Mati pasti mendatangi setiap mereka yang bernyawa. kematian adalah pintu untuk mengarungi kehidupan selanjutnya. Hidup di dunia yang sementara ini ibarat mencari bekal di sebuah oase, sebagai persiapan untuk melakukan perjalanan jauh yang tak berujung.
Menurut pendapat ulama, ketika akan melewati pintu kematian, seseorang akan mengalami haus yang teramat sangat. Saat itulah setan datang membawa secawan air untuk menguji keteguhan iman seseorang. Setan akan berbisik di telinganya, “katakanlah, tidak ada tuhan selain aku, maka aku akan memberimu minum.”
Jika ia berpegang teguh terhadap keimanannya terhadap Allah SWT, tanpa menghiraukan godaan setan itu, maka pertanda ia akan selamat di kehidupan selanjutnya. Akan tetapi, jika imannya lemah dan ia mengakui setan sebagai tuhan demi menghilangkan dahaga yang mencekik leher, wal iyaadzu billah, itu pertanda bahwa ia mati dengan membawa kekufuran. Oleh karena itu, disunnahkan bagi kita untuk memberikan minum terhadap orang yang sedang mengalami sakratulmaut. Bahkan bisa berhukum wajib apabila ada tanda bahwa yang sedang sakratulmaut itu sangat membutuhkan air.1
Selain meminumkan air, juga disunnahkan menidurkan orang yang sakratulmaut ke arah kanan, sehingga lambungnya dapat menyentuh lantai atau amben. Sedangkan wajahnya, dihadapkan ke arah kiblat. Berarti kalau di Indoneisa, kepalanya berada di utara. Apabila tidak memungkinkan untuk diperlakukan demikian, maka si sakartulmaut dilentangkan tubuhnya. Sedangkan wajah dan telapak kakinya dihadapkan ke kiblat. Kalau di negara kita kepalanya berada di arah timur, sedangkan kakinya menghadap barat. Setelah posisinya tepat, maka mulailah ia dituntun dengan lebut untuk membaca kalimat laa ilaaha illallaah. Sedangkan orang-orang di sekitarnya disunnahkan membaca surat Yasin serta berprasangka baik terhadap Allah SWT.2
Orang-orang yang menghadiri proses sakartulmaut disunnahkan membaca Yasin, karena hal ini dapat membantu si sakratulmaut agar ruhnya keluar dengan tenang dan memasuki kubur dengan tenang pula.3
Selain dibacakan Yasin, menurut pendapat lain juga sisunnahkan untuk dibacakan surat ar-Ra’du, untuk memudahkan keluarnya ruh dari tubuh si sakratulmaut.4
Selain itu, juga disunnahkan untuk memberi dorongan pada si sakratulmaut agar berbaik sangka kepada Allah SWT, juga sunnah dibacakan ayat-ayat al-Quran dan hadis yang menjelaskan tentang keagungan kasih sayang Allah SWT pada setiap hamba-Nya. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Abbas kepada Umar bin al-Hattab ketika akan menghadapi kematian.5
Maka, merupakan keniscaan bagi yang masih hidup untuk melakukan aturan-aturan di atas terhadap orang yang akan mengahadapi sakratulmaut. Bukan malah menjauh karena alasan tidak tega atau takut. Toh, suatu saat nanti kita yang masih hidup juga akan menghadapi hal yang sama. Apalagi yang sedang sakratulmaut adalah anggota keluarga kita, maka seharusnyalah kita berada di barisan terdepan untuk merawat dan memperlakukannya dengan aturan syariat di atas. setidaknya hal ini sebagai pernghormatan terahkir kita pada mereka, dan rasa terimakasih kita atas semua kebaikan mereka semasa hidupnya.
Baqir Madani|Annajah.co
Catatan:
- Bughyatul Musytarsyidin, vol1/191
- Minhajut Talibin, vol 1/26
- Bughyatul Musytarsyidin, vol1/191
- Fathul Mu’in Bihamisi Ianatut Talibin, vol 2/107
- Majmuk Syarhul Muhadzab, vol 5/109