Pertanyaan:
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Adam pernah menghuni surga, sebelum akhirnya dikeluarkan, lantaran memakan syajaratul-khuldi. Saat di surga, Nabi Adam dilarang memakan syajaratul-khuldi. Pertanyaannya, mengapa Nabi Adam ketika di surga masih ditaklif?
Nauval Syarif | Via You Tube
Jawaban:
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu; apakah surga yang dimasuki oleh Nabi Adam memang benar-benar surga yang akan kita tempati kelak, ataukah surga lain?
Pembahasan tentang hal ini pernah kami tulis dengan judul Menyoal Surga Nabi Adam (Tafsir al-Baqarah ayat 35). Namun setidaknya, dalam hal ini ulama terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama mengatakan bahwa surga yang ditempati Nabi Adam adalah surga yang kelak akan kita tempati. Sedangkan kubu kedua mengatakan bahwa surga Adam berbeda dengan surga kita; ada yang mengatakan surga ini ada di dunia dan ada yang mengatakan ada di langit. Namun intinya, menurut pendapat ini surga Adam tidaklah sama dengan surga yang kelak akan kita tempati.
Jika kita mengikuti pendapat kubu pertama; Surga Adam adalah surga yang kelak akan kita tempati, maka yang perlu digaris bawahi adalah, taklif ketika Nabi Adam ada di surga belum diangkat. Sehingga, saat itu taklif masih ada.
Adapun maksud penjelasan dalam al-Qur’an bahwa di surga tak ada taklif adalah kelak ketika semua penduduknya telah memasuki surga. Hal ini disampaikan oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya (1/339):
وَأَمَّا مَا احْتَجُّوْا بِهِ مِنَ الآيِ فَذَلِكَ إِنّمَا جَعَلَهُ اللَّهُ فِيْهَا بَعْدَ دُخُوْلِ أَهْلِهَا فِيْهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
“Adapun dalil yang mereka pakai dari beberapa ayat maka hal itu maksudnya kelak, ketika semua penduduknya telah masuk ke dalam surga.”
Sedangkan jika mengikuti pendapat kedua; surga Adam bukanlah surga yang kelak akan kita tempati maka tentu sudah jelas, tidak ada taklif. Sebab keberadaan taklif hanya pada darul-khuld, bukan yang lainnya.
Sebenarnya pembahasan tentang hal yang berkaitan dengan surga Adam ini sangatlah panjang. Misalkan, seperti tentang pembahasan, bagaimana cara setan membujuk Adam agar memakan buah khuldi, bukankah ketika itu setan ada di luar surga sedangkan Adam ada di dalamnya? Untuk pembahasan ini, kami juga telah menulisnya dengan judul “Cara Iblis Mengganggu Adam di Surga“.
Walhasil, kembali pada pertanyaan, jika mengikuti pendapat pertama maka surga yang dimaksud dalam ayat adalah kelak ketika semua penduduknya telak masuk ke dalam surga. Jika ikut pendapat kedua maka jelas! Tak ada yang perlu diisykalkan.
Ghazali | Annajahsidogiri.id