إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Al-A’raf (7) 54
Ayat tersebut sering dikoar-koarkan oleh liberalis sebagai penguat pernyataan mereka yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di arsy. Pernyataan tersebut sebenarnya malah menunjukkan akan kedangkalan pola pikir mereka dalam memahami Tuhan. Akal yang seharusnya menjadi landasan keempat setelah nas Quran, hadis, dan ijmak ulama malah mereka agung-agungkan terlebih dahulu sehingga berakibat fatal.
Sudah terlalu sering golongan Ahlusunah wal Jamaah menangkal pemikiran irasional mereka itu. Namun bagi mereka ibarat hanya masuk lewat telinga kanan dan keluar lagi lewat telinga kiri, dalam artian mereka emoh mendengarkan perkara yang hak. Bukan hanya sebatas itu, bahkan mereka balik menentang golongan Ahlusunah wal Jamaah dalam hal ini.
Kata mereka, jika memang pada ayat tersebut lafal استوى diartikan menguasai niscaya akan timbul pemahaman baru yang lebih muhal, yakni tidak kuasanya Allah pada segala sesuatu. Mereka menyoroti lafal ثُمَّ sebagai landasan. Dalam artian, ثُمَّ yang bermakna kemuadian memberikan pemahaman bahwa Allah menguasai arsy setelah penciptaan langit dan bumi selama enam hari. Sedangkan sebelum itu Allah tidak menguasainya.
Menanggapi pemahaman sesat tersebut, Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya mengutip perkataan Imam Qaffal yang menyatakan bahwa ayat tersebut menyimpan lafal اخبر yang berarti mengabarkan. Jadi kalau kita terjemahkan mengikuti pemahaman Imam Qaffal bunyinya seperti ini:
“Sesungguhnya Allah mengabarkan bahwa Ia menciptakan langit dan bumi selama enam hari lalu Ia juga mengabarkan bahwa Dirinya menguasai arsy.”
Maha Suci Allah dari segala sesuatu yang diserupakan kepada-Nya. Wallahu a’lam.
Ghazali | Annajahsidogiri.id