“You reap what you sow.” Merupakan bahasa Inggris dari pribahasa “apa yang kita tanam, itu yang kita tuai”. Peribahasa yang memberi pengajaran apapun tindakan yang kita lakukan, baik itu positif atau negatif akan memberikan hasil atau balasan yang sesuai dengan apa yang kita lakukan kelak di masa depan. Jika perbuatan itu baik, maka baik pulalah hasil yang kita terima, begitu sebaliknya.
Selain anggapan sebagai sebuah pribahasa, kalimat ini juga mengandung makna yang lebih mendalam yang berhubungan dengan pandangan tentang takdir dalam agama Hindu Yang mereka kenal dengan istilah Karma. Permasalahan terletak pada masih lumrahnya istilah ini digunakan oleh muslim tanah air sebagai ungkapan keburukan yang ia terima sekarang adalah efek dari keburukan yang ia lakukan sebelumnya. Dalam artikel ini, kami akan membahas apa itu karma dan apakah konsep serupa juga ada dalam agama Islam?
Definisi karma
Kata karma berasal dari bahasa Sansekerta : कर्म (ˈkɐɾmɐ) yang merupakan konsep ajaran India kuno yang merujuk pada suatu tindakan, pekerjaan, atau perbuatan, dan efek atau konsekuensinya. Dalam agama Hindu, istilah ini secara lebih spesifik merujuk pada prinsip sebab-akibat, yang sering secara deskriptif disebut prinsip karma, di mana niat dan tindakan individu (sebab) memengaruhi masa depan mereka. Yang dengannya, niat baik dan perbuatan baik berkontribusi pada karma baik dan kelahiran kembali, sementara niat buruk dan perbuatan buruk berkontribusi pada karma buruk dan kelahiran kembali yang lebih buruk.[1]
Baca Juga; Allah Maha Penyesat?
Dr. Mani’ bin Hammad al-Juhani dalam “Al-Mu’assasah Al-Muyâssarah Fil Adyân wal Mazâhib wal Ahzâb hal. 728” menuliskan definisi karma menurut agama Hindu sebagai berikut:
الكارما – عند الهندوس – : قانون الجزاء ، أي أن نظام الكون إلهي قائم على العدل المحض، هذا العدل الذي سيقع لا محالة إما في الحياة الحاضرة أو في الحياة القادمة ، وجزاء حياةٍ يكون في حياة أخرى ، والأرض هي دار الابتلاء كما أنها دار الجزاء والثواب
“Karma menurut ajaran Hindu adalah “hukum balasan” yaitu aturan Ilahi yang berdasarkan keadilan murni. Keadilan ini i bisa jadi terjadi pada kehidupan saat ini atau di kehidupan yang akan datang. Balasan kehidupan ini akan terjadi pada kehidupan selanjutnya. Bumi adalah tempat ujian sebagaimana juga sebagai tempat balasan kebaikan dan keburukan.”
Karma dalam pandangan Islam
Tidak ada ideologi karma dalam agama Islam, sebab ideologi karma dalam pandangan Hindu tidak hanya tentang suatu keyakinan adanya hukum sebab-akibat, namun juga keyakinan akan dihidupkannya kembali manusia kedunia untuk kedua kalinya sebagai tempat pembalasan terhadap apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya yang banyak diistilahkan dengan “reinkarnasi”.
Namun, jika dilihat dari segi keyakinan adanya hukum sebab-akibat, yakni semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia di dunia memiliki konsekuensi, maka agama Islam juga meyakini adanya hal tersebut. Hanya saja dalam agama Islam, jika seseorang melakukan perbuatan buruk (maksiat), maka Allah ﷻ akan memberikan balasan buruk yang sesuai dengan apa yang ia lakukan jika tidak mentaubatinya. Jika ia melakukan kebaikan maka ia akan akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipat dari kebaikan yang ia lakukan. Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surah al- An’am ayat 160 berikut:
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
“Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang sesuai dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).”(QS. Al-An’âm [6]:160)
Juga dalam agama Islam semua hal yang terjadi pada seseorang itu tidak lepas dari izin Allah ﷻ, bukan seperti hukum karma yang bersifat mekanis. Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surah at-Taghâbun ayat 11 berikut:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah ﷻ. Siapa yang beriman kepada Allah ﷻ, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah ﷻ Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Baca Juga; Antara Anugerah dan Hidayah
Jika dilihat dari segi keyakinan kembali dihidupkannya manusia ke bumi untuk kedua kalinya sebagai balasan perbuatannya di kehidupan sebelumnya. Maka, sudah jelas Islam menolak hal ini, sebab dalam ajaran Islam manusia hidup hanya sekali di dunia, kemudian mati, manusia yang telah mengalami kematian maka estimasi selanjutnya yang akan ia tuju adalah alam Barzakh yang akan menjadi tempat penantian sebelum dibangkitkan di akhirat. Sebagaimana Dalam al-Qur’an surah al-Mu’minun ayat 99-100 Allah ﷻ berfirman:
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),”
لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampal hari mereka dibangkitkan.”
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menambahkan dalam tafsir al-Wajîz “Barangsiapa dihadapkan pada kematian maka ia tidak akan pernah bisa kembali ke dunia sampai hari kiamat”.
Muhammad Aminulloh | Annajahsidogiri.ID
[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Karma