Sudah tak jarang kita temukan acara maulid, baik di kampung, desa, hingga di kota. Lebih-lebih di suatu daerah yang setiap hari ada saja acara maulid Nabi meski bulan Rabiul Awal sudah lama berakhir. Tentu hal itu adalah bentuk dari farh (bahagia) atas kelahiran baginda Nabi yang menebarkan rahmat yang sangat agung di seluruh semesta alam. Termasuk salah satu pelaksanaannya, ada yang namanya mahalul qiyam.
Yang banyak kita temukan di desa-desa, acara maulid diisi dengan pembacaan maulid; al-Habsyi (Simtud Durar), ad-Daiba’i, dsb. Tradisi ini sudah lumrah di kalangan masyarakat, sejak generasi-generasi nenek moyang kita hingga saat ini.
“Ya Nabi Salam Alaika, Ya Rasul Salam Alaika, Ya Habib Salam Alaika, Shalawatullah Alaika….”, inilah sebagian isi dari materi-materi maulid yang ada. Biasanya kalimat-kalimat itu dikumandangkan pada saat Mahalul Qiyam. Sekalipun kita sudah bertahun-tahun mengamalkan Mahallul Qiyam tanpa bimbang, pada saat ini, kita juga perlu mengetahui dasar atau dalil amaliyah kita. Bukan berarti kita meragukan kelegalan amaliah tersebut menurut pandangan syara’, namun mengokohkan dan memantapkan yang disebabkan ada tuntutan zaman.
Asy-Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Azb, dalam kitab “Maulid”Nya (hal. 11) berkata, “Berdiri ketika maulid adalah bentuk dari adab (tatakrama) kepada ahlul ulum (Nabi Muhammad SAW.)”.
Baca juga: Celoteh Para Anti Maulid (1)
Ada beberapa hal penting dalam Mahalul Qiyam yang sebaik-Nya kita ketahui sebagai berikut :
1- Mahalul Qiyam merupakan bentuk dari penyambutan (tarhib) kita atas kehadiran Nabi SAW.
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas al-Maliki, dalam kitabnya Haulal Ihtifal, berkata, “Kita beri’tikad bahwa Nabi SAW. Hidup di dalam alam Barzakh secara sempurna, serta sesuai dengan maqam-Nya (drajat). Sebab hidup-Nya yang sempurna dan luhur, ruh beliau berjalan-jalan dan menyusuri malakut Allah SWT.”.
2- Dari penjelasan di atas Mahalul Qiyam itu ditujukan pada kehadiran Rasulullah yang secara ruhani.
3- Mahalul Qiyam dimaksudkan untuk mengistimewakan (Tasykhish) dzat baginda Nabi Muhammad SAW.
4- Mahalul Qiyam dimaksudkan untuk ta’dzim kepada Rasulullah SAW.
Dari banyak penjelasan yang ada, yang bisa ditarik kesimpulan adalah Marilah kita mengumandangkan, “Ya Nabi Salam Alaika, Ya Rasul Salam Alaika, Ya Habib Salam Alaika, Shalawatullah Alaika” ketika merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Dengan yakin dan mantap serta hudhurul Qalbi wal Khusyu’ (hati yang hadir dan khusyu’). Wallahu a’lam.
Penulis: Kholilurrahman | Aktivis Litbang ACS