Di dalam al-Quran acapkali saya temukan ayat yang menjelaskan bahwa seluruh makhluk hidup itu takut pada Allah. Seperti QS. Al-Baqarah: 74, padahal setahu saya, seseorang bisa merasa takut jika memang dia memiliki sebuah rasa. Sedangkan rasa tidak akan muncul jika tidak ada pengetahuan tentang yang dirasakan? Mohon penjelasannya?
Fathimah, Probolinggo, 0823-5435-xxxx
Jawaban:
Dalam QS. al-Baqarah [02]: 74 yang Anda singgung memang secara kajian mengarah pada yang ditanyakan. Perhatikan ayat lengkapnya:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan, ketika hati telah menjadi keras, maka akan lebih keras seperti batu. Melebihi kerasnya batu, bahkan. Karena ada beberapa batu meskipun keras tetapi menjadi sumber aliran sungai. Ketika dibelah justru ada air yang mengalir dan ada yang jatuh karena merasa takut pada Allah. Sedangkan hati tidak demikian. Oleh karena itu kita harus menjaga hati kita agar tidak mengeras.
Dalam pertanyaan, Anda menyebutkan bahwa rasa takut akan muncul dalam diri seseorang yang memiliki pengetahuan. Memang identiknya, makhluk yang bernafas akan memiliki kriteria tersebut. Namun, bukan berarti ketika sebuah batu tidak memiliki akal tidak akan merasakan ketakutan. Batu sebenarnya juga memiliki rasa takut. Semua benda mati bahkan merasakan hal itu. Keterangan seperti itu sangatlah banyak. Imam Ibnu Ajibah al-Hasani al-Idrisi (w. 1224 H) menyampaikan;
وَالْخَشْيَةُ : مَكَانُ العِلْمِ بِاللهِ وَبِخِطَابِهِ. هـ. قُلْتُ : أَسْرَارُ الْمَعَانِيْ القَائِمَةِ بِالْأَوَانِي سَارِيَةٌ فِي الجَمَادَاتِ وَغَيْرِهَا، فَهِيَ عَاقِلَةٌ عَالِمَةٌ فِي بَاطِنِ الأَمْرِ
”Khasyah (rasa takut pada Allah) merupakan derajat pengetahuan yang tinggi tentang Allah dan firman-Nya. Saya mengatakan, asrar (sebuah rahasia ilahi) yang ada dalam hati juga menjalar pada benda padat dan selainnya. Maka benda padat itu juga memiliki akal dan pengetahuan secara kenyataannya.”
Dari pernyataan ini, memberikan pemahaman bahwa mereka sebenarnya juga sama dengan kita. Punya akal dan pengetahuan. Hanya saja kita tidak mengetahuinya. Jika kita pelajari perjalanan hidup Imam Abdul Wahhab as-Sya’rani (w. 973 H), kita akan mengetahui bahwa beliau memiliki sebuah karamah bisa berbicara dengan hewan dan benda mati.
Selain itu. ada juga beberapa ayat yang menjelaskan bahwa semua benda mati pasti membaca tasbih kepada Allah. Dalam QS. al-Isra’[17]: 44 disebutkan;
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.”
QS. an-Nur [24]: 41 menyebutkan:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Begitu juga dalam QS. al-Haj [22]: 18 disebutkan:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.”
Dari ayat-ayat tersebut memberikan kesimpulan pada kita bahwa sebenarnya semua makhluk, baik batu, pepohonan, bumi, langit dan seisinya juga bisa merasa takut pada Allah. Karena diberi sebuah pemahaman dan ilham. Hanya saja kita sebagai makhluk yang lemah tidak mengetahui kenyataan tersebut dan tidak pernah mendengarnya secara langsung. Namun, hal itu tidak memberikan kesimpulan bahwa kita tidak boleh memercayai kenyataan abstrak tersebut. Dalam Ahlusunah aal Jamaah, ketika Allah telah mengabarkan sesuatu baik melalui al-Qur’an atau Rasul-Nya, kita wajib untuk memercayai dan membenarkannya sebagai bentuk iman kita pada-Nya.
Selain itu pernah ada cerita sebuah batu yang mengucapkan salam pada Rasulullah. Imam Muslim (w.261 H) dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan sebuah hadis yang menyinggung pembahasan kita sebagaimana berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ
“Dari Jabir bin Samurah, ia berkata Rasulullah bersabda, ‘Saya benar-benar mengetahui ada sebongkah batu di Mekah yang waktu dulu dia mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus. Sungguh saya benar-benar mengetahuinya sekarang’.”
Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan gunung Uhud yang mencintai Rasulullah Saw dan dicintai-Nya;
عَنْ قَتَادَةَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“Qatadah berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik ia berkata Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Uhud adalah bukit yang mencintai kita dan kita pun mencintainya’.”
Jabir bin Abdillah pernah bercerita tentang pelepah kurma yang dijadikan sandaran Rasulullah saat berkhotbah. Imam an-Nasa’i menyebutkan:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَّادِ بْنِ الْأَسْوَدِ قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَنَّ أَبَا الزُّبَيْرِ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ يَسْتَنِدُ إِلَى جِذْعِ نَخْلَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ وَاسْتَوَى عَلَيْهِ اضْطَرَبَتْ تِلْكَ السَّارِيَةُ كَحَنِينِ النَّاقَةِ حَتَّى سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاعْتَنَقَهَا فَسَكَتَتْ
“Jabir bin ‘Abdullah berkata, ‘Ketika Rasulullah menyampaikan khutbah, beliau bersandar ke batang pohon kurma yang termasuk tiang masjid. Setelah dibuatkan mimbar dan beliau jadikan tempat berdiri, merintihlah pohon kurma tersebut seperti suara rintihan unta betina, hingga didengar oleh orang-orang yang ada di masjid. Rasulullah Saw lantas menghampirinya, memeluknya, maka ia pun terdiam’.”
Selain itu ada hadis yang menceritakan tentang Rasulullah berada di Gua Hira bersama Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman, Sayidina Ali, Sayidina Thalhah dan Sayidina Zubair. Imam Muslim menyebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عَلَى حِرَاءٍ هُوَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ فَتَحَرَّكَتْ الصَّخْرَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اهْدَأْ فَمَا عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ
“Dari Abu Hurairah bahwa ketika Rasulullah berada di Gua Hira bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah dan Zubair, tiba-tiba batu besar (yang mereka injak) bergetar maka Rasulullah Saw bersabda, ‘Tenanglah, tidaklah di atasmu kecuali seorang Nabi, atau orang yang jujur, atau orang mati syahid’.”
Hasannuddin | Annajahsidogiri.id
Refrensi:
Al-Hasani al-Idrisi, Ahmad bin Muhamad bin al-Mahdi bin Ajibah, al-Bahr al-Madid, Beirut, Libanon, DKi, vol.8 hal.26
Hadis Muslim nomor 4222
Hadis Muslim nomor 2468
Hadits Nasai Nomor 1379
Hadits Muslim Nomor 4438