Dalam kitab Muqawwimātul-Islām (hlm. 11), Grand Syaikh al-Azhar, Dr. Achmad Thayyib, mengatakan bahwa sarjana Barat yang paling concern terhadap diskursus seputar akidah (keyakinan) adalah Gustave Le Bon, sosiolog asal Prancis yang meninggal pada 1931. Le Bon banyak menuangkan gagasannya perihal akidah dari berbagai aspeknya, terutama dalam bukunya yang berjudul “Les opinions et les croyances”, yang terbit pertama kali pada tahun 1869.
Dalam bukunya tersebut (hlm. 16), Le Bon mendefinisikan akidah dengan “Keyakinan yang muncul dari alam bawah sadar, yang memaksa manusia untuk mempercayai suatu pikiran, ide, penafsiran, atau pendapat, dengan tanpa dalil”. Definisi inilah yang pada gilirannya merepresentasikan keyakinan versi Barat secara umum.
Dengan definisi tersebut, berarti akidah versi Le Bon secara khusus dan Barat secara umum, murni sebagai “keyakinan bawah sadar” yang menguasai diri seseorang, dengan tanpa berpijak pada bukti atau dalil apapun. Ketika “perasaan bawah sadar” menjadi satu-satunya poros dan sumber keyakinan, maka artinya akal dan nilai-nilai rasionalitas telah tereliminasi dan disingkirkan.
Dari sini kemudian Le Bon membedakan antara akidah (keyakinan) dengan ilmu/pengetahuan (‘ilm/ma‘rifah). Akidah itu disyaratkan merupakan perasaan bawah sadar yang merasuk dan menguasai diri sehingga menjadi keyakinan, dengan tanpa dalil rasional apapun, sedangkan ilmu itu adalah pengetahuan yang bersumber dari akal. Jadi lebih tepatnya, bagi mereka akidah (atau agama) merupakan salah satu jenis mythos, sebagai perlawanan dari logos (ilmu atau science).
Bagaimanapun, pemaknaan akidah sedemikian tidak memiliki sandaran yang benar baik secara etimologis maupun secara terminologis, di samping definisi tersebut telah merangkum segala bentuk dan jenis keyakinan, baik keyakinan yang benar maupun yang keliru; yang haqq maupun yang bāthil. (Dr. Achmad Thayyib, Muqawwimatul al-Islam, hlm. 11-12).
Adapun akidah dalam pandangan Islam berbeda secara total dengan akidah versi Barat tadi. Dalam bahasa Arab, “akidah” terambil dari kata ‘aqada yang berarti mengikat (rabatha), mengokohkan (syadda), dan bertekad kuat (‘azama), baik kata itu disematkan objek bendawi maupun maknawi. Penggunaan pada perkara bendawi seperti perkataan “‘aqadal-khaith” (orang itu mengikat benang) dengan arti “memperkuat ikatan benang”. Penggunaan pada perkara maknawi seperti perkataan “‘aqada qalbahū ‘alā kadzā” (dia mengikatkan hatinya pada hal ini) dengan arti “dia meyakininya dan membenarkannya”. (Ibnu Manzhur, Lisanul-‘Arab, entri: ‘aqada).
Adapun dalam terminologi keilmuan Islam, akidah adalah “sesuatu yang wajib diyakini oleh orang mukalaf, seperti wajibnya wujud Allah, atau wajibnya sifat qudrah bagi-Nya.” Selebihnya, dalam pandangan Islam, akidah (‘aqidah atau i‘tiqād) itu sinonim dengan kata ‘ilm (ilmu) dan ma‘rifah (pengetahuan). Buktinya, para ulama mendefinisikan ilmu dengan “al-i‘tiqād al-jāzim al-muthābiq lil-wāqi‘ an-nāsyi’ ‘an dalīl” (keyakinan yang mantap yang sesuai dengan relita, yang didasarkan pada dalil).
Hal ini sesuai dengan penegasan ayat al-Quran:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ [محمد :19]
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah (QS. Muhammad: 19).
Pada ayat tersebut, “Lā ilāha illa Allāh”, yang merupakan akidah, didahului dengan perintah “i‘lam” (ilmuilah, atau ketahuilah), sehingga bisa dipahami bahwa akidah dalam Islam adalah akidah yang ilmiah; diupayakan melalui sarana-sarana ilmiah dan menghasilkan konklusi ilmiah. (Dr. Achmad Thayyib, Muqawwimatul al-Islam, hlm. 14-15. Lihat juga: Hasyiyah al-Amir, 1/365)
Karena akidah Islam adalah akidah yang ilmiah dan didasarkan pada dalil ilmiah, maka akidah dalam pemahaman Islam tidak bisa diarahkan kecuali pada akidah yang benar (shahīhah), karena diharuskan berkesesuaian dengan realita dan kenyataan, sehingga keyakinan-keyakinan bathil dan palsu jadi tereliminasi. Di samping itu, akidah dalam Islam juga harus menjadi keyakinan bulat dalam diri pemeluknya, sehingga bisa dibedakan dengan praduga (wahm), ragu-ragu (syak), dan dugaan kuat (zhan).
Bersambung…