Film Sunan Kalijaga tayang pertama kali di layar kaca Indonesia pada tahun 1983 dan dibintangi oleh Deddy Mizwar sebagai aktor utama. Film tersebut mengisahkan perjalanan Raden Sahid bin Syakur yang bertemu Sunan Bonang. Raden Sahid bertekad besar untuk menjadi murid Sunan Bonang karena melihat keindahan kepribadian Sunan Bonang. Saat itu Sunan Bonang jatuh tersungkur karena dirampas tongkatnya. Anehnya, beliau malah menangisi rumput yang tercabut sebab tongkatnya.
Singkat cerita, Raden Sahid diterima sebagai murid Sunan Bonang dengan syarat menjaga tongkat di pinggir sungai hingga Sunan Bonang menjeputnya. Raden Sahid menyetujui persyaratan tersebut, dan Sunan Bonang pergi melintasi aliran sungai dengan berjalan di atas air. Kejadian tersebut menambah tekad Raden Sahid untuk setia memegang persyaratan dari Sunan Bonang demi menjadi muridnya. Raden Sahid akhirnya menjadi wali sekaligus murid Sunan Bonang dari hasil ‘bertapa’ di pinggir sungai. Beliau terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Baca Juga: My Flag: Film Pendek dengan Nalar Pendek
Cerita tadi dijadikan landasan oleh pentolan Wahabi pada salah satu akun YouTube beberapa waktu lalu untuk menghujat Sunan Kalijaga sebagai wali setan. Menurutnya, Sunan Kalijaga adalah wali setan lantaran memperoleh kewalian dengan bertapa di pinggiran sungai tanpa ibadah, shalat dan berpuasa. Hal ini tidak dibenarkan dalam lingkup agama Islam. Apakah benar demikian?
Kita perlu menelusuri kembali keotentikan cerita pada film tersebut. Apakah sesuai realita atau tidak? Pasalnya, film yang ditayangkan di layar kaca Indonesia ada kemungkinan terdapat unsur fiktif, penambahan atau pengurangan cerita, sebagaimana kebanyakan film bertujuan untuk memanjakan mata penonton atau sekadar hiburan belaka. Untuk mengetahui kebenaran yang ada, kita perlu menelaah kembali sejarah Sunan Kalijaga dari fakta yang terjamin kevalidannya.
Data yang ada justru menceritakan bahwa ternyata Sunan Kalijaga mendapat derajat kewalian tanpa bertapa di tepi sungai. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Atlas Wali Songo karya K.H. Agus Sunyoto. Dalam buku tersebut, pengarang menjelaskan bahwa setelah Raden Sahid berdakwah sekian lama, Raden Sahid melakukan laku rohani dengan uzlah di pulau Upeh (salah satu Pulau di Malaysia). Selama tiga tahun sepuluh hari Raden Sahid melaksanakan laku rohani dan beliau diangkat oleh Allah ﷻ sebagai wali dengan gelar Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Kronologi dan Motif Nabi Isa Turun di Akhir Zaman
Keterangan KH. Agus Sunyoto juga diperkuat dengan bukti otentik dari Syekh Abul Fadhal bin Abdus Syakur Tuban. Beliau menyatakan bahwa Raden Sahid menjadi wali karena beribadah, menyendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dan melatih hawa nafsu. Sementara penamaan Raden Sahid dengan Sunan Kalijaga adalah bentuk penisbatan dirinya kepada desa Raden Sahid tinggal. (Ahlal-Musâmârah fî Hikâyatil-Auliyâ al-Asyrah hlm. 36)
Berdasarkan sumber tadi, bisa disimpulkan bahwa cerita pada film Sunan Kalijaga tidaklah benar. Ada kemungkinan besar film tersebut telah mengalami perubahan alur cerita, atau bisa jadi hanya fiktif belaka, sehingga kevalidannya pun dipertanyakan. Hal ini karena sejarah yang mu’tabarah telah menjabarkan bahwa beliau menjadi wali Allah dengan hasil mujahadah beribadah.
Walhasil, Sunan Kalijaga tidak bisa dikatakan wali setan dengan berdalil film layar kaca Indonesia, karena film tersebut tidak sesuai dengan sejarah yang dipaparkan. Kemungkinan film tersebut hanya mengada-ngada guna menghibur para pemirsa. Wallâhu A’lam bis Shawâb.
Aris Daniyal | Tauiyah