Kristiani
Jika umat Islam menuduh bahwa kami adalah penyembah manusia, maka bagaiamana umat Islam menjawab ayat dan hadis yang menerangkan bahwa Allah memiliki betis dan kaki?
Muslim
Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Qalam ayat 42:
يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٖ. (القلم: 42)
“Pada hari betis disingkapkan.” (QS. Al-Qalam: 42)
Sedangkan yang berkaitan dengan kaki, ada hadis sebagai berikut:
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيُّ g: لَا تَزَالُ جَهَنَّمُ تَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ فَتَقُولُ قَدْ قَدْ وَعِزَّتِكَ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ. (رواه مسلم)
Dari Anas bin Malik, Nabi bersabda: “Neraka Jahanam tidak berhenti berkata, ‘Masih adakah tambahan?’ sehingga Tuhan yang Maha Agung meletakkan kaki-Nya di dalamnya dan ia berkata, ‘Cukup, cukup, demi keagungan-Mu’, dan sebagian neraka itu didekatkan pada sebagian yang lain.” (HR. Muslim)[1]
Dalam memahami ayat al-Quran dan Hadis di atas, kita wajib merujuknya kepada pemahaman para ulama. Sebab, secara literal ayat dan Hadis di atas memberikan pemahaman masalah betis dan kaki sebagai anggota tubuh.
Baca Juga; Allah Punya Mata
Al-Quran adalah kitab suci yang cara memahami isinya, harus merujuk terhadap pemahaman para ahlinya, yaitu para ulama. Sehingga, pemaknaan dan penjelasan yang kita dapatkan tidak ngawur dan tidak terkesan tafsir cabang pribadi.
Seandainya kita mengalami sakit gigi, maka jelas dokter gigilah yang ahli dalam memberikan obat pada penyakit tersebut, bukan malah datang dan berkonsultasi kepada tukang tambal ban, yang nantinya berefek negatif pada gigi kita. Dalam hal ini, Allah telah menjelaskan bahwa para ulama adalah orang-orang yang benar-benar takut kepada Allah. Termaktub di surah Fathir ayat ke 28:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ. (فاطر: 28)
(Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28)
Berikut beberapa pendekatan takwil yang dilakukan oleh para ulama salaf:
- Menurut Ibnu Abbas, kata “saq” yang secara literal bermakna betis, ditafsirkan dengan hari tersingkapnya Kiamat, hari kehancuran dan [2]
- Abu Musa al-Asy’ari menafsirkan tersingkapnya betis dengan tersingkapnya cahaya yang agung.[3]
- Said bin Jubair, Ibrahim an-Nakha’i, Ma’mar bin al-Mutsanna dan az-Zajjaj, menafsirkan tersingkapnya betis dengan sesuatu yang [4]
- Qatadah bin Du’amah menafsirkan tersingkapnya betis dengan sesuatu yang mengerikan dan agung.[5]
- Ar-Rabi’ bin Anas menafsirkan tersingkapnya betis dengan tersingkapnya tabir.[6]
- Al-Hasan al-Bashri, an-Nazhar bin Syumail, ulama salaf dan lain-lain, menafsirkan kata kaki dalam hadis tersebut dengan oran-orang kafir yang telah Allah ketahui akan menjadi penduduk neraka.[7]
- Al-Imam Ibnu Hibban, menafsirkan Allah meletakkan kaki-Nya dengan meletakkan orang-orang kafir dan tempat-tempat mereka melakukan kekafiran.[8]
Dari berbagai takwil para ulama yang jelas pakar dalam memahami ayat al-Quran, tidak ada yang memberikan makna secara literal. Karena dalam memahami al-Quran, tidak hanya dengan terjemahan harfiah, tapi membutuhkan banyak ilmu agar benar-benar tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan Allah dari firman-Nya.
