Salah satu tokoh Minangkabau yang menonjol di bidang keilmuan Islam adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Sebagai ulama kaliber internasional, beliau telah melahirkan murid-murid yang kemudian menjadi ulama dan tokoh penting dalam pergerakan Islam di Asia Tenggara. Dua organisasi sosial-keagamaan yang terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, didirikan oleh murid-murid beliau. Ulama besar ini dikenal pula sebagai tokoh yang objektif ketika berdiskusi dengan orang-orang yang tidak sepaham. Namun, dari masa ke masa nama tokoh besar ini seakan menghilang dari memori umat Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukannya eksplorasi terus menerus mengenai perjalanan hidup, perjuangan dan karya ilmiah yang telah beliau miliki. Tulisan ini merupakan salah satu upaya untuk menuju kesana.
Nasab dan kelahiran
Ulama besar asal Sumatera Barat ini memiliki nama lengkap Ahmad Khatib bin Abdul Lathif bin Abdul Rahman bin Abdullah bin Abdul Aziz al-Minangkabawi. Ahmad Khatib lahir di Kota Gadang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 26 Mei 1860 M.[1]
Ayahnya berasal dari Kota Gadang, sedangkan ibunya dari Balaigurah.[2] Ia lahir dari keluarga berada dan dikenal sangat taat dalam beragama sekaligus kuat berpegang kepada adat.
Ayahnya, Abdul Lathif, merupakan Khatib Nagari, sedangkan kakeknya, Abdul Rahman yang bergelar Datuk Rangkayo Basa, ia seorang jaksa di Padang. Jika garis keturunan itu ditarik ke atas, maka menjadi Abdul Rahman bin Tuanku Syekh Imam Abdullah bin Abdul Aziz. Tuanku Abdul Aziz ialah ulama besar di Minangkabau pada masa Perang Paderi.[3]
Ibu Ahmad Khatib bernama Limbak Urai, anak ketiga dari Tuanku Nan Renceh. Jika dilihat dari jalur keturunan sang ibu, Ahmad Khatib merupakan cucu dari Tuanku Nan Renceh.[4] Sementara Tuanku Nan Renceh sendiri merupakan menantu dari Tuanku Bagindo Khatib, yang pernah menjabat sebagai pembantu Regen (Bupati) Agam.
Pendidikan
ketika masa kanak-kanak, Ahmad Khatib pada mulanya memperoleh pendidikan agama dari lingkungan keluarga sendiri. Kemudian, beliau juga belajar di pendidikan agama yang berada di kota Bukit Tinggi, lewat jalur pendidikan informal yang dikelola oleh ulama-ulama setempat. Setelah itu ia belajar di Sekolah Rendah (setingkat SD).
Sejak berumur 11 tahun (1871) Ahmad Khatib telah dibawa oleh ayahnya, Abdul Lathif ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah selesai, ia tidak ikut pulang bersama ayahnya, tetapi menetap disana untuk memperdalam pendidikan agama. Pada saat Ahmad Khatib berada di Mekkah, ia belajar kepada ulama-ulama terkenal di Mekkah, seperti Syekh Bakr al-Syattâ, Syekh Yahya al-Qalbi, Syekh Zaini Dahlân, Syekh Muhammad Shalih al-Kurdi dan beberapa ulama lainnya.[5] Syekh Ahmad Khatib menghabiskan waktu untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu agama seperti Tafsir, Hadis, Fikih, Akidah, Ilmu Hisab (astronomi), dan sebagainya di Masjid al-Haram Mekah sekitar 9 tahun lamanya (1871-1879 M.)
Murid-murid
Murid-murid Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi diantaranya adalah Syekh Sulaiman ar-Rasuli (1871-1970 M), DR. H. Abdul Karim Amrullah (1879-1945 M), DR. H. Abdullah Ahmad (1878 – 1933 M), K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923 M), K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947 M), dan K.H. Abdul Halim Majalengka (1887-1962 M).
Karya-karya
Di antara karya-karyanya ialah sebagai berikut:
- Al-Jawâhir fi A’mal al–Jaibiyyah, yang terbit tahun 1309 H/1891 M.
- Raudhah al-Husab fi ‘Ilm al-Hisâb, terbit pada tahun 1310 H/1892 M.
- Ar-Riyad al-Wardîyah fi Ushûl at–Tauhîd wa al-Furû’ al-Fiqh, terbit tahun 1893 M.
- Al-Nafahât ‘ala Syarh al-Waraqât.
- Fath al-Mubî
- Shalât al-Jama’âtain bi Jawâzi Ta’addud al–Jum’atain, terbit pada tahun 1312 H/1894 M.
- al-Qaul al-Tahif fi Tarjamah Târîkh Hayah al-Syaikh Ahmad al-Khatib bin ‘Abd al-Lathîf.
- Irsyad al-Hayari fi Izalah Ba’dh Syubah an-Nashara.
- Raf’u al-Iltibâs ‘an Hukm al-Anwath al-Muta’amal biha Bain an-Nâs.
- Izhar Zaghl al-Kadzibin fi Tasyabbuhihim bi al-Shâdiqîn.
- Al-Khiththah al-Mardiyah fi al-Radd ‘ala Man Yaqûl bi Bid‘ah al-Talaffuzh bi al-Niyah.
- Tanbîh al-Anâm fi al-Radd ‘ala Risâlah Kaff al-Awâm ‘an al-Khaud fi Syarikah al-Islam.
- Al-Saif al-Battar fi Mahq Kalimat Ba’dh Ahl alightirâr.
- Al-Ayat al-Bayinat li al-Munsifîn fi Radd Khurafat Ba‘dh al-Muta‘ashshibîn.
Bisa disimpulkan bahwa Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi merupakan seorang tokoh ulama terkemuka Indonesia dan salah satu yang produktif dalam karya di berbagai bidang agama. Ketokohannya dapat kita ketahui dari dua sisi: pertama, ia berhasil melahirkan para murid-murid yang mempunyai pengaruh penting bagi Indonesia. Kedua, ia berhasil menulis banyak karya sebagai respons atas perkembangan keagamaan yang ada di Indonesia saat itu, baik dalam literatur Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih dan Akidah.
Ach Ubaidullah | AnnajahSidogiri.id
[1] Harun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, hlm. 87.
[2] M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara: Riwayat Hidup, Karya dan Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara, hlm. 189.
[3] M. Bibit Suprapto, Ibid. hlm. 190.
[4] Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Terjemahan oleh Ali Yahya dari al-Madkhal ila Tarikh al-Islam fi Asy-Syarq al-Aqsha, (Jakarta; Lentera Basritama; 2001), hlm. 182.
[5] M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara: Riwayat Hidup, Karya, dan Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara, op.cit., hlm. 191.