Paralogisme adalah pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya. Klaim bahwa kelompoknya sendiri paling benar, yang lain salah.
Coba kita lihat dan membuat perbandingan. Seringkali kelompok Salafi-Wahabi dalam berargumentasi sangat kaku dan merasa paling benar sendiri. Berbagai argumentasi dari kubu Salafi-Wahabi yang ngotot melontarkan jargon ‘kembali pada ajaran al-Quran dan hadis’. Kenyataannya, argumentasi yang dimunculkan tidak kuat sama sekali bahkan terdapat manipulasi, distorsi dan afiliasi ngawur yang dilakukan oleh tokoh terkemuka mereka yang nyaris salah fatal, gagal paham bahkan kedustaan argumentasi, sehingga fanatisme menjadi karakter kaum Salafi-Wahabi dan berjiwa paralogis (merasa paling benar sendiri, ternyata dia sendiri yang sesat).
Baca Juga: Bidah; Antara Wahabiyah dan Ahlusunah
Terbukti, banyak argumentasi yang dimiliki mereka yang mengatakan bahwa dalil dirinya saja yang benar dan yang lain salah. Bukan sekadar itu, tidak jarang membidahkan, mensyirikkan bahkan mengkafirkan (takfiri). Apakah itu bukan ciri khas dari ideologi paralogis? Ya, sebelas dua belas dengan kaum Liberalis (merasa paling benar sendiri).
Keadaan dan fakta meng-iyakan hal tersebut. Tapi sayang, semakin mereka dikritik, maka akan semakin keras mereka menentang -mungkin karena seperti itulah watak mereka- mereka merasa paling benar. Nyata-nyata mereka yang keliru, tetapi malah mereka yang bersikap lebih kepada umat Islam yang mencoba meluruskan.
Setidaknya pernyataan di atas bisa ditarik benang merah, bahwa setidaknya paralogis itu punya dua ciri khas; pertama, sesat cara berpikir, kedua, tidak sadar bahwa dirinya sesat. Dan kedua ciri khas ini ada dan mengakar di tubuh Salafi- Wahabi. Berikut sebagai bukti;
Argumentasi Gagal Paham dan Sesat Cara Berpikir
Pertama, trinitas tauhid, Muhammad bin Abdul Wahab membuat suatu rumusan yang diambil dari pemikiran Ibnu Taimiyah dalam kitab al-Fatawa al-Kubra hlm. 210. Ia membagi tauhid menjadi tiga; tauhid rububiyah, tauhid asma’ was sifat, Tauhid uluhiyat.
Kedua, konsep bidah kebanyakan Salafi-Wahabi yang berkaitan dengan ibadah itu hukumnya haram. Karena bila perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw maka itu bidah, syirik bahkan yang ekstrem, sering mengkafir-kafirkan.
Ketiga, berkeyakinan bahwa Allah Swt memiliki raga (tajsim) dan berkeyakinan bahwa Allah Swt memiliki sifat yang sama dengan makhluk (tasybih), seperti keyakinan mereka bahwa Allah Swt betempat di atas arsy, Allah Swt punya tangan dan lain sebagainya. Argumentasi gagal paham dan sesat pikir salafi-Wahabi sudah kami ulas tuntas di postingan sebelum-belumnya.
Tidak Sadar Bahwa Dirinya Sesat
Oleh karena itu wajar jika tokoh ulama terkemuka Mesir, Syaikh Zahrah mengatakan dalam kitab Tarikhul-Madzahib al-Islamiyah hlm. 355 :
“Ulama Wahabi selalu mengklaim bahwa pendapat-pendapat mereka pasti benar, tidak ada kesalahan (sedikit pun), dan pendapat-pendapat selain mereka pasti salah tidak ada yang benar”
Sampai-sampai ulama Syiria, Dr Muhammad Said Ramadhan al-Buthi berpesan kepada umat Islam untuk berhati-hati jangan sampai terpancing oleh akidah Salafi-Wahabi karena sesunguhnya hati mereka penuh kedengkian kepada mayoritas umat Islam (al-La Madzhabiyah hlm.110). Wallâhu a’lam
Muhlasin Sofiyulloh | Annajahsigiri.id