Allah telah menyampaikan bahwa Dia tidak sama dan tidak menyerupai makhluk-Nya, sehingga para ulama mensucikan-Nya dari segala keserupaan. Hal ini telah disampaikan secara tegas dalam surah asy-Syura ayat ke 11:
فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّمِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًاۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ. (الشعراء: 11)
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagimu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri dan (menjadikan pula) dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan(-nya). Dia menjadikanmu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura: 11)
Poin ayat ini sangat jelas, Allah adalah pencipta segalanya. Maka mustahil Dia menyerupai ciptaan-Nya. Andai umat Kristiani bertanya kenapa para ulama berbeda pendapat dalam sebuah penafsiran? Maka pertanyaan seperti ini sangat mudah dijawab.
Baca Juga; Allah Maha Penipu?
Kita berikan contoh pembandingnya, semisal kita datang kepada seorang dokter atau profesor untuk bertanya tentang suatu hal. Pasti akan ada perbedaan jawaban meski mereka benar-benar ahli dalam bidang pertanyaan tersebut, seperti obat yang dianjurkan oleh seorang dokter bagi pasien penderita demam. Namun, yang perlu kita ketahui, bahwa perbedaaan obat yang dianjurkan oleh beberapa dokter itu, efek dan manfaatnya sama saja, yaitu untuk menyembuhkan penyakit demam.
Mengenai hadis yang kita sampaikan di awal pembahasan ini, mengapa Allah seolah bertanya kepada neraka Jahanam, untuk ditambahkannya orang-orang yang akan menghuni-nya. Maka berikut jawabannya,
Pertama, Allah telah berfirman dalam Surah Hud ayat 119:
وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ. (هود: 119)
“Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah di tetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Hud: 119)
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia yang durhaka. Apabila neraka Jahanam akan dipenuhi dengan mereka, lantas untuk apa Allah meletakkan kaki atau telapak kaki-Nya di sana? Dengan demikian, ayat tersebut harus ditakwil seperti yang dilakukan para ulama salaf di atas.
Kedua, Ibnu Abbas, al-Hasan al-Bashri dan Abu al-‘Aliyah membaca ayat di atas dengan:
يَوۡمَ يُكۡشَفُ عَن سَاقٖ. (القلم: 42)
“Pada saat hari Kiamat menyingkap betisnya.” (QS. Al- Qalam: 42)
Maksudnya, hari Kiamat tersebut yang menyingkap ketaku-tan dan segala hal yang dahsyat pada saat itu. Bacaan ini secara tegas membatalkan terhadap penafsiran kaum Kristiani.
Ketiga, Allah berfirman dalam Surah asy-Syura ayat 11 dan al-Ikhlas ayat 4 tentang sifat-sifatnya:
لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ. (الشورى: 11)
“Tidak ada suatu apa pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)
وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌ. (الإخلاص: 4)
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas : 4)
Dengan dua surah ini, maka jelaslah bahwa Allah mustahil menyerupai makhluk-Nya dari aspek apapun.
Fuad Abdul Wafi | Annajahsidogiri.id
[1] Shahih Muslim no. 2848.
[2] Tafsir Ibnu Abi Hatim, juz 10 hal. 3366. Al-Farra’, Ma’ani al-Quran, juz 3 hal. 177. Al-Baihaqi, Al-Asma’ was Sifat, hal. 326.
[3] Al-Baihaqi, Al-Asma’ was Sifat, hal. 348.
[4] Ibnu al-Jauzi, Daf’u Syubah at-Tasybih, hal. 119. al-Baghawi, Ma’alim Tanzil, juz 8 hal. 198. As-Suyuthi, ad-Durr al-Manshur, juz 14 hal. 647. Ma’mar, Majaz al-Quran, juz 2 hal. 226.
[5] Ath-Tabari, Jami’ al-Bayan, juz 23 hal. 189.
[6] Ath-Tabari, Jami’ al-Bayan, juz 23 hal. 195.
[7] Al-Baihaqi, Al-Asma’ was Sifat, hal. 352. Ibnu al-Jauzi, Daf’u Syubah at-Tasybih, hal. 170. Dan az-Zabidi, Tajul Arus, juz 33 hal. 236.
[8] Shahih Ibnu Hibban, juz 1 hal. 502.