Eksistensi kebenaran agama Islam yang tunggal, atau dikenal dengan istilah Islam eksklusif, belakangan digempur dan direduksi oleh pegiat inklusifisme. Inklusifisme (paham inklusif), adalah ajaran yang menolak monopoli kebenaran bagi agama tertentu, termasuk Islam.
Menurut kaum inklusif –yang tak lain adalah amunisi JIL– jalan yang ditempuh boleh beda, bahkan jelas berbeda. Orang Iran ke Mekkah tidak perlu lewat Indonesia, orang Indonesia ke Mekkah tidak harus lewat China, dan orang China ke sana tak usah mampir ke Ameraka, namun tujuan mereka sama, Mekkah. Demikian pula dalam beragama. Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu, Yahudi, dan Nasrani hanyalah sebuah sarana yang mengantarkan pada tuhan yang sama, sehingga tidak boleh ada klaim hanya agamanya yang benar, sedang agama lain sesat dan keliru.1
Sayangnya, doktrin Islam inklusif yang diusung oleh Liberal tersebut bertentangan dengan ajaran Rasulullah r. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‘ud t, beliau berkata, “Rasulullah menggariskan sebuah garis (lurus) kepada kita, kemudian berkata, “Ini adalah jalan Allah.” Lalu Beliau membuat beberapa garis di samping kanan dan kiri, kemudian berkata, “Ini adalah beberapa jalan. Masing-masing jalan dihuni oleh syetan yang mengajak (kesesatan).” Kemudian Rasulullah membacakan (ayat al-Quran yang artinya), “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (HR. Ahmad bin Hanbal)
Ketika mengurai maksud ayat “…. dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),” Imam Abu Jakfar, seperti dikutip oleh Imam ath-Thabari berkomentar, “Dan janganlah kamu mengikuti ajaran selain Islam, dan jangan pula mengganti agama Islam dengan agama lain, seperti Yahudi, Nashrani, Majusi, menyembah patung, dan lainnya, karena selain agama Islam itu bid‘ah dan menyesatkan.”2
Bahkan di dalam al-Quran sendiri, secara tegas dinyatakan bahwa Islam adalah agama eksklusif. Allah I berfirman (artinya), “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [03]: 19)
Saharudin Yusuf/Annajah.co
Catatan Akhir:
- Dikutip dari tulisan Anand Khrisna yang dimuat oleh Republika, 3 Agustus, 2000.
- Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jâmiul-Bayân, XXII/228, Maktabah Syamilah.