Tidak bisa dipungkiri akan wajibnya menuntut ilmu. Salah satu ilmu yang wajib ditelaah lebih dalam adalah ilmu akidah. Awamnya masyarakat pada era serba digital ini, menjadi alasan utama akan wajibnya mengkaji lebih terhadap ilmu akidah. Terutama saat tersebarnya pemikiran yang sesat juga menyimpang dari kebenaran seperti saat ini. Ajaran sesat yang ada, tentu banyak menggoyahkan keyakinan benar yang tertancap dalam pemikiran masyarakat Islam. Oleh karena itu mereka harus menstabilkan kembali pemikiran mereka dari kegoncangan yang mengendap dalam diri mereka.
Nahasnya, banyak masyarakat yang kurang sering berinteraksi dengan bahasa Arab dan kitab kuning. Sehingga mereka sedikit mengetahui makna yang terkandung dalam lafaz-lafaz yang ada pada kitab-kitab agama. Satu-satunya solusi tentu saja dengan menyorongkan kitab-kitab akidah yang memiliki keistimewaan lafaz yang tidak asing dan mudah. Salah satu kitab praktis yang menyajikan ilmu akidah dengan lafaz yang tidak rumit adalah kitab Syarhu al-Kharidah al-Bahiyyah fi Ilmi at-Tauhîd, karya Syekh Ahmad bin Muhammad al-Adawi, guru besar kota Mesir pada masanya.
Kitab ini merupakan syarah dari nazam al-Kharidah as-Saniyyah karya Syekh Ahmad bin Muhammad sendiri. Di samping lafaz yang ringkas, penjelasan yang terkandung dalam kitab syarah ini terbilang cukup luas. Saat mengurai lafaz perbait nazam, Syekh Ahmad juga menjelaskan alasan penggunaan lafaz dan mendetailkan penjelasan ilmu kalamnya. Sebab itu, beliau mengelompokkan penjelasannya dengan beberapa bab.
Secara garis besar, kerangka penulisan kitab ini terdiri dari pendahuluan dan empat bab besar. Di bagian pendahuluan, ada beberapa poin yang yang dijelaskan oleh Syekh Ahmad. Antara lain ialah makna sanjungan, keterangan mengenai salawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ, dan pengertian sahabat juga keluarga Nabi Muhammad. Setelah itu, beliau melanjutkan keterangan dengan pembagian norma-norma akal dan definisinya.
Baca Juga; Tarikh Al-Madzahib Al-Islamiyyah; Kitab Seputar Politik dan Teologi Beragam Sekte Pecahan Islam
Secara global, pembahasan pertama bekisar pada ketuhanan. Pembahasan ini meliputi hukum taklid dalam ilmu akidah, sifat-sifat Allah ﷻ, dan penjelasan tentang khilaf antar ulama mengenai af’âlul-ibâd. Syekh Ahmad juga menyinggung prihal reputasi kodrat yang ada pada seorang hamba dan tabiat kodrat yang tercipta dalam suatu benda.
Pada bab kedua, pengarang menjelaskan tentang kerasulan. Dalam hal ini pengarang melebarkan penjelasan mengenai sifat-sifat bagi para rasul, berupa definisi sifat wajib, jaiz, dan sifat mustahil beserta dalil-dalilnya. Pengarang juga menyinggung mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad ﷺ secara khusus, dan arti mukjizat para rasul secara general.
Setelah dua bab di atas, bab ketiga ini berisikan sam’iyyat. Terkait bab ini, pengarang menjelaskan hal-hal gaib, meliputi pengiringan manusia di padang mahsyar, penimbangan amal perbuatan manusia, tanda-tanda kiamat terutama tanda kiamat yang telah dikonsensus oleh para ulama, syafaat beserta macam-macamnya, surga, dan neraka. Pastinya, juga dijelaskan akan wajibnya beriman terhadap keberadaan perkara sam’iyyat di atas. Dalam bab ini, pengarang juga menjelaskan definisi wali Allah dan wajibnya beriman akan keberadaan mereka di dunia.
Sedangkan pada bab terakhir, pengarang mengulas tentang tasawuf. Pada bab ini, hal yang dijelaskan ialah tatakrama yang harus dilakukan sebelum dan sesudah berdzikir kepada Allah, macam-macamnya hawa nafsu, dan anjuran berperangai dengan etika hati yang terpuji. Termasuk juga tatacara menjadi wali Allah ﷻ juga dijelaskan dalam bab ini.
Dengan keseluruhan tema di atas, kitab ini cukup relevan bagi semua kalangan terutama bagi masyarakat yang baru saja menyelam dalam lautan kitab kuning dan bahasa arab. Selain karena redaksi lafaz yang mudah dipahami, juga karena terdiri dari subtansi akidah yang mapan sebagai judul per-bab.
Fakhrul Islam | Annajahsidogiri.id