Wahai sahabat #SerialAkidahAwam sekalian, kali ini kita akan membahas tentang sifat sama‘ dan bashar yang wajib bagi Allah, sebagaimana yang Imam Ahmad Al-Marzuqi sebutkan dalam nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm:
فَقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ * حَـيَـاةٌ الْعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
“Kemudian sifat kodrat, iradah, sama’, bashar, hayat, ‘ilmu dan kalam secara terus berlangsung.”
Syekh Muhammad al-Fudhali dalam kitab Kifâyatul-‘Awâm halaman 54 mendefinisikan keduanya dengan:
صِفَتَانِ قَائِمَتَانِ بِذَاتِهِ تَعَالَى يَتَعَلَّقَانِ بِكُلِّ مَوْجُوْدٍ أَيْ يَنْكَشِفُ بِهِمَا كُلُّ مَوْجُوْدٍ وَاجِبًا كَانَ أَوْ جَائِزًا
“(Sifat sama’ dan bashar adalah) dua sifat yang berada pada Dzat Allah yang ber–ta‘alluq dengan segala perkara maujud (yang ada). Yakni, dengan sifat sama’ dan bashar, semua perkara maujud terungkap, baik yang wajib atau jaiz.”
Perlu diketahui bahwa sifat sama’ dan bashar itu berbeda dengan penglihatan dan pendengaran kita, baik dari segi hakikat maupun segi ta‘alluq-nya. Terdapat dua alasan di baliknya:
- Sebab penglihatan dan pendengaran kita adalah kemampuan yang Allah ciptakan melalui kedua mata dan gendang telinga kita, sedangkan sifat sama’ dan bashar Allah itu dua sifat yang melekat pada Dzat tanpa harus diketahui kaifiyah-nya.
- Pendengaran kita hanya berkaitan dengan suara-suara dan pengelihatan kita hanya berkaitan dengan benda-benda dan warna-warna secara kebiasaannya (‘âdah). Sedangkan sama’ dan bashar Allah itu berkaitan dengan semua perkara yang ada tanpa terkecuali. Allah Maha Melihat benda, suara dan lain-lainnya. Allah Maha Mendengar segala bentuk suara, benda, dan lain-lainnya. Bahkan, langkah kaki semut di malam yang gelap gulita, Allah dapat melihat dan mendengarnya.
Kita wajib percaya bahwa sama’ dan bashar ber-ta‘alluq pada semua perkara yang ada meskipun kita tidak tahu bagaimana proses keterkaitannya. Menurut Ahlusunah, Allah itu Maha Mendengar serta Maha Melihat tubuh dan suara Zaid, meskipun kita tidak tahu bagaimana kaifiyah Allah mendengar dan melihatnya.
Dalil-Dalil Sifat Sama’ dan Bashar
Ada banyak dalil naqlî dalam al-Quran maupun hadis yang menetapkan sifat sama‘ dan bashar bagi Allah ﷻ. Di antaranya, firman Allah:
(11 :[42] الشورى) لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syûrâ [42]: 11).
Surat al-Mujadalah ayat 1:
(01 :[58] المجادلة)قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang suaminya dan mengadukan kepada Allah, padahal Allah mendengar percakapan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Mujadalah [58]: 01).
Nabi menyebutkan dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari (no. 2830):
اِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسَكُمْ فِي الدُّعَاءِ فَاِنَّكُمْ لَا تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَاِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا
“Rendahkanlah suara kalian saat berdoa, karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh, tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Adapun dalil ‘aqlînya adalah jika Allah itu tidak mendengar dan tidak melihat, maka akan menimbulkan pemahaman bahwa Allah memiliki sifat kurang dan cacat. Dan hal itu mustahil bagi Allah ﷻ. Sebab, Allah ﷻ adalah Tuhan yang wajib memiliki segala sifat kesempurnaan. Serta, mustahil bagi-Nya memiliki sifat cacat dan kekurangan.
Muh Shobir Khoiri | Annajahsidogiri.id