Pluralisme adalah sebuah paham bahwa semua agama benar sebab sama-sama menuju jalan kebenaran. Islam bukanlah agama yang paling benar. Sebagaimana dikatakan oleh Ulil Abshar Abdalla.
Baca Juga: Kerancuan Dalil Pluralisme Agama
Paham pluralisme muncul dari relativisme yang mengatakan bahwa tidak ada kebenaran mutlak. Oleh karena itu, tidak ada agama yang paling benar secara absolut. Sejarah prularisme berawal dari kegundahan kaum Kristen terhadap keputusan Gereja sampai pada Revolusi Perancis yang mengubah wajah agama Kristen. Revolusi ini mempunyai beberapa motif. Salah satunya agar umat beragama merasa bahwa tidak ada agama yang paling benar, karena sama-sama mempunyai Tuhan yang agung.
Perlu diketahui, jauh sebelum Revolusi Perancis, bangsa Arab Jahiliyah sudah menerapkan pluralisme agama. Satu sama lain dari Tuhan-tuhan mereka boleh saling disembah.
Adalah Amr bin Luhay, orang pertama yang menyembah patung dari bangsa Arab, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi SAW. Suatu hari Amr pergi ke Syam untuk berdagang, tiba-tiba ia bertemu orang yang membawa patung. Amr menanyakan untuk apa patung itu. Si pembawa mengatakan bahwa patung itu untuk disembah. Ia beralasan, tiap kali ia meminta bantuan pada si patung, dia selalu mengabulkanya.
Baca Juga: Efek Dahsyat Pluralisme
Dari situ, Amr tertarik membawanya untuk disembah di kabilahnya. Amr tidak sia-sia. Kabilah-kabilah yang ada di sekitar rumahnya ikut menyembah. Pada akhirnya, ia memproduksi banyak patung karena peminat membeludak. Inilah penyabab awal Bangsa Arab menyembah patung setelah sekian lama menyembah Tuhan Nabi Ibrahim AS.
Dalam al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah (Muhammad) wahai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian tidak akan menyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian tidak akan menyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”(al-Kafirun {119}1-6)
Surat ini turun ketika rasulullah SAW semakin leluasa berdakwah dengan perlindungan pamannya, Abu Thalib RA. Orang Quraisy mencoba bernegosiasi dengan Nabi dengan berbagai cara. Termasuk diantaranya, menawari Nabi menjadi orang terkaya, serta megajak Nabi untuk menyembah Tuhan mereka selama setahun dan sebaliknya. Tujuan mereka tak lain supaya Nabi menghentikan dakwahnya. Lalu Allah menurunkan surat ini.
Ayat terakhir dari surat ini menunjukkan bahwa antara Islam dengan agama lain tidak ada kesamaan sama sekali, apalagi dalam segi kebenarannya. Allah berfirman yang artinya, “Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam). Sesungguhnya sudah jelas (perbedaan) antara agama yang benar dengan agama yang sesat. Maka barang siapa yang ingkar terhadap thagut dan beriman kepada Allah sungguh ia telah berpegang teguh pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”(al-Baqarah {2}256)
Dari sini sangat jelas bahwa satu-satunya agama yang paling benar adalah agama Islam, bukan yang lain. Maka berhati-hatilah dengan statement semua agama benar.
M Nuril Ashabi Lutfi | Annajahsidogiri.id