Sebagai seorang manusia, terjebak dalam perbuatan dosa merupakan hal hina. Sebab, pada dasarnya manusia memang di-design sebagai makhluk yang tak bisa absen dari kesalahan dan lupa. Untuk itu, mengharap adanya ampunan dari Sang Maha Esa adalah sesuatu yang niscaya. Namun, apakah semua kesalahan yang dilakukan pantas untuk diampuni?
Mengutip pendapat Syekh Ali Nuh Sulaiman dalam kitab al-Mukhtasar al-Mufid fi Syarhi Jauharatut Tauhid bahwa bagaimanapun juga seorang mukmin tidak akan kekal di neraka sebab dosa yang ia lakukan. Artinya, sebanyak apapun dosanya, tidak akan menyebabkan seorang itu kekal dalam neraka. Ia akan masuk surga meski setelah mengalami siksaan atas tanggungan dosa yang ia lakukan di dunia. Asalkan ia mau bertobat maka akan diampuni oleh Allah ﷻ, sesuai dengan penjelasan hadis
التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
“Seorang yang bertobat dari perbuatan dosanya maka ia sama seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali.” (HR. Ibnu Majah)
Allah melalui penyampaian nabi-Nya memosisikan orang yang telah bertobat sama seperti orang yang tidak berdosa sama sekali. Dengan begitu, sangat jelas bahwa dosa seorang hamba akan terampuni asal ia mau bertobat. Menyesali perbuatannya. Pun, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Namun, apakah semua dosa dapat selesai dengan bertobat?
Allah berfirman;
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Q.S. an-Nisa’ 48)
Baca Juga : Awas Dosa Jariyah
Berkenaan dengan ayat barusan, Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain-nya menyampaikan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya. Adapun dosa selain syirik, bila Allah berkehendak, akan diampuni sehingga pelaku doa itu langsung masuk surga tanpa siksaan. Ada pula yang tidak diampuni dosanya sehingga ia masuk neraka terlebih dahulu sebagai balasan atas dosa-dosanya, berikut redaksinya;
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ} أَيْ الْإِشْرَاكُ {بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ} سِوَى {ذَلِكَ} مِنَ الذُّنُوْبِ {لِمَنْ يَشَاءَ} الْمَغْفِرَةَ لَهُ بِأَنْ يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ بِلَا عَذَابٍ وَمَنْ شَاءَ عَذَّبَهُ مِنْ الْمُؤْمِنِيْنَ بِذُنُوبِهِ ثُمَّ يُدْخِلهُ الْجَنَّةَ
Syekh Ali as-Shabuni dalam kitab Shafwatut Tafsir-nya juga menyampaikan hal serupa. Alhasil, dari penjelasan singkat tersebut kesimpulannya bahwa bila dosa itu berupa syirik atau menyekutukan Allah ﷻ maka tidak akan mendapatkan ampunan. Jika dosa selain syirik, sebesar atau sebanyak apapun itu, masih mungkin mendapat ampunan dari Allah asal mau bertobat. Lalu apa sebenarnya hikmahnya?
Imam Ibrahim al-Baijuri dalam kitab Tuhfatul Murid menuturkan hikmahnya adalah bahwa perbuatan dosa yang tidak sampai pada tingkat kafir tidak sampai meniadakan harapan mendapatkan ampunan dari Allah. Sebab, ia masih meyakini bahwa yang ia lakukan itu adalah sesuatu yang menyalahi perintah Allah. Berbeda dengan kafir, sebab dengan begitu berarti ia telah menyalahi perintah Allah, karena tidak memercayai Allah sebagai Tuhan. Wallahu A’lam.
Abd. Jalil | annajahsidogiri.id