Hari Asyura, 10 muharam, merupakan hari penuh berkah dan hari sarat akan sejarah. Pada hari itu Allah telah menerima taubat Nabi adam; menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya dari kejaran Fir’aun; mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Hut (Paus); membebaskan Nabi Yunus dari penjara; menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api; menyembuhkan Nabi Ya’kub dan Nabi Ayub dari penyakit; Allah memberi kerajaan kepada Nabi Sulaiman; hari pertama kali Allah menciptakan dunia; hari pertama kali Allah meurunkan rahmat ke bumi; hari pertama kali Allah meurunkan hujan.
Inilah sekilas kejadian hebat yang terjadi saat hari Asyura. Hari itu adalah hari yang penuh berkah. Terbukti terdapat banyak sekali nikmat yang diberikan oleh Allah kepada nabi dan para hambanya yang lain.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW turut serta merayakan hari yang penuh berkah ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa Rasulullah SAW juga turut memepringati hari Asyura. Pada saat itu, Rasulullah SAW kembali ke Madinah, dan mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa. Beliau berkata kepada mereka, “Hari apa yang kalian puasai ini?” Mereka menjawab, “ Hari ini adalah adalah hari yang sangat mulia, hari saat Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fira’un dan tentaranya. Oleh karena Nabi Musa berpuasa pada hari itu sebagai bentuk syukur kepada Allah, maka kami juga ikut berpuasa.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Kami lebih berhak dan lebih utama untuk mengikuti Nabi Musa daripada kalian”. (HR. Bukhari-Muslim)
Inilah cara Rasulullah SAW memperingati hari Asyura. Beliau mengisi hari yang penuh berkah ini dengan beribadah kepada Allah yaitu puasa. Puasa pada hari itu dapat melebur dosa di tahun sebelumnya, sebagaimana keterangan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Namun ada yang unik dengan cara kaum Syiah untuk menyambut hari Asyura ini. Mereka mengisi hari yang penuh berkah dengan cara-cara yang tidak Islami. Mereka memukuli badan sendiri dengan cemeti dan melukai diri sendiri dengan pedang. Konon hal semacam ini mereka lakukan untuk mengenang pembantaian Sayyidina Husain dan keluarganya yang menjadi syahid di Karbala (Irak).
Berbeda dengan Syiah, Ahlusunah wal Jamaah merayakan hari Asyura ini dengan ibadah-ibadah yang dianjurakan dalam Islam. Ada 12 hal yang dianjurkan oleh ulama untuk dikerjakan pada hari mulia ini. Semua itu adalah salat Tasbih, puasa Asyura, silaturahmi, sedekah, mandi, bercelak, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memeberi nafkah keluarga dan membaca surat al-Ikhlas seribu kali.
Baca Juga: Ilusi Persatuan Ahlusunnah Dan Syiah
Namun, di antara 12 pekerjaan di atas, hanya puasa Asyura dan menafkahi keluarga saja yang mendapat nash langsung dari Nabi. Adapaun sepuluh yang lain, maka itu sebenarnya tidak ada perintah langsung dari Nabi untuk dikerjakan saat hari Asyura. Lalu apakah dengan demikian lantas sepuluh hal yang dimaksud adalah perbuatan bid’ah?
Tentu jawabanya adalah tidak, sebab bersedekah, mengasihi anak yatim, membaca surat al-Ikhlas dan hal-hal yang dianjurkan oleh para ulama tadi tidak pernah dilarang dalam Islam. Semua itu merupakan ibadah yang sangat baik untuk dilakukan. Apalagi apabila dilakukan di hari yang sangat istimewa ini. Oleh karenanya, ulama lebih menekankan agar hari Asyura diisi dengan dua belas ibadah yang telah disebutkan barusan, dengan alasan agar hari yang penuh berkah ini terisi dengan ibadah. Inilah cara kita, Ahlusunah wal Jamaah, menyambut hari yang sangat istimewa. Wallahu a’lam.