5.Imam Abdurrahman as-Syirazi as-Syafi’i (Pejuang akidah abad ke-7 H)
Ulama karismatik yang dalam segi nasab masih tergolong keturunan Sayidina Abu Bakar as-Shiddiq ini bernama lengkap Imam Adhudiddin Abu Fadhl Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Ghaffar al-Iji as-Syirazi as-Syafi’i. Keluasan ilmu dan kepiawaiannya dalam mengajar adalah hasil dari didikan al-Imam Zainuddin al-Hanaki, murid kesayangan al-Imam Nashiruddin al-Baidhawi. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Thabaqatus-Syafi’iyah al-Kubra mengatakan bahwa Imam as-Syirazi terkenal sebagai orang alim lagi zuhud yang mengagumkan semasa hidupnya. Wafat di usia yang terbilang muda yakni 48 tahun, tidak menghalangi beliau untuk berkarya dengan karya tulisan klasik yang hingga dewasa ini masih menjadi acuan dalam ilmu teologi, di antaranya; al-Mawâqif fi ‘Ilmil-Kalâm, al-‘Aqâid al-‘Adhudiyyah, Jawâhirul-Kalâm dan selainnya.
6.Al-Imam Muhammad as-Sanusi (Pejuang akidah abad ke-8 H)
Ulama agung nan luhur pengarang kitab Ummul-Barahin ini bernama lengkap al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Umar bin Syuaib as-Sanusi al-Hasani al-Maliki. Imam as-Sanusi tidak hanya terkenal mahir dalam bidang Teologi, namun juga banyak riwayat yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang pakar hadis dan ahli qiraat. Dalam kitab Mu’jamul Muallifîn terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa Imam as-Sanusi merupakan salah satu dari sekian ulama yang produktif di masanya dengan karya yang sangat populer hingga saat ini, karangan beliau dengan genre teologi di antaranya; Aqîdatu Ahlit Tauhîd, al-Aqîdah al-Kubra, Syarhu Ummil Barahîn yang masyhur dengan nama al-Aqidah as-Shughra, Syarh Kalimatay as-Syahadah, al-Aqîdatul-Wustha, al-Muqaddimat, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Menemukan Tuhan ala Ummul-Barahin, Karya Imam Sanusi
7.Syekh Ibrahim al-Laqqani (Pejuang akidah abad ke-10 H)
As-Syekh Burhanuddin Abu al-Amdad Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan al-Laqqani al-Maliki, seorang alim yang zuhud lagi masyhur sebagai waliyullâh. Di masa mudanya, Syekh al-Laqqani merupakan pelajar haus pengetahuan yang menimba ilmu pada beberapa ulama terkemuka pada abad ke-10 H, seperti; al-Imam Ahmad ar-Ramli, al-Imam Ibnu Qasim al-Ubbadi, Syekhul Islam Ali bin Ghanim al-Hanafi, Ibnu Nujaim al-Hanafi dan lain sebagainya yang mendidik al-Laqqani dengan dedikasi tinggi sehingga mengantarkan beliau sebagai ahli fikih, pakar hadis dan acuan teologis di masanya. Syekh al-Laqqani wafat pada tahun 1041 H dengan mewariskan banyak karya klasik di berbagai disiplin ilmu. Namun, karyanya yang terpopuler dan sangat diminati hingga saat ini adalah kitab Jauharatut Tauhîd, kitab berbentuk nadzam yang memudahkan para pelajar ilmu teologi dalam menghafalkannya.
8.Imam Ibrahim al-Baijuri (Pejuang akidah abad ke-11 H)
Syekhul Islam al-‘Arif Billah Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Baijuri as-Syafi’i. Seorang ulama yang deep expert dalam ilmu fikih dan teologi ini terlahir di Mesir, sebuah negara keilmuan yang terkenal dengan sebutan NegeriMusa. Pendidikannya di tempuh sejak dini, dengan belajar al-Qur’an langsung kepada ayahnya yang masih tergolong Dzurriyah Nabi. Setelah berumur 14 tahun, sang ayah mengantarkan al-Baijuri muda ke Universitas al-Azhar guna memperluas disiplin ilmu yang dipelajarinya dan mengikuti beberapa kuliah ulama pembesar al-Azhar seperti; Syekh as-Syarqawi, al-imam Muhammad al-Amir al-Kabir, Syekh Hasan al-Quwaisani dan lainnya yang mengajari serta mendidik al-Baijuri dengan sepenuh hati hingga mengantarkannya menjadi seorang faqîh dan teolog terkemuka di zamannya. Al-Baijuri wafat pada usia 79 tahun dengan meninggalkan warisan karya-karya klasik yang menjadi rujukan akidah para pelajar agama hingga saat ini, di antaranya; Tuhfah al–Murîd Syarhu Jauharatit-Tauhîd, Tahqîq al-Maqâm alâ Kifâyatil-Awam, dan masih banyak lagi.
9.Syekh Nawawi al-Bantani (Pejuang akidah abad ke-12 H)
Ulama Nusantara ini bernama lengkap al-Imam Abu Abdil Mu’thi Muhammad bin Umar bin Arabi bin Ali Nawawi al-Jawi al-Bantani as-Syafi’i. Tidak hanya memiliki keluasan ilmu agama, beliau juga memiliki nasab mulia yang masih berhubungan dengan salah satu Wali Songo di Indonesia, yakni Maulana Syarif Hidayatullah yang lebih masyhur dengan julukan Sunan Gunung Jati. Rihlah ilmiah Syekh Nawawi bermula di usianya yang ke-15. Dengan rida sang ayah, Nawawi muda pergi ke Makkah al–Mukarramah untuk mendalami segala pengetahuan yang ada dan guna mencari barakah yang terselubung di dalamnya. Semangat dan keuletan beliau dalam menuntut ilmu serta bimbingan dari para guru yang kompeten mendidiknya telah menjadikan Syekh Nawawi al-Bantani sebagai Sayyidu Ulamâ’ al-Hijaz (Pemimpin ulama Hijaz) dan menjadi salah satu pengajar di Masjidil Haram yang mumpuni di segala bidang.
Ahmad Kholil | Annajahsidogiri.id