Belakangan ini banyak bermunculan ustadz-ustadz dan gus-gus baru di sosial media. Namun ada saja dari mereka yang Ahli Orasi namun goblok syari’at tidak pernah belajar ilmu syariat terlebih dahulu. Sehingga terkadang yang disampaikan membuat resah masyarakat dan hanya membuat kontroversi di kalangan umat. Untuk menanggapi hal ini, kami Bagus Zuhdi dan Ahcmad Nawawi anggota ACS melakukan wawancara kepada ulama karismatik di daerah Singosari Malang beberapa waktu lalu, yakni kepada KH. Lutfhi Basori. Simak selengkapnya tulisan ini
Apakah sudah terjadi hadis yang menerangkan tentang banyaknya penceramah dan sedikitnya ulama di zaman ini?
InI merupakan tanda dari kiamat ya. Kalau kita menengok kepada kitab Risalatu Ahlusunah wal Jamaah karyanya Syeikh Hasyim ‘Asyari di akhir bab. Yakni kalau dekat dengan hari kiamat itu ada tanda-tanda kecil dan tanda-tanda yang besar. Tanda yang besar itu seperti keluarnya dajjal, munculnya Nabi Isa, dan munculnya Imam mahdi. Namun sebelum tanda-tanda besar itu ada tanda-tanda kecil yang mengarah kepada pertanyaan ini. Yaitu salah satunya di akhir masa bermunculan Khutaba’ (ahli penceramah) tapi sedikit yang paham fikih atau ilmu syari’at. Sekarang kalau saya lihat begitu ya.
Baca Juga: Inilah Tanda-tanda Kiamat yang Disabdakan Rasulullah
Siapa sebenarnya Khutaba’ (ahli penceramah) yang dimaksud hadis di atas?
Di kalangan Khutaba’ itu ada dua macam. Ada yang memang dari asal sudah belajar syari’at, dia memiliki kemampuan untuk menyampaikan ilmunya lewat orasi, sehingga orasinya dibangun dengan kelimuan. Kalau seperti itu, ulama dahulu belajar ilmu syaria’t dengan baik kemudian disampaikan lewat pengajian-pengajian, ceramah-ceramah. Itu aslinya begitu. Tapi, di akhir zaman ini tidak begitu. Justru di akhir zaman ulama-ulama ahli fikh atau ahli syari’at tambah berkurang. Karena ulama-ulama yang kompeten dalam bidang syari’at sudah banyak dipanggil Allah. kemudian bermunculan orang-orang yang pandai bicara, karena dia pandai bicara tapi tidak pandai syariat. Akhirnya ia tidak tahu kalau apa yang disampaikan sering kali bertentangan dengan syari’at itu sendiri. Padahal dia berbaju islam, beridentitas islam, orang mengenal juga sebagai tokoh Islam. Ini terjadi. Padahal zaman sekarang yang namanya tokoh Islam belum tentu ulama. Kalau ulama pasti tokoh Islam. Tapi, menjadi tokoh tidak harus menjadi ulama kalau di zaman sekarang, lewat organisasi saja bisa. Seperti tokoh yang punya kemampuan memimpin namun hakikatnya tidak memliki ilmu syari’at yang mumpuni. Kemudian tatkala mencetuskan suatu masalah dia memutuskan dengan pemikirannya yang tidak sesuai dengan syari’at.
Bagaiamana ciri-ciri penceramah yang dimaksud oleh hadis di atas?
Ya. Dilihat dari background pendidikan biasanya. Itu perlu juga kita bisa melihat dari background pendidikan. Sekarang ini, kalau melihat ulama-ulama Ahlusunnah wal Jamaah sejak zamannya Syeikh Hasyim ‘Asyari kiblatnya arab, ulama-ulama Haramain yang Ahlusunnah wal Jamaah. Sekarang juga masih banyak. Sekarang berbeda, ada orang yang ingin berbeda, maka mereka belajar di London, Australia, pokoknya belajar kepada mayoritas penduduknya yang non-Muslim. Sehingga guru-gurunya tidak jelas. Kemudian mempunyai pemikiran-pemikiran yang berbeda dengan mayoritas ulama. Generasi muda tertarik, akhirnya menjadi tokoh-tokoh Liberal, sehingga generasi muda tidak mau belajar syari’at Islam. Dan peneceramah itu mengambil ilmunya dari dunia barat yang orientasinya kepada kaum Orientalis (orang-orang non-Muslim yang belajar keislaman) bukan untuk diamalkan tapi hanya dikaji dan menjadi cela menurut standar mereka. Kemudian diadopsi oleh tokoh-tokh yang belajar ke Barat -termasuk Australia- bukan mengambil syari’at Islam dari mana. Maka terjadilah tokoh-tokoh ahli orasi termasuk juga ahli menulis (penulis) tapi basic agamanya ini nol potol (tidak ada sama sekali). Basic keagamaannya pemikiran-pemikiran Barat. Ini diminati oleh orang-orang zaman sekarang.
Kenapa demikian?
Karena dalam hadis yang lain itu, ilmu ini menjelang hari kiamat akan dicabut, tapi dicabutnya bukan orang pintar langsung jadi bodoh tapi dicabutnya ilmu agama dengan بقبض العلماء )dengan wafatnya para ulama). Sehingga masyarakat awam itu mencari tokoh-tokoh panutan, dan mereka menjadikan tokoh-tokoh yang tanpa ilmu agama itu menjadi panutan. Mungkin karena menarik. Macam-macam ya, orang bisa bicara itu bukan karena punya ilmu terkadang. Orang yang tidak punya ilmu namun ahli biacara ini yang dicari oleh orang-orang saat ini. Kemudian diangkat menjadi pimpinan, yang kemudian suatu saat dimintakan suatu fatwa, padahal dia bukan ahli agama. فأفتوا بغير علم (Kemudian dia berani berfatwa dengan tanpa ilmu) kata Nabi orang seperti ini ضلوا فأضلوا (mereka tersesat dan menyesatkan). Ini yang terjuadi, dan inilah masa-masa akhir sebelum munculnya Dajjal, munculnya Nabi Isa u. Dalam hadis lain dijelasakan orang-orang semacam itu dikatakan ستخرج الدجالون الكذابون. Sebelum masa akhir zaman yang keluarnya Dajjal itu akan bermunculan dajjal-dajjal junior.