Asy’ariyah dan Maturidiyah merupakan dua istilah yang merujuk kepada pengikut al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan al-Imam Abu Mansur al-Maturidi. Keduanya telah mengerahkan tenaga dan pikiran untuk memperjuangkan paham Ahlusunah wal Jamaah dengan menyusun ajaran secara rapi dan konkret, disertai dengan dalil aqli dan naqli.
Kedua imam Ahlusunah ini telah menyebarkan rumusan akidah yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Mereka juga menulis banyak kitab yang menolak pemikiran-pemikiran menyimpang, terutama pemikiran Muktazilah yang marak pada masa itu. Meskipun jarak geografis di antara keduanya cukup jauh, mereka memiliki visi yang sama dalam menyelamatkan umat dari akidah yang menyimpang.
Asy’ariyah dan Maturidiyah sepakat dalam ajaran pokok tauhid, yang mencakup itsbat (penetapan) dan tanzih (penyucian), sebagai cerminan dari Ahlusunah wal Jamaah. Namun, dalam beberapa cabang ilmu tauhid, terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan ini tidak sampai pada tingkat yang membuat salah satu pihak mengkafirkan atau membidahkan yang lain.
Seperti halnya ilmu lainnya, tauhid juga berkembang dan memiliki perbedaan di antara para ahlinya seiring perkembangan zaman. Ini terlihat sejak zaman para sahabat, khususnya mengenai apakah Allah dapat dilihat oleh Rasulullah saat mi’raj. Dalam kalangan Asy’ariyah dan Maturidiyah juga terdapat perbedaan pandangan. Selain faktor geografis, perbedaan dalam pandangan furu’ fikih juga mempengaruhi terjadinya perbedaan dalam furu’ akidah.
Baca juga : Mungkinkah Manusia Menjadi Penjadi Penjaga Neraka?
Para pengikut mazhab Asy‘ari dalam bidang akidah umumnya adalah pengikut mazhab Syafi‘i dalam fikih, sedangkan pengikut mazhab Maturidi biasanya mengikuti mazhab Hanafi. Hal ini menyebabkan munculnya beberapa perbedaan, mirip dengan yang terjadi dalam fikih. Banyak ulama membahas perbedaan di kalangan Asy‘ariyah dan Maturidiyah dalam masalah furu‘ akidah.
Dalam menjelaskan perbedaan antara kedua imam, banyak ulama menyimpulkan dengan cara membandingkannya. Sehingga, terdapat konklusi bahwa perbedaan antara Asy‘ariyah dan Maturidiyah dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
- Berbeda sudut pandang
- Berbeda dalam mendefinisikan suatu istilah
- Berbeda dalam klasifikasi ilmiah
- Berbeda dalam redaksional dan
- Terjadi kesalahpahaman
Dengan demikian, jika diteliti lebih dalam, perbedaan antara kedua imam ini tidak merusak tatanan ajaran pokok Ahlusunah wal Jamaah. Mengenai jumlah perbedaan yang ada, banyak ulama yang membahasnya dalam kitab-kitab mereka dengan hasil yang bervariasi. Misalnya:
- Menurut Ibnu Kamal Pasya dalam Masâil al-Ikhtilâf Bayna al- Asy‘âriyah wa al-Mâturidiyah, jumlahnya adalah 12 masalah.
- Menurut Abu Adzabah dalam ar-Raudah al-Bahiyyah fi mâ bayna al-Asy‘âirah wa al-Mâturidiyah, jumlahnya adalah 7 masalah redaksional dan 7 masalah substantif.
- Menurut Mastji Zadah dalam al-Khilâfiyât baina al-Hukamâ`wa al-Mutakallimîn wa al-Asy‘âirah wa al-Mâturidiyah, jumlah kritik Maturidiyyah terhadap Asy‘ariyah sebanyak 59 masalah dan jumlah kritik Asy‘ariyah terhadap Maturidiyyah sebanyak 52 masalah.
- Menurut Syaikh Zadah dalam Fawaid fi Bayânil Masâil al-latî Waqa’a fîhâ al-Ikhtilâf baina al-Mâturiyah wa al-Asy’ariyah fî al-‘Aqa`id, jumlahnya adalah 40 masalah. Nadzmul Farâid wa Jam’ul
- Menurut al-Bayadli dalam Isyârâtul Mârâm min ‘Ibârâtil Imam, jumlahnya adalah 60 masalah.
Jumlah perbedaan yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa mereka memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi perbedaan antara Asy‘ariyah dan Maturidiyah. Beberapa menganggapnya sebagai persoalan serius, sementara yang lain melihatnya sebagai perbedaan yang biasa terjadi, baik dari dalam maupun dari luar masing-masing kelompok.
MUHAMMAD HADZIQIL FAHIMI | AnnajahSidogiri.id