Sebagaimana maklum diketahui, bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah mengajarkan pada kita terkait bacaan-bacaan wirid yang mesti dibaca saat melakukan ibadah, baik berupa ibadah wajib ataupun ibadah sunah. Akan tetapi, dalam pembahasan kali ini kita akan mengkaji tentang hukum membaca dan merangkai sebuah wirid yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Sebab, tidak sedikit dari kaum Salafi Wahabi menuduh hal tersebut sebagai perbuatan bidah yang sesat.
Sejatinya, terdapat beberapa amal ibadah yang justru baik jika bacaan wiridnya diperbanyak. Di antaranya adalah saat sujud. Dalam keadaan sujud yang dilakukan setiap kali shalat, Nabi mengajarkan untuk membaca Subhana rabiiyal a’la wa bihamdihi sebanyak tiga kali, sebagaimana yang sudah maklum.
Namun, ada di antara shahabat Nabi yang menganjurkan untuk lebih banyak membaca doa saat sujud. Dalam hal ini, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ’ Ulûmiddîn-nya mengutip pernyataan Abu Hurairah sebagai berikut:
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ إِذَا سَجَدَ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ عِنْدَ ذَلِكَ
“Keadan seorang hamba yang paling dekat dengan Allah ﷻ adalah ketika sujud. Hendaknya ia memperbanyak doa saat sujud.” (Ihya’ ‘Ulumiddin juz. 1 hal. 213)
Senada dengan hal ini, dalam kitab Mughnîl-Muhtâj ilâ Ma’rifati Ma’âni Al-fâdhil-Minhâj, Syeikh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini mengutip pendapat Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr, bahwa sunah bagi orang yang shalat agar memperpanjang doa dalam keadaan sujud (Mughnil-Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfadhil-Minhaj 1/245).
Tidak hanya sujud, saat kunut pun juga diperkenankan untuk membaca bacaan wirid meski bacaan tersebut tidak warid dari Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Terkait hal ini, Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr menegaskan bahwa kunut yang dirangkai oleh Sayidina Umar merupakan doa kunut yang baik untuk diterapkan.
Adapun qunut tersebut berbunyi seperti berikut:
اللَّهُمَّ نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبدُ وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى نَحْفِدُ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ اَلَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيَكْذِبُوْنَ رَسُوْلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهَمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الْإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعُدِّوِهِمْ، اِلَهَ الْحَقِّ، وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sunah hukumnya untuk membaca bacaan dalam ibadah meski bacaan itu tidak warid dari Rasulullah ﷺ. Pun demikian, tidak apa-apa untuk merangkai sebuah bacaan wirid asal bacaan tersebut mengandung doa yang baik, seperti yang dilakukan oleh Sayidina Umar tadi, sehingga diketahui bahwa tuduhan sesat kaum Salafi Wahabi terhadap seseorang yang membaca bacaan wirid yang tidak warid hanyalah omong kosong belaka. Karena, praktik tersebut sejatinya telah dilakukan sejak zaman para Shahabat Nabi. Wallâhu a’lam bish-Shawâb.
M. Roviul Bada | AnnajahSidogiri.id