Dewasa ini Wahabi sedang marak-maraknya mencari kesalahan akidah Ahlusunah wal Jamaah. Mereka sempat mengkritik pedas mengenai pemaparan akidah yang berada dalam beberapa kitab ulama Ahlusunah wal Jamaah, seperti kitab Kifayatul Awam, Ummul Barahin, dan lain-lain.
Adapun yang mereka kritiki terkait dalil-dalil yang dipaparkan dalam kitab tersebut. Dalil yang ada lebih dominan pada pendekatan rasional dan sangat sedikit mengutip al-Quran dan hadis. Sehingga, mereka memiliki anggapan bahwa dalil yang dipakai oleh Ahlusunah wal Jamaah berdasarkan pada argumen rasional ala filsuf Yunani.
Baca Juga: Maksud Aswaja Itu Moderat
Ustaz Idrus Romli, salah satu pakar akidah, dalam bukunya yang bertajuk Madzhab Al-Asy’ari. Benarkah Ahlusunah Wal-Jama’ah?, merespon kritik tersebut. Beliau mengatakan bahwa pendekatan rasional dalam pemaparan akidah Ahlusunah wal Jamaah tersebut hanyalah satu diantara dua pendekatan lainnya. Berikut penjelasan tiga pendekatan yang dimaksud:
Pertama, pendekatan tekstual. Yaitu pendekatan akidah dengan memaparkan materi-materi akidah berdasarkan al-Quran dan hadis. Pendekatan semacam ini banyak ditulis oleh para ulama dalam beberapa kitab, antara lain oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Khalqu Af’âlil-Ibâd dan Imam al-Baihaqi dalam kitab al-I’tiqâd ‘alâ Madzhabi salafi Ahlusunah wal Jamaah.
Kedua, pendekatan sufistik. Yaitu pendekatan akidah dengan memaparkan materi-materi akidah diiringi dengan kaedah-kaedah tasawuf. Pendekatan macam ini pertama kali dimotori oleh Imam Abul-Qasim al-Qusayairi dan dituangkan lewat kitabnya yang bertajuk ar-Risâlah al-Qusyairiah. Selanjutnya, Imam al-Ghazali yang dikenal sebagai ulama pemimpin tasawuf meneruskan estafet perjuangannya dengan karyanya yang lebih banyak.
Ketiga, pendekatan rasional. Pendekatan ini yang banyak dikritik oleh kalangan Wahabi, sebagaimana yang telah disebut di depan. Pendekatan rasional adalah pendekatan akidah dengan memaparkan materi-materi akidah namun lebih memfundamentalkan pada argumen rasional. Contohnya, ketika Imam as-Sanusi dalam kitabnya Ummul-Barahin, hendak membuktikan adanya Allah, ia berkata bahwa bukti adanya Allah adalah adanyaa alam dan lain sebagainya.
Selain contoh di atas, pendekatan seperti ini juga bisa kita temukan di dalam kitab-kitab teologi abad pertengahan. Seperti pada karangan Imam ar-Razi, as-Sanusi, al-Baidawi, dll. Pastinya, pendekatan rasional ini lebih memudahkan daripada dua pendekatan lainnya.
Lagi pula, munculnya pendekatan rasional memiliki histori tersendiri. Yakni, karena lawan debat para ulama dahulu sebagian besar adalah non-Muslim, seperti para filosof, Yahudi, Kristen, dan Ateis. Dan sudah barang tentu, mereka tidak akan percaya jika disuguhkan dengan dalil-dalil al-Quran dan hadis. Maka dari itu, ulama merancang pendekatan rasional untuk menggiring mereka pada pemahaman yang lebih mudah. Wallahu a’lam
Ghazali | Annajahsidogiri.id