulid nabi tersebut. (Fathul-Bâri, juz 9, hal. 145).
***
Secara fitrah, manusia memang akan berusaha melakukan sesuatu yang terbaik ketika meluapkan ekspresi cinta kepada orang yang dia cintai. Kita sepakat sebagai orang Islam, kita sama-sama mencintai Nabi Muhammad Saw dan sangat gembira dengan kelahiran beliau. Di Indonesia, tanggal 12 Rabiul Awal selalu menjadi waktu yang tepat untuk menunjukkan rasa cinta dan bahagia atas lahirnya Nabi Muhammad Saw.
Cinta kepada Nabi Saw
Dengan bersemangat, hal-hal terkait kepribadian Nabi Saw, mukjizat, dan irhâsh (kejadian-kejadian luar biasa sebelum beliau dilantik menjadi nabi) dibacakan di setiap momen perayaan maulid. Menurut hemat Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, membaca dan mendengar hal demikian bisa meningkatkan level keimanan seseorang dan menjadikan rasa cintanya kepada Nabi Saw bertambah. (Manhajus-Salaf fi Fahmin-Nushûs, hal. 384).
Ketika maulid digelar, manfaatnya tidak hanya terbatas pada diri sendiri. Selalu ada makanan dan suguhan untuk disedekahkan pada khalayak, yang menurut Abu Syamah, hal itu menyiratkan tanda cinta. Guru Imam an-Nawawi itu pernah berujar, “Merupakan Bidah Hasanah yang mulia di zaman kita ini adalah perbuatan yang diamalkan setiap tahunnya pada hari kelahiran Rasulullah SAW dengan banyak bersedekah, kegembiraan, menjamu para fuqarâ’. Hal itu menyiratkan rasa cinta pada Rasulullah Saw, mengagungkan beliau di hati setiap orang yang melakukannya dan rasa syukur pada Allah Saw yang telah mengutus beliau sebagai rahmatan lil-‘âlamîn” (I’ânatuth-Thâlibîn, juz 1, hal. 313)
Bahagia kepada Nabi Saw
Al-Quran juga sangat menganjurkan pada umat Islam agar senantiasa berbahagia dengan Nabi Muhammad Saw. Sebab Allah Swt berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
“Aku mengutus dirimu (Muhammad), semata-mata sebagai rahmat untuk alam semesta.” QS. al-Anbiya’ [21]:107.
Nabi Muhammad Saw adalah rahmat teragung yang diberikan oleh Allah Swt.
Sedangkan di ayat lain, Allah Swt berfirman, “Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan hal itu, kalian berbahagia.” (QS. Yunus [10]:58). Allah Swt memerintahkan kita untuk bergembira atas wujudnya Nabi Muhammad Saw, karena Allah Swt memerintahkan kita untuk bergembira atas rahmat-Nya, dan Nabi Muhammad Saw tidak diragukan lagi adalah rahmat Allah Swt yang paling agung.
Rahmat kepada Semua Umat
Cerita Abu Lahab yang kami singgung di awal tulisan ini juga sekiranya menjadi pelecut agar kita bisa memanfaatkan momen maulid Nabi Muhammad untuk mengekpresikan cinta dan bahagia pada kelahiran Baginda Nabi SAW. Jika seorang kafir saja bisa diringankan siksaannya karena merasa bahagia atas kelahiran beliau, apalagi kita yang Muslim. Wallâhu a’lam.
Badruttamam | AnnajahSidogiri.id