Sudah menjadi fitrah setiap manusia bahwa mereka pasti membutuhkan pertolongan Allah Yang Mahakuasa. Hal ini sebenarnya tidak luput dari tabiat mereka yang memang lemah dan tak berdaya. Namun, sifat ini dapat ditanggulangi dengan meminta pertolongan kepada Allah, Tuhan alam semesta.
Dahsyatnya kekuatan doa sebenarnya dapat dengan mudah kita rasakan dalam aktivitas sehari-hari. Berapa banyak masalah yang sulit dihadapi bisa menjadi mudah berkat doa. Akan tetapi, hal ini tidak kita akui karena virus sombong yang ada dalam diri kita. Kita merasa segala kesulitan dapat kita lewati sendiri. Padahal sebenarnya kesulitan itu berhasil dilalui berkat kekuatan doa.
Baca juga: 3 cara khas Ahlus Sunnah wal Jamaah
Selanjutnya, doa bagi kita bukan hanya sebuah kebutuhan. Doa juga merupakan ibadah yang dapat menambah simpanan pundi-pundi amal kebaikan. Berapa kali dalam al-Quran Allah SWT. menyuruh hambanya untuk berdoa. Allah SWT. berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan kepadamu” (QS. Al-Mukmin: 60). Dengan berdoa berarti kita telah mengakui fitrah kita sebagai makhluk yang lemah. Sebaliknya, ketika kita enggan berdoa berarti kita telah sombong karena tidak merasa membutuhkan pertolongan Allah SWT. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. bersabda, “Allah murka kepada hambanya yang tidak berdoa” (HR. Ahmad).
Berdoa berati meminta dan memohon kepada Allah SWT.. Sebagai sebuah permintaan dan permohonan, doa tentu harus disertai adab dan tatakrama yang baik. Di bawah ini kami akan sedikit paparkan adab berdoa:
Menghadap Kiblat. Allah I memerintahkan hamba-Nya untuk menghadap kiblat ketika melakukan shalat. Itu artinya, kiblat adalah arah terbaik bagi semua manusia untuk melakukan segala macam bentuk ibadah. Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah r tiba di tempat wukuf di Arafah, lalu beliau menghadap kiblat dan terus berdoa hingga matahari terbenam (HR. Muslim).
Merendah Diri dan Bersuara Lembut. Ketika berdoa hendaknya kita harus terus merendah diri. Kita mesti memposisikan diri kita sebagai makhluk yang butuh pertolongan Allah I. Saat berdoa, kita juga perlu memperlembut alunan suara kita. Artinya, kita tidak boleh berdoa dengan nada membentak. Dalam hal ini Allah I berfirman, “Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan merendah diri dan bersuara lembut” (QS. Al-A’raf: 55).
Optimis. Saat kita berdoa dan sesudahnya, kita perlu memantapkan keyakinan bahwa doa kita akan diterima oleh Allah I. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa Allah I mempunyai hak penuh untuk mengabulkan atau tidak mengabulkan doa kita. Kita hanya perlu berpraduga baik kepada Allah I, tidak lebih. Allah SWT. berfirman dalam Hadis Qudsi, “Aku tergantung praduga hamba-Ku kepada-Ku” (HR. Muslim). Dalam kesempatan yang lain, Allah I juga berfirman “Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. al-A’raf: 56).
Tawasul. Bertawasul adalah menjadikan orang-orang shaleh sebagai pelantara agar doa kita mudah diterima oleh Allah I. Orang-orang shaleh adalah makhluk terdekat Allah SWT.. Berkat mereka, doa kita lebih mudah diterima. Saat bertawasul, posisi orang-orang shaleh itu hanya sebagai pelantara. Sedangkan doa yang kita panjatkan tetap tertuju kepada Allah SWT.. Tawasul sendiri sudah biasa kita lakukan. Para sahabat Rasulullah SAW. juga pernah dicatat melakukan tawasul dengan pelantara paman Nabi, ketika mereka melakukan shalat Istisqo’.
Baca juga: Meluruskan Maksud Hadis “Kullu bid’atin Dholalah”
Selain dengan adab yang baik, kita juga perlu untuk memanjatkan doa di waktu-waktu yang mustajab. Di antara waktu mustajab itu adalah malam hari ketika orang-orang terlelap tidur; setelah melakukan shalat; waktu di antara azan dan ikomah dan setelah membaca al-Quran. Berdoa di waktu mustajab lebih terjamin untuk dikabulkan.
Setelah kita melakukan doa, kita harus tetap sabar dan pasrah penuh kepada takdir Allah SWT. Kita juga perlu untuk terus berusaha. Artinya, kita tidak hanya mengandalkan doa saja. Kita juga perlu untuk terus berusaha dan disertai doa. Usaha dan doa adalah jalan terbaik untuk kesuksesan kita. Wallahu a’lam.
Muqtafin/ Annajah.co