Allah ﷻ berfirman:
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.“(QS. Al-Baqarah [2]:120)
Ayat ini cukup menjadi saksi akan maraknya distorsi agama secara besar-besaran di barat sana, mereka ingin mengikis keyakinan umat islam dengan menampilkan beberapa syubhat mengenai ajaran Islam. Salah satu tema yang cukup sensitif adalah keontetikan Al-Quran. Mereka mencoba menyamakan kitab suci Al-Quran dengan kitab suci mereka yaitu Bible yang notabenya tidak memiliki kejelasan, berbeda-beda dan tidak orisinil.
Di samping itu mereka juga membuat isu bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ adalah pencipta Al-Quran, dan bukan berasal dari Tuhan. Al-Quran hanyalah kumpulan syiir yang dikarang oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Lantas bagaimana kita menanggapi tuduhan kaum Orentalis tersebut?
Baca Juga; Relevansi Tasawuf di Era Milenial
Maka yang pertama kali perlu kita jelaskan adalah bahwa antara Al-Quran dan Bible itu memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Bible adalah kitab suci yang sudah terdistorsi oleh kaum barat, karena memang Bible tidak senantiasa terjaga keasliannya, beda halnya dengan Al-Quran yang dijaga langsung oleh Allah ﷻ. Hal tersebut telah Allah ﷻ jelaskan dalam Al-Qur’an:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.“(QS. Al-Ḥijr [15]:9)
Dalam menafsiri ayat ini Imam Syarifuddin At-Thibi menjelaskan bahwa bentuk penjagaan Allah ﷻ terhadap Al-Quran adalah dengan membuat Al-Quran sebagus mungkin sampai tidak dapat ditiru oleh manusia manapun, sehingga ketika ada manusia yang hendak menambah atau menguranginya maka akan tampak jelas perbedaannya, baik segi makna ataupun keindahan bahasanya[1].
Di samping itu, Al-Quran telah dijaga dan dihafal oleh orang-orang terpecaya yang senantiasa menjaganya dengan sepenuh hati, maka dengan dua faktor ini rasanya tidak mungkin bagi bangsa manapun untuk mendistorsi Al-Quran. Sehingga rasanya tidak perlu dijelaskan lagi mengapa Al-Quran tetap orisinil sedangkan Bible tidak.
Kemudian untuk tuduhan kedua maka yang perlu kita ingat bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang yang ummi(tidak bisa membaca & menulis) lantas bagaimana mungkin seorang yang menulis abjad arab saja tidak bisa kemudian menciptakan sebuah maha karya yang tak tertandingi bahasanya, jelas ini adalah bualan yang tidak argumentatif.
Baca Juga; Allah adalah Tuhan Negri Mekah?
Sedangkan beberapa kisah yang mengindikasikan Nabi ﷺ menulis, seperti dalam cerita Nabi ﷺ mengirim surat kepada para pemimpin umat kafir itu dapat dipatahkan oleh sejarah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan kâtib(sekertaris)nya untuk menulis dan Nabi ﷺ tidak menulis sendiri[2].
Dan jika kita ingin mengatakan bahwa Al-Quran adalah syiir, maka hal itu bisa terbantahkan oleh peristiwa Utbah bin Rabiah salah satu musuh Islam yang mendengar Al-Quran langsung dari Nabi Muhammad ﷺ, yang pada akhirnya Utbah sendiri secara tegas menyatakan bahwa Al-Quran bukanlah syiir[3].
Jika musuh Islam yang hidup pada masa kejayaan syiir saja tidak mengatakan bahwa Al-Quran syiir, layakkah bagi musuh Islam yang tidak mengerti tentang syiir justru menuduh Al-Quran sebagai syiir!?. Mari bersama-sama menjauh dari kebodohan!. Wallâhu A’lâm bis-Shawâb.
Ahmadul Jawwad | anajahsidogiri.id
[1] Syarifuddin at-Thibi, Futuhul Ghaib fil kasyfi an qinair raib, juz 13 hlm. 614
[2] At-Thabrani, Tafsir al-Haddâd al-Mathbû’, juz 1 hlm. 27