Dalam kasus viral Maaher at-Thuwailibi yang “menghina” Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan, dia mengklarifikasi menggunakan akun ustazmaaher_real dengan cuitan berikut ini:
Saudaraku.. Tentu saya menghormati para Habaib termasuk Hb. Lutfi Bin Yahya. Seluruh Habaib adalah Dzurriyah Nabi yg mulia. Saya hormat kpd mereka semua kecuali Hb yg menganut ajaran Syi’ah Rafidhah atau pembela Syi’ah Rafidhah..atau Habib2 yg Liberal dan sesat.!
Penjelasannya seputar menghormati habib ala Maaher sangat melenceng dari kebenaran. Karena bagi kita, selaku Ahlusunah Waljamaah, menghormati habib merupakan sebuah keniscayaan. Tentu, menghormati dzurriyah Rasulullah, tidak pandang bulu. Allah berfirman:
قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku”
(QS. asy-Syura : 23)
Ibnu Jubair menyebutkan bahwa lafal qurba yang dimaksud dalam ayat ialah keluarga Rasulullah. Imam ath-Thabari dalam tafsirnya (21/525) menyebutkan:
سَئَلَ عَنهَا اِبْنُ عَباسٍ، فَقَالَ اِبْنُ جُبَيْرٍ: هُمْ قُرْبَى آلِ مُحَمَّد
“Ibnu Abbas bertanya mengenai ayat tersebut, lalu Ibnu Jubair menjawab: itu adalah kerabat Nabi Muhammad”
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو هِشَامٍ قثنا ابْنُ فُضَيْلٍ قَالَ: أنا زَكَرِيَّا، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، أَنَّ كَعْبًا الْحَبْرَ أَخَذَ بِيَدِ الْعَبَّاسِ فَقَالَ: «اخْتَبِئْهَا لِلشَّفَاعَةِ عِنْدَكَ» قَالَ: وَهَلْ لِي شَفَاعَةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ «لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا كَانَتْ لَهُ شَفَاعَةٌ»
“Suatu waktu, Sayyidina Ka’ab mengambil tangan Sayyidina Abbas seraya berujar, ‘Sembunyikan tanganmu karena syafaat yang ada pada dirimu,’ Sayyidina Abbas bertanya, ‘Apa aku punya syafaat?’ Sayyidina Ka’ab menjawab, ‘iya, tiak seorangpun dari keluarga Rasulullah kecuali memiliki syafa’at”
Jadi, dari keterangan Sayyidina Ka’ab tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh keluarga nabi memiliki syafaat, tanpa ada pengecualian.
Oleh karenanya, kita wajib menghormati seluruh habib, secara keseluruhan tanpa terkecuali. Hatta kepada habib yang menganut aliran Syiah sekalipun, kita wajib memuliakan.
Cuitan Maaher tersebut sagat mencolok perbedaannya bila dibandingkan dengan syair indah Imam Syafi’i. Syair itu sebagaimana berikut:
إِنْ كَانَ رَافِضًا حُبُّ آلِ مُحَمَّد فَلْيَشْهَدِ الثَّقَلَانِ إنِّيْ رَافِضِي
“Sekiranya hanya disebabkan mencintai ahli bait Muhammad dikategorikan Rafidhi. Maka saksikanlah dengan kecintaanku pada ahlu bait, maka aku adalah Syiah Rafidhi.”
Imam asy-Syafi’i dalam syairnya, juga menggambarkan bahwa mencintai ahlul bait merupakan kewajiban sesuai tuntunan Allah dalam al-Quran. Berikut lirik syairnya:
يَا آلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبّكمُ * * * فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِي القُرْآنِ أَنْزَلَهُ
يَكْفِيْكُمْ مِنْ عَظِيْمِ الذِكْرِ أَنّكمُ * * * مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لَا صَلَاةَ لَه
Wahai keluarga Rasulullah, mencintai kalian semua merupakan sebuah kewajiban dari Allah dalam al-Quran. Cukuplah bagi kalian keagungan, bahwasannya: barang siapa yang tidak berselawat kepada engkau, maka tidak ada salat baginya”
Setip orang salat, pasti berselawat kepada ahlul bait Rasulullah. Itu tanpa ada pengecualian. Kita dengan mantap mengucapkan, allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali Sayyidina Muhammad, tanpa ada imbuhan kecuali ahlul bait menganut ajaran Syiah Rafidhah atau pembela Syiah Rafidhah atau ahlul bait yang liberal dan sesat. Semoga kita ditakdirkan menjadi pencinta keluarga Nabi Muhammad secara keseluruhan, sampai akhir hayat. Amin!
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id